19. Kembalinya Sang Kelinci (revisi)

257 51 16
                                    

Mulmed: Rakha versi dekil abis lari-larian plus jarang dimandiin Naswa(≧▽≦)

Happy reading, and hope u enjoy!

***

     NIKO telah memberi kabar pada orang tua Liana dan juga Nia mengenai kesadaran Liana.

Tentu saja setelah mendengar kabar dari Niko, orang tua Liana dan juga Nia senangnya bukan main. Diana dan Andy segera pulang dari kantornya untuk melihat anak mereka. Sedangkan Nia yang seharusnya masih belajar di kelas malah bolos ke rumah sakit. Sungguh tak patut untuk dicontoh.

"LIANAA! Gila, gue kangen banget sama lu, An. Ya ampun, demi apa gue bela-belain bohong sama pak Sarimin cuma mau cepat-cepat jumpa sama elu. Pokoknya setelah lu sehat, lu harus ajak gue shopping sepuasnya. No kecot!" cerocos Nia setelah memasuki kamar Liana dan langsung menghamburkan dirinya kepelukan Liana.

"Kamu bohong apa sama pak Sarimin?" tanya Liana yang masih dalam dekapan Nia.

Nia melepaskan pelukannya antusias. "Gue bohong sakit supaya bisa diizinin pulang. Dan untungnya pak Sarimin percaya aja dong, hohoho," jawab Nia songong yang sesungguhnya hanyalah sebuah kedustaan. Iya, Nia berbohong di balik kebohongan. Sebenarnya setelah jam olahraga tadi Nia bolos pelajaran yang dibantu oleh CEO pembolosan.

Liana mendorong pelan kepala sahabatnya itu dengan telunjuknya. "Ih, kamu sejak kapan belajar bolos dan juga bohong Nia, hm? Mamah nggak ada ngajarin kamu begitu, ya," ceramah Liana bak seorang ibu yang mengetahui anaknya berbohong dan bolos sekolah.

Nia menunduk merasa bersalah dan mulai mengikuti adegan dramatis ini. "Maapin aku, ya, Mak. Dedek janji ndak bakal ngulangin lagi," ucap Nia layaknya anak kecil yang mengakui kesalahannya.

Niko yang ada sedang duduk anteng di sofa tiba-tiba bertepuk tangan sekali membuat dua gadis dan Diana menoleh padanya. "Cut! Tolong, ya, akting kalian kurang mendalami. Serius dikit bisa?" timpal Niko layaknya seorang sutradara.

Sementara Diana yang duduk di seberang Nia melambaikan tangan menegur. "Hush, kalian ini. Kenapa rumah sakit dijadiin ajang pembuatan film, sih? Nanti pasien yang lain terganggu, lho," tukas Diana yang membuat Nia dan Liana langsung bungkam.

"Hehehe, maklum, Tante. Nia kangen banget gila-gilaan sama Liana." Nia menanggapi sambil cengar-cengir.

"Ya sudah, sekarang kan Liana sudah sadar dan kamu juga sudah ketemu. Jadi biarkan Liana istirahat sebentar, ya."

Raut wajah ceria Nia yang semula pun berubah menekuk karena mendengar penuturan Diana. "Yah ... jangan gitu dong, Tante. Ada banyak hal yang mau Nia ceritain sama Liana. Biasalah Tan, mau bergosip ria sebentar," seru Nia sedikit memohon.

Diana menghela napas panjang. "Ya sudah, jangan lama-lama. Dan ingat, jangan teriak-teriak, oke?" Diana memperingati. Pasalnya dua orang bersahabat karib ini kalau sudah bergosip ria pasti tidak ingat tempat dan tak ingat waktu. Dasar perempuan. Perihal mengghibah memang nomor satu.

Nia mengacungkan jempolnya dengan bibir yang tersungging lebar. "Sip, Mama keduanya Nia!" sambar Nia antusias.

Diana hanya membalas dengan senyuman kecil kemudian berlalu ke toilet.

Kini Liana sudah terhanyut dalam obrolan sahabatnya itu dari pagi sampai siang. Jangan tanya obrolan apa saja yang mereka bahas. Yang awalnya menceritakan tentang betapa kesepiannya Nia ketika Liana tidak hadir sekolah, kemudian memanjang sampai ke tentang percintaannya pada Ryan yang berakhirkan kandas.

Takdir Yang Tertulis [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang