Gadis misterius

486 53 0
                                    

Warning typo bertebaran
.
.
.
.
Happy Reading ❤️

Suasana kelas XI IPS tampak tenang, dan damai tidak seperti biasanya yang berisik seperti pasar. Hal tersebut karena hari ini mereka sedang berhadapan langsung, dengan sebuah kertas yang berisi 10 pertanyaan, sebagai penentu nasib mereka setelah ini.

Beberapa di antara mereka sedang serius mengerjakan soal, dan ada yang sibuk menoleh kanan kiri untuk meminta jawaban, bahkan ada yang memilih untuk tidur.

"Pssttt, Kay!!!" panggil Alby setengah berbisik, tetapi yang dipanggil tidak menoleh sama sekali.

"Kaylee." Kali ini Rafa yang berusaha memanggil, namun Kaylee tidak menghiraukannya.

"Alpha pssttt...." Alby menendang pelan kursi Alpha yang duduk di depannya. Alpha menoleh ke belakang, dan melihat hal itu Alby bersorak riang dalam hati.

"Pinjem pulpen," pinta Alpha meraih sebuah pulpen di atas meja Alby. Alby memiliki banyak pulpen, sebab setiap pulang sekolah ia selalu melakukan razia pulpen bersama Rafa, dan Juna. Padahal, mereka bertiga memiliki uang lebih untuk memilih banyak pulpen. Mereka punya prinsip, yaitu berusaha seminimal mungkin, dan mendapatkan hasil seminimal mungkin.

"Lo kejam banget sih," gerutu Alby menghentakkan kakinya kesal. Sementara itu Bagas, dan Juna terkekeh pelan melihat hal tersebut. Bu Nisa lalu meletakkan ponsel yang sedari tadi di pegangnya ke atas meja.

"Makannya belajar," kata Carisa yang duduk di sebelah Alya.

"Oliv," panggil Rafa, merasa namanya dipanggil Olivia langsung menoleh ke arah sumber suara, dan menaikkan sebelah alisnya.

"Jawaban no 2 terasering," cetus Bu Nisa tiba-tiba lantas membuat mereka semua kaget. Bu Nisa lalu meletakkan ponsel yang sedari tadi di pegangnya ke atas meja.

"Serius, Bu?" tanya Alby girang.

"Oh iya dong, tapi salah jawabannya jangan salahkan saya ya?" balas Bu Nisa menatap Reza menaik turunkan alisnya.

"Yah, Ibu jangan gitu dong," protes Rafa

"Suka-suka saya dong," balas Bu Nisa cuek, tatapannya lalu beralih ke arah Reza yang menoleh ke arah belakang, "Putar terus kepalanya Reza," sindir Bu Nisa, dan langsung membuat Reza gelagapan.

"Wah, hebat ya di saat ulangan gini pendengaran kamu jadi tajam Azwar," kata Bu Nisa sembari menggelengkan kepalanya menatap ke arah Azwar

"Hehehe enggak kok, Bu." cengir Azwar.

"Hmm saya heran lihat kalian. Waktu pelajaran banyak yang telinganya enggak berfungsi, tapi waktu ulangan harian kayak gini langsung tajam pendengarnya. Mungkin, kalau ada orang berbisik ngasih tau jawabannya dari lapangan di bawah sana, kalian dengar juga kayaknya," pungkas Bu Nisa dan mereka semua malah tertawa geli.

"Itu tandanya kami bijaksana dalam menggunakan telinga kami Bu," ujar Alby

"Bijaksana darimana? Kalau bijaksana itu waktu saya jelaskan kalian dengerin baik-baik. Ini enggak, masuk telinga kanan keluar telinga kiri," kilah Bu Nisa

"Lah, mending gitu dong, Bu. Daripada masuk telinga kanan, keluarnya telinga kanan juga?  Jadinya enggak ada sisanya,"cicit  Reza

"Awas lehernya patah, Hanin !!!" Mendengar hal itu, Hanin langsung memperbaiki posisi duduknya, lalu ia menyengir kuda menatap Bu Nisa.

"Saya mau nanya nih, sama kamu Chika.  Kamu ngerti enggak yang bilang Jessy?" tanya Bu Nisa menatap Chika yang sedang memperhatikan Jessy yang memberikan jawaban tanpa suara.

ALKAY [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang