18. Sisi Baik Orang Jahat (revisi)

262 52 23
                                    

Mulmed : Rakha

Happy reading, and hope u enjoy!

***

     SUDAH seminggu Liana dirawat di rumah sakit dan sampai sekarang masih belum juga tersadar dari komanya. Dalam tujuh hari penuh itu Niko yang lebih banyak meluangkan waktunya dalam menjaga Liana, alasan karena Diana dan Andy harus bekerja. Sedangkan Nia harus bersekolah. Namun, Niko sendiri rela mengambil cuti kerjanya demi menjaga Liana di rumah sakit.

Yeah, memang inilah rencananya.

Dan selama itu pula Rakha masih berada di kontrakan Naswa. Sudah berulang kali Rakha mencoba kabur, tapi hasilnya tetap saja Rakha akan ketahuan dan tertangkap kembali oleh Naswa.

Pagi ini Niko sudah datang ke rumah sakit pagi-pagi sekali dan sedang berada di dalam lift. Setiap datang pria itu selalu membawakan Liana seikat bunga krisan ungu yang bermakna semangat untuk hidup sehat. Bahkan sudah sekitar lima ikat bunga krisan layu yang berakhirkan pada tempat sampah.

Kini tampak Niko keluar dari lift dengan senyum yang seakan tak pernah sirna dari bibirnya. Niko berjalan menyusuri beberapa kamar VIP. Langkahnya terhenti tepat di depan kamar yang di dindingnya tertera nama Berliana Razkya. Ditatapnya sekilas papan nama itu. Di saat itulah Niko menyeringai congkak. Ada perasaan bangga di hatinya karena dirinyalah yang membayar seluruh biaya Liana termasuk kamar VIP.

Tentu saja sebelumnya Andy dan Diana telah menolak tawaran Niko. Namun, Niko tetap saja memaksa dan merasa tidak keberatan akan hal itu. Demi menghargai penawaran Niko jadi dengan berat hati Andy dan Diana menerima tawarannya.

Niko mengetuk pintu sebentar—hanya menunjukkan kesopanannya kepada Diana yang sedang menjaga Liana di dalam—lalu setelahnya Niko membuka perlahan pintu tanpa menimbulkan suara.

Terlihatlah Diana yang sedang tertidur di sofa. Lantas Niko segera menghampiri wanita itu dan ditepuknya pelan sehingga membuat Diana membukakan kedua matanya.

Diana sedikit tercengang melihat pria yang berada di hadapannya itu. Memang sudah tidak diherankan lagi jikalau Niko datang sepagi ini, tapi tetap saja setiap kali melihat anak muda itu datang selalu berhasil membuat Diana terkagum-kagum. "Eh, nak Niko sudah datang. Maaf tante ketiduran lagi," ucap Diana yang diakhiri dengan kekehan kecil.

Niko tersenyum tenang. "Tante pulang aja, ya, biar gantian saya yang jaga Liana."

Mendengar perkataan Niko mendadak membuat air muka Diana berubah menjadi sedu. "Nak Niko ... jujur, sebenarnya tante nggak enak hati sama kamu. Kamu bela-belain ambil cuti buat jaga anak tante. Terima kasih, ya, Nak Niko," tutur Diana tersenyum simpul.

Niko membalas senyuman Diana. "Iya, Tante, saya ikhlas kok ngelakuin ini semua. Sekarang tante pulang aja, ya, biar saya yang jaga Liana."

Diana tersenyum teduh, lalu ia bangkit dan segera melenggang pergi dari kamar Liana.

Setelah kepergian Diana, Niko menarik kursi dan ditata di dekat ranjang Liana. Kemudian Niko mendaratkan bokongnya seraya menaruh bunga krisan yang ia bawa tadi di atas nakas.

Digenggamnya jemari gadis yang masih menutup matanya itu. "Liana ... lu kapan sadar? Gue harap ketika lu sadar nanti, gue lah orang yang paling pertama lu lihat." Niko menempelkan jemari Liana di pipi kiri miliknya. Pria itu memejamkan kedua matanya menikmati kenyamanan hangat tangan Liana. "Dan bukan orang lain," sambungnya.

Lama Niko menempelkan jemari Liana di pipinya sampai dia tidak sadar kalau ada pergerakan jari telunjuk di tangan yang satunya.

Karena Niko yang masih menutup kedua matanya, pria itu tidak menyadari gadis yang berbaring di hadapannya telah membuka mata perlahan-lahan.

Takdir Yang Tertulis [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang