12. Gangguan (revisi)

407 82 262
                                    

Mulmed: Mas Rakha

Happy reading, and hope u enjoy!

***

     NASWA menaikkan kedua alisnya masih bingung. "Kalau dia cuma teman Rara, kok, dari tadi ngintilin kamu terus?" tanyanya sembari menyesap segelas Mosto-minuman anggur nonalkohol-miliknya.

"Selain teman Rara, dia juga calon kakak iparnya Rara," ungkap Rakha tenang dengan wajah berseri menunjukkan bahwa dirinya sangat bersyukur.

Naswa pun tak kalah senangnya, dia semringah mengembangkan kedua sudut bibirnya. "Wah ... bang Rey akhirnya nikah juga. Enh, kita kapan nyusul?" kata wanita itu sambil mengulum bibirnya tersenyum malu-malu, kedua tangannya bergerak menyelipkan anak rambut ke belakang daun telinganya.

"For you information, bukan bang Rey yang mau nikah, tapi aku," imbuh Rakha yang sukses membuat Naswa mengubah mimiknya terkejut dan tidak percaya.

"Kamu bercanda, 'kan?"

Rakha menggeleng pasti.

Naswa hanya terpaku mendapatkan jawaban Rakha yang cukup membuatnya tak habis pikir. Justru Naswa mengira kalau Rakha masih ada perasaan padanya tatkala lelaki itu masih menatapnya dengan tatapan yang sama seperti waktu mereka pacaran. "Jadi ... aku gimana?" tanyanya dengan mata sayu yang tampak memohon. Ada perasaan cemas dan gelisah dalam dirinya untuk bisa menerima jawaban lelaki di depannya itu.

"Kok nanya lagi? Bukannya kita udah lama nggak punya hubungan apa-apa lagi, ya? Kamu cuma mantan aku, aku ingetin kalau kamu lupa," sahut Rakha enteng.

Seketika itu perasaan yang Naswa wanti-wanti sedari tadi membuncah dalam dadanya. Dia masih memiliki perasaan yang sama pada Rakha sampai detik ini. Kepergiannya selama dua tahun ini hanya sekadar bisa mencairkan suasana. Dengan maksud, dia sadar kalau masalah yang terjadi di masa lalu memanglah kesalahan dia, itu sebabnya karena dia sebagai sumber masalah jadi yang harus dia lakukan adalah pergi mengindari dua orang yang terkena masalah karena dirinya.

Entah kenapa perkataan yang terlontar dari lelaki itu membuatnya marah. Dadanya naik-turun mengikuti irama napas yang terputus-putus. Dia bangkit dari kursinya secara kasar sehingga membuat orang-orang sekitar terusik karena dia yang terlalu berisik.

"Kamu!" tuding Naswa tepat di depan wajah Rakha. Matanya menyalang tajam dengan kilatan air mata yang sedikit menggenang. "Jadi aku gimana ...? Aku masih sayang sama kamu, Rakha."

Rakha melarikan arah pandangannya ke arah lain dengan dengusan gusar yang menandakan bahwa dia benar-benar bosan dengan drama yang wanita satu itu mainkan. "Ternyata temperamental kamu masih sama aja, ya. Kan aku udah bilang kamu mantan aku. Sebentar lagi aku menikah, jadi kamu harus segara move on." Setelah mengatakan itu Rakha bangkit dari tempatnya. Ia berjalan kearah meja Liana yang sedari tadi masih duduk santai sembari memakan kentang gorengnya.

Cekalan Rakha di pergelangan tangan Liana tepat saat gadis itu hendak memasukkan kentang goreng ke mulutnya hingga membuat Liana terjangkit dari tempat duduknya dan menjatuhkan kentang goreng-yang belum sempat termakan. Atensinya langsung tertuju pada lelaki menyebalkan yang telah menganggu acara makannya.

"Ayo kita pulang." Pria itu menarik kuat Liana sehingga dia berdiri tanpa aba-aba.

Kening yang berkerut dalam dan bibir bawah yang sedikit maju melukiskan bahwa Liana saat ini bingung karena Rakha yang mendadak mengajak pulang, padahal Liana lihat di meja Rakha makanannya masih sangat utuh dan terdapat Naswa yang berdiri dengan aura gelap seperti ada kemarahan yang menyelimutinya. "Kok tiba-tiba, Mas-eh tunggu, kita belum bayar makanannya," sergah Liana yang membuat Rakha menghentikan langkahnya sebelum pria itu mendorong pintu.

Takdir Yang Tertulis [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang