Iya, dunia kita berdua, yang lainnya cuma ngekos
(Kata orang bucin)Happy reading, and hope u enjoy!
***
“KITA mampir dulu ke rumah, ya?” tanya Rakha sedikit berbisik.
Saat ini mereka sedang menuju belakang rumah. Mereka terpaksa harus mengendap-endap dan penuh waspada, karena mungkin saja pak Rino sedang mengintai mereka.
“Hu'uh,” sahut Liana. Kini gadis itu sedang berada di belakang Rakha dengan kedua tangan yang memegang ujung baju pria itu—sedang bersembunyi—seakan tubuh Rakha bisa menutupi seluruh badannya.
Setelah melewati area berbahaya, akhirnya mereka bisa bernapas lega karena kini sudah berada tepat di halaman belakang rumah Liana.
“Mas, kita kenapa harus dari sini? Bukannya kita bisa pindah dari mana dan ke mana aja, ya?” tanya gadis itu, sebab dirinya penasaran akan portal yang selama ini bisa memindahkan mereka dari dunia Liana ke dunia Rakha. Dan, ah, bahkan dirinya juga sangat penasaran akan dunianya mereka.
“Gue juga nggak tahu. Kata ayah gue kita bisa pindah tempat ke tujuan yang kita mau kalau gue bisa memperkirakan daerah di dunia gue dan juga daerah di dunia lu.” Pria itu mengatakan dengan kening berkerut. Bahkan, dirinya sendiri tidak paham dengan apa yang dikatakan ayahnya itu.
Begitu juga dengan gadis di sebelahnya itu. Dia juga tak mengerti apa yang dikatakan Rakha barusan. “Maksudnya, Mas?”
Pria itu tak menjawab cepat. Sebelumnya dia hanya menaikkan kedua alisnya, lalu mengedikkan bahu tak acuh dan berkata, “Gue juga nggak paham. Soalnya ayah jelasinnya ngegantung gitu. Ya, jelas gue kagak ngerti.”
Liana bergumam sambil memikirkan satu pertanyaan lagi yang ingin dia tanyakan. “Dunia kita bedakah? Atau kita beda dimensi?”
Lagi-lagi pria itu mengedikkan bahunya. “Udah, nanti kan kita mau ke rumah. Kita bisa tanya sama ayah langsung,” pungkas Rakha dengan tangan yang sudah membentuk lingkaran besar.
.
.Kali ini mereka berpindah tempat di taman bunga matahari. Tempat di mana Liana pertama kali ke dunia Rakha.
Kondisinya masih sama saja. Liana yang sangat rindu akan keindahan bunga matahari, dirinya pun langsung berlari menyusuri tepi tanaman bunga matahari yang berjejer rapi. Tak jarang juga dia berhenti hanya untuk sekadar menghirup harum bunga itu—meskipun dirinya tahu kalau bunga itu tak memiliki harum yang khas.
Gadis itu terus berlari sampai lupa kalau dirinya datang bersama seorang pria. Sampai akhirnya gadis tersebut terhenti kala mengetahui ada satu persimpangan yang sebelumnya dia tak pernah lihat. Karena penasaran gadis itu berbelok kiri ingin menyusuri jalan yang tampak aneh dan juga asing. Namun, baru saja dua kali melangkah, Rakha memanggilnya.
“Lian! Lu mau ke mana?” Rakha berseru sampul melangkahkan kakinya mendekati Liana.
“Eum, Mas. Mas masih ingat nggak kalau jalan ini sebelumnya nggak ada?” Gadis itu berkata dengan pandangan lurus ke arah persimpangan itu. Menerka-nerka sekiranya ada apa di jalanan sana.
Rakha mengangguk. Dirinya juga sebelumnya tidak menyadari adanya persimpangan di jalan yang seharusnya hanya ada satu belokan. Tapi kini menjadi persimpangan tiga. Kapan jalan itu ada di sana? Dan kenapa mereka tak pernah tahu kalau ada jalan lagi di belokan menuju rumah Rakha? Ah, kenapa dunia mereka makin aneh saja.
“Iya ya, gue juga baru nyadar kalau jalan ini simpangan tiga.” Rakha berujar sambil melangkahkan kakinya ke jalan baru itu. Namun, dengan cepat Liana mencekal tangan pria itu, karena menurutnya jalan itu cukup aneh dan juga sangat mencekam. Jalan yang seharusnya terang tapi malah gelap padahal ini masih siang.
![](https://img.wattpad.com/cover/231754481-288-k254259.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Takdir Yang Tertulis [End]
Teen Fiction[Follow sebelum membaca, tidak akan membuatmu berubah menjadi Iron Man] Bagaimana reaksi kamu ketika ada seorang pria asing yang membangunkanmu di kamar milikmu sendiri? Kaget? Takut? Pastinya. Baik, mari kita naik level. Apa yang akan kamu lakukan...