Happy reading, and hope u enjoy!
***
SEMILIR angin mengembus pelan surai kecokelatan milik Liana yang tergerai. Alih-alih merasa risih karena surainya yang menutupi pandangan, justru gadis itu menikmati rasa kedamaian dari angin yang menerpa sisi kulitnya.
Tatapannya tertuju erat pada sebuah buku pelajaran yang ia bawa dari rumah. Sesekali jemarinya aktif menggarisi kalimat penting.
Lantaran terlalu bosan belajar di rumah terus-menerus, Liana pun memutuskan untuk mencari suasana baru. Tanpa membawa Nia, apalagi Rakha. Hanya dirinya seorang.
Taman Lestari adalah tempat yang tepat untuk belajar bagi Liana. Sebab taman itu jarang didatangi oleh banyak orang, oleh karena itulah Liana memilihnya agar ia bisa lebih fokus dengan pemandangan pepohonan yang hijau nan rindang, serta indra penciumannya menghidu udara segar.
Setelah menghabiskan waktu satu jam lamanya, tiba-tiba saja ponsel gadis itu berdering dari dalam tas ranselnya.
Ah~ deringan ponselnya itu sangat mengganggunya sekali. Cepat-cepat gadis itu merogoh tas. Berniat untuk mematikan ponselnya.
Namun, niatnya itu segera ia urungkan setelah melihat nama yang tertera di layar.
“Mas Rakha,” desisnya dengan wajah berseri.
Tidak ingin membiarkan hal itu terlewatkan, lantas segera ia mengangkat telepon dari pria yang membuat mood-nya meningkat dalam sekejap.
“Halo?”
“Ehm-ya. H-halo?”
Agrh! Kok aku malah gugup gini, sih? seru Liana dalam hati.
Lagi pula, jika dipikir-pikir kenapa juga dirinya harus segugup itu? Padahal biasanya berbicara dengan Rakha tak akan membuatnya jadi gugup sedikit pun.
“Lagi belajar, ya?” tanya Rakha yakin.
“Iya, Mas. Kok mas tahu?” Liana balik bertanya dengan kedua alisnya terangkat.
“Ya, tahulah. Kan itu udah jadi kebiasaan kamu akhir-akhir ini.” Rakha menjawab dengan gamblang.
Gadis itu terkekeh kecil mengetahui jawaban dari Rakha. Bisa-bisanya pria itu sampai ingat kebiasaan yang Liana lakukan. Walaupun sederhana, entah kenapa hal itu membuat Liana merasa bahwa hatinya seperti melambung ke atas, sebab senang karena ada orang yang memperhatikan hal-hal kecil seperti ini.
“Ya, udah deh. Kalau gitu aku matiin, ya?”
Belum saja Liana memberikan respons, pria itu sudah melanjutkan lagi bicaranya.
“Oh, iya! Aku kirimin kamu vn, didengarin, ya.” Setelah memberi instruksi itu, Rakha langsung memutuskan sambungan secara sepihak.
Tindakan Rakha membuat Liana berkerut kening heran bersamaan dengan dengusan geli setelah melihat voice note yang pria itu kirimkan. Rasa penasaran pun kian menjadi selepas ia mengetahui dua voice note yang pria itu kirimkan padanya.
Sebelumnya ia membesarkan volume ponsel terlebih dahulu, lalu setelahnya mendengarkan voice note dengan saksama.
“Semangat belajarnya, ya, Istriku. Eh, masih calon.” Terekam kekehan kecil pria itu. “Semoga~ hasil ujiannya bisa bikin orang tua kamu bangga dan juga aku tentunya. Supaya kita bisa cepat kawin, eh—”
![](https://img.wattpad.com/cover/231754481-288-k254259.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Takdir Yang Tertulis [End]
Teen Fiction[Follow sebelum membaca, tidak akan membuatmu berubah menjadi Iron Man] Bagaimana reaksi kamu ketika ada seorang pria asing yang membangunkanmu di kamar milikmu sendiri? Kaget? Takut? Pastinya. Baik, mari kita naik level. Apa yang akan kamu lakukan...