39. Penyelidikan mutual

204 49 9
                                    

Happy reading, and hope u enjoy!

***

     RAKHA, Nia, Ricky dan kedua orang tua Liana berkumpul di ruang tamu kediaman keluarga Andy.

Suasana sangat sunyi, tetapi dari diri masing-masing terdengar sangat ribut sebab jantung yang berdegup begitu kencangnya.

Ketiga anak muda itu saling berpegangan dalam bayang sambil menerka tingkat kemarahan kedua orang tua Liana yang baru saja diberikan kabar tentang hilangnya anak mereka.

Di dekapan sang suami, Diana tidak bisa membendung air matanya setelah mendengar laporan bahwa putrinya hilang dari ketiga anak muda itu.

Wanita setengah baya itu beringsut menjauhkan tubuhnya dari dekapan Andy. Tubuh yang menegak, menatap nyalang Rakha. Terdapat emosi yang masih belum terselesaikan di netranya.

Diana menuding tajam Rakha dengan jari telunjuknya. Matanya mendelik, tetapi terlihat berkedut. “Ini pasti gara-gara kamu!” Diana mengangguk yakin. “Ya, ini pasti karena kamu. Kehadiran kamu dalam kehidupan anak saya telah membuat dunianya berantakan! Kenapa kamu harus menelusup ke kehidupan sederhana anak saya?! Kenapa?!” Diana bertanya, tetapi seperti bukan pertanyaan yang ia ajukan, justru terlihat seperti bentakan yang penuh dengan emosi membara.

“Diana ...,” tegur Andy lembut.

Namun, alih-alih merespon suaminya, Diana justru melanjutkan tuduhannya pada Rakha. “Ini pasti semua rencana kamu, 'kan? Kamu dendam pada saya karena saya tidak suka dengan kamu. Kamu—”

“-Diana!” bentak Andy karena istrinya mulai berpikiran yang sangat tidak masuk akal. Bagaimana mungkin Rakha melakukan itu. Andy percaya pada pria itu.

Kontan Diana mengalihkan pandangannya ke suaminya. Dadanya naik-turun disebabkan ia berbicara cepat. Ia menyeka tetesan bening yang terus mengalir tak ingin berhenti, ditambah lagi mendengar bentakan dari suaminya. Diana tersinggung, tidak pernah sekali pun ia dibentak oleh suaminya itu. “Kamu bentak aku?” Suaranya terdengar serak. “Kamu bentak aku karena dia?” tanya Diana lagi.

Andy mengangguk sekali.

“Kenapa, sih, kamu selalu berpikir positif begini? Kenapa kamu nggak curiga sedikit pun padanya,” Diana menunjuk Rakha, “dia orang asing! Laki-laki itu orang asing yang mau merusak kehidupan putri kita, Andy,” lanjutnya yakin.

“Dia bukan orang asing. Kamu tahu itu. Dia tunangan putri kita,” ucap Andy tegas, Diana menggeleng bengal sambil bergumam 'nggak, nggak'.

Andy menjambak surainya frustrasi melihat istrinya yang sangat berlebihan. Padahal ia sudah menceritakan padanya mengenai putrinya yang sudah dilamar oleh Rakha. Namun, tetap saja Diana tidak percaya dan tidak terima jika putrinya yang sudah menjadi tunangan Rakha.

Sementara di dalam kebungkaman, Ricky melotot kaget. Hatinya terasa seperti ada yang menumbuk kuat dari luar.

Kenapa dia baru tahu kalau Liana sudah menjadi tunangan pria lain? Jadi selama ini dia mencintai calon istri orang? Kalau boleh Ricky bertanya mengenai itu sekarang, maka akan ia lakukan. Namun, sayangnya ia tidak mau makin merumitkan keadaan. Terpaksa harus ia pendam dan akan ia pecahkan setelah masalah ini selesai.

“Aku nggak terima dia jadi menantuku! Lagi pula putri kita masih sekolah, Andy ...,” lirih Diana mendramatisir suasana.

“Jangan terlalu drama, Diana. Jangan kamu bawa-bawa adegan film yang kamu tonton tadi pagi. Kamu terlalu dramatis. Kalau kamu terus begini, mendingan kamu masuk ke kamar. Ada kamu di sini makin membuat runyam keadaan saja, bukannya memunculkan solusi.” Penuturan Andy membuat Diana sakit hati. Dia menatap tak menyangka suaminya akan berkata seperti itu.

Takdir Yang Tertulis [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang