Mulmed: Niko
Happy reading, and hope u enjoy!
***
SETELAH kejadian kemalangan yang menimpa Liana tadi, gadis itu langsung dilarikan ke rumah sakit terdekat untuk mendapatkan penanganan pertama. Beruntungnya Liana, karena kebetulan sekali saat itu Niko sedang berada di sekitar sekolah Liana. Kini lelaki itu sedang duduk di kursi dekat ranjang menunggu Liana siuman dari pingsannya.
Sebelumnya ia telah menelepon Nia untuk segera datang. Ingin sekali rasanya dia menelepon langsung keluarga gadis itu agar bisa mendapat nilai tambahan dari kedua orang tua Liana, tapi apalah daya ia tidak memiliki nomornya jadi yang bisa dia hubungi hanyalah Nia—sepupunya sekaligus orang terdekat Liana yang dia kenal.
Sembari menunggu Liana siuman Niko terus memandangi wajah Liana yang terlihat lebih tenang dibanding pada saat ia tersadar. Kalau posisinya Liana sadar yang ada lelaki itu merasa gemas sendiri karena keimutan yang Liana pancarkan. Kedua sudut bibirnya tertarik berlawanan arah, tersenyum tipis. Tangan kanannya bergerak membelai pipi Liana lembut.
“Gue pengin terus natap wajah damai lu,” ucapnya pelan bahkan terdengar bergumam. Ibu jarinya tinggal diam untuk bergerak mengelus pipi chubby Liana yang terasa lembut tersentuh kulitnya.
Tanpa diketahui Niko, ternyata gadis yang ia pandangi sedari tadi sudah menandakan adanya kesadaran. Gadis itu mengerutkan keningnya yang mencoba mengurangi rasa nyeri dan pusing di kepalanya. Namun tetap saja, usaha yang dia lakukan hanyalah sia-sia karena semakin ia mencoba menghilangkan rasa itu justru semakin membuat kepalanya berdenyut-denyut nyeri yang tak tertahankan. Gadis itu memegang keningnya yang telah diperban sembari mengitari penglihatannya ke penjuru ruangan yang bernuansa putih itu.
Pria itu tersenyum bahagia ketika mengetahui Liana yang sudah terbangun. “Akhirnya lu sadar juga.”
“A-aku siapa?” Gadis itu bertanya parau, suaranya terdengar serak karena tenggorokannya yang terasa begitu kering.
Refleks raut wajah Niko berubah pucat. Pria itu tampak begitu sangat panik. Ia mendadak kehilangan akal setelah mendengar penuturan gadis itu. Bukankah tadi sang dokter mengatakan kalau lukanya tidak akan menyebabkan gangguan kesehatan yang lebih serius. Jadi apa ini? Langsung saja dengan sigap Niko berteriak memanggil dokter untuk meminta penjelasan.
“Dokter! Dokter! Cepat ke sini emph--” Ucapan Niko mendadak terhenti saat Liana mendadak menyumpal mulut lelaki itu dengan telapak tangannya.
Ditempelkannya jari telunjuknya di bibir Niko. “Sstt. Aku cuma bercanda,” katanya sambil terkekeh tidak merasa bersalah.
Niko mengerjap-ngerjapkan matanya berulang kali. “Lu bohongin gue?”
Liana mendengkus geli. “Bercanda, bukan bohongin,” koreksinya gamblang dengan cengiran yang masih terbit di bibirnya yang tampak pucat.
“Sumpah! Gue kira lu beneran lupa ingatan.”
Liana menggeleng dengan senyuman menenangkan. “Eum, by the way, yang nolongin aku tadi kamu?” tanya Liana penasaran karena tadi dia tidak sempat melihat siapa yang menahan tubuhnya.
Niko menjawabnya hanya dengan anggukan penuh energi dan mata yang berbinar.
“Makasih, ya.” Lagi-lagi Niko hanya menjawabnya dengan anggukan.
Suasana ruangannya yang begitu tenang kini berubah menjadi gaduh tatkala pintu yang tiba-tiba dibuka secara kasar bersamaan dengan yang Nia muncul berjalan tergesa-gesa dari balik pintu. Napas gadis itu terlihat terputus-putus dari tebakan Liana pasti sahabatnya itu habis berlarian menuju ke sini.
![](https://img.wattpad.com/cover/231754481-288-k254259.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Takdir Yang Tertulis [End]
Teen Fiction[Follow sebelum membaca, tidak akan membuatmu berubah menjadi Iron Man] Bagaimana reaksi kamu ketika ada seorang pria asing yang membangunkanmu di kamar milikmu sendiri? Kaget? Takut? Pastinya. Baik, mari kita naik level. Apa yang akan kamu lakukan...