[Follow sebelum membaca, tidak akan membuatmu berubah menjadi Iron Man]
Bagaimana reaksi kamu ketika ada seorang pria asing yang membangunkanmu di kamar milikmu sendiri?
Kaget? Takut? Pastinya.
Baik, mari kita naik level. Apa yang akan kamu lakukan...
LIANAmemoleskan pelembap bewarna peach di bibir tipisnya. Gadis itu tak tahu pasti kapan Rakha akan datang, tetapi dia sudah bersiap-siap sedari sang mentari tenggelam.
Dia bangkit dari duduknya, memperhatikan serta menilai setiap detail tampilannya. Memastikan apakah ada yang kurang atau berlebihan.
Berputar, memastikan tubuh bagian belakang dan juga tatanan rambutnya. Tampak sudah tertata rapi. Kini dia hanya tinggal menunggu pria yang akan menjemputnya.
Gadis itu kembali duduk di kursi rias. Netra kecokelatannya menyapu setiap sudut meja rias, mencari sesuatu yang ingin dia kenakan.
"Ah, ini." Liana mengambil penjepit rambut berwarna keemasan, berbahan logam. Kemudian dia menjepitkan jepit rambut itu di sisi kiri rambutnya.
Gadis itu menghadap ke kanan untuk melihat apakah benda itu cocok berada di kepalanya atau tidak.
Ah, manis sekali. Tampak begitu sangat cocok bertengger di rambutnya. "Aw, kiyowo ... oke, aku pakai deh." (lucu)
Liana mesam-mesem memandang bayangannya di cermin rias. Lambat laun senyumannya memudar. Tatapannya terpaku pada bibir tipis nan kenyal itu. Jari telunjuknya berangsur menyentuh benda kenyal yang lembap itu. Lantas memorinya pada saat Rakha menciumnya tadi pun terbayang kembali di kepalanya.
Tanpa dia sadari kedua matanya terpejam. Merasakan kembali betapa lembutnya bibir Rakha saat menubruk bibirnya tadi siang. Serta-merta senyumannya tersungging lebar kala angan-angannya membayangkan betapa lembutnya pria itu melumat bibirnya.
Namun, dengan cepat kedua matanya segera terbuka lebar saat suara klakson motor membuyarkan pikirannya yang sudah semakin liar. Gadis itu memukul kepalanya dengan barbar. Tidak sadar kalau benda bulat itu adalah miliknya sendiri.
"Astaga! Aku benci pikiran kotorku!" serunya sambil bangkit dari duduk secara kasar hingga kursi tak berdosa itu hampir saja terjengkang ke belakang.
Dia berpaling ke arah jendela. "Itu pasti mas Rakha." Cepat-cepat gadis itu menyambar tas selempangnya dan terburu-buru berlari menghampiri Rakha.
Napas gadis itu terputus-putus tatkala sampai di hadapan Rakha. Sedangkan pria itu hanya memandang heran Liana.
Gadis itu menarik napas dalam-dalam guna menormalkan kembali napasnya, setelahnya barulah dia dapat berbicara dengan lancar. "Udah nunggu lama, Mas?"
Rakha mengecek arlojinya sebentar. "Lima belas menit yang lalu," jawabnya dengan santai.
Astaga, selama itukah aku berhalusinasi?
"Maaf, ya, Mas." Hanya itu yang dapat dia ucapkan dari bibirnya. Pandangan gadis itu mengamati penampilan Rakha malam ini. Tampak fresh sekali. Dengan mengenakan jaket kulit hitam dan kaus sebagai dalamannya, serta dipadukan dengan celana jeans robek di lutut berwarna sepadan. Pria itu juga memakai sepatu kasual yang berwarna putih.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.