31. Nia No Have Akhlak

227 48 3
                                    

Happy reading, and hope u enjoy!

***

SEPASANG kaki putih dan berbulu lebat mendarat dengan halus tepat di atas wajah Liana.

Gadis itu tersentak dan segera membuka kelopak matanya yang sudah diberi pemandangan kaki-yang sudah dipastikan itu milik sahabatnya.

Perlahan dia memindahkan sepasang kaki itu di samping kepalanya.

Dia yang masih dengan posisi tetap-layaknya orang normal tidur-mengubah posisi menjadi duduk.

Dia tersenyum tipis menyaksikan sahabatnya yang masih tertidur lelap dan tetap merasa nyaman walau kini kepalanya menjulur ke bawah dalam posisi telungkup.

Nia memang memiliki kebiasaan posisi tidur yang abnormal. Posisi normalnya hanya bertahan satu jam setelah dirinya terlelap.

Tidur dengan sahabatnya itu memang akan selalu berakhirkan begitu. Bahkan pernah waktu itu yang berada di atas wajahnya bukan kaki atau tangan Nia, melainkan pantat miliknya.

Di detik itu pula Liana terbangun saat sahabatnya kentut yang menciptakan bau seperti telur busuk.

Parah, bukan? Kalau ada yang kelebihan stok akhlak, boleh dong dikirim ke Nia. Buruan, pakai JNE kalau perlu.

Namun, walaupun begitu, hal yang seperti itu sudah terbiasa terjadi, maka Liana dan Nia tidak pernah sedikit pun tak merasa nyaman dengan tingkah konyol masing-masing.

Saling menghargai dan tak lupa mereka jadikan bahan candaan untuk saling mengejek.

Suara pagi hari yang seharusnya ditemani dengan kicauan merdu burung, kini malah tergantikan oleh suara pretttt panjang yang bersumber dari dua bokong Nia.

Refleks Liana menutup indra penciumannya guna menghindari terjadinya kerusakan pada jaringan di hidung yang disebabkan oleh bau bangkai yang sangat-sangat menyengat.

Gadis itu menatap tajam sumber suara dan bau itu. "Ih!" Tangannya melayang dan mendarat tepat di pantat sahabat menjengkelkannya itu. "Kebiasaan kamu!" imbuhnya geram.

Setelah mendapatkan tamparan kasar khas Liana, tiba-tiba saja seluruh tubuh Nia bergetar yang juga membuat sensasi berguncang pada ranjang dan juga Liana.

Suara terkikik-kikik pun menyusul. Yang ternyata Nia terkekeh geli lantaran sahabatnya sudah kesal pagi-pagi begini karena ulahnya. Entah kenapa dia merasa puas. "Lu kayak nggak tahu gue aja." Nia mengubah posisinya menjadi duduk sembari terbahak.

Liana menatap datar sahabatnya.

Seketika Nia menghentikan tawanya sekaligus juga ikut memasang tampang datar. "Ow, maaf," ucapnya pelan.

Cukup lama bertukar pandang-dengan wajah datar layaknya manekin tak berekspresi-yang akhirnya diputus oleh Nia dengan menguap lebar dan napasnya yang diembuskan tepat di muka lempeng Liana.

Spontan Liana menutup hidungnya untuk yang kedua kalinya, dan tangan yang kiri mengeplak kuat jidat sahabat yang tak punya akhlak setitik air pun itu.

"Sialan, baunya nggak nanggung banget, Woi!" pekiknya yang sudah sangat-sangat jengkel dengan Nia.

Nia terkekeh kecil. "Maaf part dua," ujarnya tanpa dosa.

"Au ah! Aku mau mandi." Liana bangkit dari duduknya sembari mengambil satu bantal dan dengan rasa dendam dia melempar bantal itu dengan penuh energi tepat mengenai kepala Nia, hingga membuat gadis itu terkapar lagi.

"Kelakuan lu lebih kejam daripada gue, Bedebah!" teriak Nia murka.

"Salah siapa jailin aku?!" balas Liana yang sudah ngibrit ke dalam kamar mandi.

Takdir Yang Tertulis [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang