15. Motifnya Apa? (revisi)

338 80 231
                                    

Happy reading, and hope u enjoy!

***

   NIKO bukannya mengantar Liana pulang ke rumah melainkan membawa Liana ke restoran.

Jujur, bukan Liana sengaja jika perutnya itu harus berbunyi kala di dalam mobil dengan Niko tadi. Sedikit lapar, banyak malunya. Itu yang Liana rasakan saat ini.

Liana sudah menolak ajakan Niko, namun lelaki itu tetap saja memaksanya untuk ikut dengannya mampir ke restoran langganannya.

“Nah, di sini tempatnya. Masakannya enak-enak, lho,” ucap Niko seraya melepaskan seatbelt-nya yang diikuti oleh Liana.

Kala mereka akan memasuki pintu restoran, tiba-tiba langkah Liana terhenti di ambang pintu. “Kelinciku.” Liana hendak kembali lagi ke parkiran untuk mengambil kandang Rakha, namun dengan cergas Niko mencekal tangannya yang membuat Liana urung kembali.

“Hei, ayolah Liana. Kelinci lu tetap bakal aman kok di mobil gue. Jadi lu santai aja, ya?” ujar Niko meyakinkan dengan senyum damainya.

Liana bergeming. Aku percaya kalau Rakha bakal aman di mobil Niko. Tapi kenapa perasaanku enggak enak gini, sih, batin Liana gelisah.

Terdiam beberapa saat mencoba menghilangkan perasaan aneh yang mengganggunya, kemudian gadis itu menganggukkan kepalanya setuju. Seketika itulah senyum Niko merekah begitu lebarnya. “Ya, udah yuk.”

Niko mengajak gadis itu untuk duduk di dekat jendela yang menampilkan pemandangan penuh taman bunga

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Niko mengajak gadis itu untuk duduk di dekat jendela yang menampilkan pemandangan penuh taman bunga. Di tengah taman itu terdapat pancuran kecil berbentuk bunga mawar yang terpampang sangat indah di sana.

“Lu mau makan apa? Pesan apa aja terserah deh. Gue traktir,” ucap Niko gamblang.

Mendengar kata traktir membuat Liana mengalihkan pandangannya—yang sebelumnya menatap kagum taman itu—ke arah Niko dengan mata yang melebar berbinar. “Wah ... beneran?”

Niko mengangguk yakin.

Karena Niko yang terlihat benar-benar ingin mentraktirnya, jadi Liana dengan antusias melihat daftar menu untuk memesan. Di saat bersamaan mata Liana refleks mendelik kala melihat harga yang tertera di daftar menu. Mahal-mahal banget ini, woy! pekik Liana dalam hati.

Pasalnya Liana jarang sekali makan-makanan yang harganya mahal begini. Keluarga Liana memang bisa terbilang keluarga berada. Namun, orang tuanya itu selalu mengajarkan Liana untuk berhemat. Iya, walaupun keluarganya orang berada, bukan berarti ia bisa menghambur-hamburkan uang yang dihasilkan orang tuanya itu dengan susah payah. Tentu Liana akan berpikir dua kali jika ingin melakukan hal yang memboroskan.

Takdir Yang Tertulis [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang