7. Rival (revisi)

469 106 148
                                    

Jangan lupa tinggalkan jejak, berupa vote dan komen ya ....

***

     FIGUR seorang gadis manis sedang berjongkok menodongkan sebuah wortel kepada kelinci-kelinci kesayangannya ditambah sorot sang mentari yang ikut ceria tatkala melihat pemandangan yang membuat nyaman mata dan hati. Senyuman lebar gadis itu itu tak kunjung luntur dari wajahnya yang berseri-seri. Liana sesekali mengelus lembut puncak kepala hewan berbagai macam warna bulu itu penuh sayang.

Namun, berbeda pula dengan satu kelinci yang jaraknya tak jauh dari gadis itu. Bagaikan dua warna yang dipaksa terpadu. Liana yang selalu bersinar dan membawa aura positif bagi siapa pun yang berdekatan dengannya. Sedangkan kelinci yang tengah mengambil posisi duduk di atas kursi besi—yang tersedia di sana—membawa aura gelap penuh kekesalan.

Kelinci berbulu lebat berwarna putih yang memiliki ciri khas sendiri seperti terdapat tindik di telinganya itu sedang diserang kejengkelan karena sang pawang tidak memperhatikannya.

Ah, tidak-tidak. Bukan itu masalah utamanya. Pasalnya kelinci putih yang memiliki nama Rakha itu tidak terima harus berbaur dengan spesies yang sama dengannya. Maksudnya, dia tidak sudi ketika Liana menyuruhnya harus akrab dengan para kelincinya, seperti; bermain kejar-kejaran, makan wortel, dan tidur bersama di kandang yang penuh dengan kelinci.

Ya, jelas Rakha akan menolak mentah-mentah, lha anjuran Liana aneh. Meskipun dia dalam wujud kelinci seperti ini, kan tidak mungkin dia harus sesuaikan diri seperti layaknya kelinci. Di dalam dirinya itu masih ada jiwa manusia, ya! gerutu Rakha kesal sendiri.

Kini gadis itu berlarian mengikuti arah kelinci putih—yang memiliki corak berbentuk love dengan warna abu-abu di punggungnya—sedang berlari tidak tentu arah. “Pubu! Mau ke mana? Jangan lari-lari.” Liana berteriak mencoba menghentikan kelinci itu dengan bahasa manusia yang tentu tidak akan bisa dipahami kelinci.

Ketika dia mengetahui arah lari kelinci itu ke semak-semak, maka Liana semakin mempercepat lajunya.

Sedikit lagi kelinci itu masuk ke belukar semak dengan gesit Liana menggapainya. Syukurnya gadis itu bisa menangkap kembali kelinci itu.

“Dapat!”

“Liana?”

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Liana?”

Mendengar ada yang memanggilnya, spontan Liana membalikkan badan melihat siapa sosok yang datang.

“Bang Niko?” Gadis itu berdiri sambil membopong kelinci yang dia kejar tadi, kemudian kakinya berjalan membawa dirinya mendekati Niko yang ternyata tidak datang sendirian. Di sebelah pria itu juga terdapat Ricky yang memasang mimik datar dengan kedua tangan yang dimasukkan ke dalam saku celana sehingga menambahkan kesan keren pada setiap gadis yang melihatnya.

Bahkan Liana saja saat ini terpana dibuatnya. Ah, ralat. Dia terpesona dengan keduanya. Niko dan Ricky yang datang dengan karismanya masing-masing membuat Liana hampir tersedak oksigen yang dia hirup sendiri.

Takdir Yang Tertulis [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang