25. Tercyduk Amer[Ayah Mertua]

226 48 2
                                    

Happy reading, and hope u enjoy!

***

     "JADI lu tadi makan siang sama bunda?" Rakha bertanya sembari mengeluarkan motornya dari garasi.

Liana hanya bergumam sebagai jawabannya. Dia masih sedikit kesal pada pria di hadapannya itu.

Sebelum motornya itu diajak untuk berjalan-jalan. Dia memanasi terlebih dahulu mesinnya. Ternyata sudah lama juga dia tidak mengendarai motor kesayangannya itu.

Hari ini dia mengendarai motornya tidak sendirian, tetapi bersama seorang gadis yang sebentar lagi akan menjadi istrinya. Padahal sebelumnya motor itu tak pernah ada satu orang perempuan yang duduk di jok belakang, bahkan Naswa selaku mantan yang sudah berjalan dua tahun pacaran tidak pernah dia ajak menggunakan motor itu. Namun, entah kenapa rasanya dia malam ini ingin mengendari motornya bersama Liana. "Oh iya, gue sebenarnya ada mobil tapi gue sengaja naik motor biar lu tahu dunia gue." Rakha menjelaskan.

"Nggak perlu dijelasin juga kok," balas gadis itu jutek.

"Sekadar informasi doang, Lian."

"Udah, ah, buruan. Aku lapar, Mas."

"Ya, udah lu naik. Nih, pakai dulu helmnya." Rakha menyodorkan helm pada gadis itu.

Liana menerimanya dan langsung dipakainya. Namun, gadis itu tak bisa menautkan kunci tali helm. Keras dan macet. Mungkin karena sudah lama tak digunakan.

Tapi yang membuat Liana makin kesal-Rakha bukannya membantunya, tapi pria itu malah bercermin di kaca spion merapihkan rambutnya sok kegantengan.

Huh, menyebalkan. Padahal adegan seperti ini biasanya di novel-novel pasti lelakinya yang memasangkan helm. Ah, sadar Liana ... dunia nyata tak seindah dengan dunia novel.

Klik

Setelah melalui susah payah, akhirnya gadis itu selesai juga dengan helmnya. Dengan tergesa-gesa gadis itu menaiki motor Rakha hingga membuat shock-nya mengeper kuat.

Rakha melongok ke belakang dari kaca spion. "Badan lu kecil tapi bisa ngegenjot motor sampai kuat gini," ledek Rakha. Gadis itu hanya memicing tajam dari kaca spion juga.

"Udah, ah. Mending kita pergi sekarang," pungkas Rakha akhirnya, karena dia tahu kalau Liana saat ini sedang tidak bisa diganggu.

.

Di perjalanan mereka hanya saling bungkam. Rakha yang fokus pada jalanan, sedangkan Liana fokus pada pemandangan di pinggir jalanan yang memperlihatkan kota yang menurut Liana tak ada jauhnya dengan dunianya. Hanya saja ada satu hal yang membedakan. Seperti gedung apartemen yang tingginya sama bahkan nama apartemennya juga sama. Namun, dindingnya berbeda warna. Dan lain sebagainya, toko-toko juga sama seperti toko di dunia Liana hanya saja ada beberapa perbedaan.

Melihat hal yang serupa dengan dunianya. Sekelebat sebuah pertanyaan terlintas di pikiran gadis itu. Ingin sekali dia bertanya pada Rakha. Namun, dia masih ingat kalau dia masih kesal pada pria itu. Alhasil pertanyaannya dia pendam dalam pikiran.

Sementara di pihak yang lain, Rakha ingin menceritakan tentang dunia yang tadi sempat mereka pertanyakan di rumah Liana.

Sebelum berbicara, mula-mula Rakha berdeham guna melancarkan kerongkongannya yang terasa kering-karena sedari tadi siang dia belum ada minum sedikit pun.

"Lian," panggil Rakha, dan gadis yang dipanggil pun sedikit mendekatkan tubuhnya. "Mengenai dunia kita,-" Ucapan Rakha terhenti karena Liana memotong pembicaraannya.

"Dunia kita?"

Rakha mengangguk. "Iya, dunia kita." Rakha menekankan kalimat terakhirnya. "Emangnya kenapa sama dunia kita?" tanya Rakha sedikit berteriak karena mereka mulai melewati jalan yang penuh dengan keramaian.

Takdir Yang Tertulis [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang