Happy reading, and hope u enjoy!
***
RAKHA bolak-balik mengganti channel tv karena menurutnya tidak ada satu pun yang menarik untuk ditonton. Volume keras tv menggelegar ke seluruh sudut ruangan Liana, namun Rakha tidak terusik sedikit pun dengan itu.
Dia sangat bosan. Sembari menunggu Liana yang sedari tadi masih berdiam diri di dalam toilet membuatnya bingung apa yang harus dikerjakan.
Rakha yang tidak peduli dengan volume televisi yang menggelegar keras, sampai-sampai dia tidak sadar bahwa Niko masuk. Tatkala Niko duduk di sebelahnya barulah ia sadar akan kehadiran Niko.
Mata yang sebelumnya sayup karena bosan menatap televisi seketika berubah drastis menjadi tatapan ingin membunuh saat mendapati Niko di sebelahnya dengan tampang senggak.
“Ngapain lu ke sini.” Bukan pertanyaan yang Rakha ajukan, melainkan pernyataan. Rakha tak perlu berbasa-basi pada orang itu, pikirnya.
Niko menoleh dengan seringaian tipis. “Bukan urusan lu. Ini urusan gue sama Liana.”
Rakha meresponnya dengan tawa sumbang yang menggelegar. “Urusan lu sama Liana,” Rakha menuding Niko dengan tatapan tajam, “itu berarti lu juga berurusan sama gue.”
“Ow, wow! Gue sempat merinding sama kalimat terakhir lu.” Niko mendengus geli. “Sekarang gue tanya sama lu. Lu siapanya Liana, heh?” tanya Niko dengan senyuman mengejek.
“Lu nggak perlu tahu siapa gue.”
Niko menatap dalam manik kecokelatan pekat milik Rakha. Niko memutar kembali ingatan memorinya. Matanya menyipit kala ingatan wajah yang sangat mirip dengan Rakha terlintas di kepalanya. “Ah! Gue tahu siapa lu. Lu ... orang yang pernah fotonya diposting Liana, 'kan? Kalau gitu lu cuma sepupunya doang, dong.”
Foto? Sepupu?
Oh, iya. Rakha ingat waktu dia post fotonya sendiri di Instagram Liana. Waktu itu Liana juga sudah memberikan klarifikasi pada orang-orang yang menanyainya kalau dia hanyalah sepupunya.
Rakha menopang kedua sikunya di paha. Menatap sengit Niko yang masih betah duduk di sebelahnya tanpa ada rasa takut. “Siapa gue sekarang nggak penting. Lu ke sini mau ngapain lagi? Masih belum puas celakai Liana? Lu udah gila, ya?” serbu Rakha menggebu.
Niko menghela napas gusar. Dia tampak muak melihat jiwa sok kesatria Rakha. “Lu bisa diem nggak?! Gue ke sini mau ketemu Liana, bukan lu. Di mana dia sekarang?”
“Gue tahu semua rencana busuk lu. Jadi jangan harap bisa ketemu Liana lagi.” Jari Rakha terangkat ke dada bidang Niko dan menunjuk-nunjuk kasar sebagai tanda peringatan.
Dengan cepat Niko menepis jari Rakha, lalu mencekal erat kerah lelaki itu kasar. “Gue tanya sekali lagi. Di mana Liana?!”
“Niko! Rakha!”
Kedua pria yang diteriaki menoleh ke arah Liana yang masih berada di ambang pintu kamar mandi dengan memasang wajah penuh bertanya-tanya.
Liana berjalan mendekati dua lelaki yang masih saja dengan posisi yang sama. “Kalian kenapa berantem, sih? Kalian udah besar. Nggak semua masalah harus diselesaikan dengan kekerasan.” Liana mengetuk-ngetuk dekat pelipisnya dengan jari telunjuk. “Selesain pake ini, jangan dikit-dikit pake tinju. Bisa, kan?”
Seketika itu Niko melepaskan cengkeramannya di kerah Rakha. Liana duduk di tengah-tengah dua lelaki itu bak menjadi benteng di antara dua sungai yang mengalir secara berlawan arah.
Liana menoleh ke sisi kiri di mana Niko duduk. Menarik napas dalam-dalam, lalu diembuskan secara perlahan seakan membuang segala kemarahannya di rongga dada. “Kamu mau ngapain lagi ke sini? Aku udah tahu semuanya. Nggak ada lagi yang perlu dijelasin, dan aku juga udah maafin kamu.” Liana mengatakan itu dengan senyuman tulusnya. Dirinya memang sudah benar-benar memaafkan perbuatan Niko padanya.
![](https://img.wattpad.com/cover/231754481-288-k254259.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Takdir Yang Tertulis [End]
Teen Fiction[Follow sebelum membaca, tidak akan membuatmu berubah menjadi Iron Man] Bagaimana reaksi kamu ketika ada seorang pria asing yang membangunkanmu di kamar milikmu sendiri? Kaget? Takut? Pastinya. Baik, mari kita naik level. Apa yang akan kamu lakukan...