Kesalahan terbesar

426 59 6
                                    

Warning typo bertebaran dimana-mana
.
.
.

Jangan lupa vote dan comment 😘
.
.
.

Happy Reading ❤️

Di sebuah taman bunga yang indah, seorang gadis tengah duduk di bangku berwarna putih. Gadis itu adalah Kaylee, yang menyandarkan kepalanya di bahu kanan Bagas, serta Bagas yang merangkul dirinya.

"Bang?" panggil Kaylee

"Hm?" Bagas menoleh ke arah adiknya itu. Adiknya baru sadar tiga puluh menit yang lalu, dan sekarang adiknya sudah membaik, tidak memerlukan infus lagi.

"Lo, marah enggak, kalau gue nikah duluan?" lontar Kaylee, mendongakkan kepalanya, untuk menatap Bagas.

"Enggak dong, masa cuma karena itu gue marah," balas Bagas diselingi dengan kekehan ringan.

"Ya, masalahnya lo lebih tua dari gue. Umur gue enam belas tahun tahun, empat hari lagi, sedangkan lo udah mau delapan belas tahun," papar Kaylee

"Gue sih enggak masalah, asalkan-"

"Apa? Lo, pasti mau minta uang dendakan?" potong Kaylee, dengan mencebikkan bibirnya.

"Ya, enggak gitu juga. Gue cuma minta, setelah nikah lo enggak boleh nangis lagi," ujar Bagas, seraya mencubit gemas hidung Kaylee.

"Nangis itu untuk ngungkapin perasaan. Kata Asland, orang yang suka nangis bukan berarti lemah. Kadang, cara orang untuk ngungkapin isi hatinya, keluh kesahnya, itu bermacam-macam," papar Kaylee, yang sudah banyak belajar dari Asland, "Lo, tau enggak kenapa lebih banyak cowok yang masuk rumah sakit jiwa?" tanya Kaylee, lantas menciptakan raut bingung di wajah Bagas.

"Memangnya kenapa?" balas Bagas

"Karena mereka itu selalu beranggapan, kalau cowok nangis itu, tandanya cowok lemah. Padahal, setiap orang itu butuh nangis, untuk melepaskan beban di hati," jawab Kaylee. Mendengar jawaban dari Kaylee, Bagas langsung mengacak rambut Kaylee  seraya berkata, "Adeknya Abang pinter banget sih."

"Bang, menurut lo gue ini udah kayak jalang, ya?" tanya Kaylee tiba-tiba. Bagaspun langsung melepaskan rangkulannya, dan menatap Kaylee dengan lembut.

"Jangan ngomong gitu lagi," tegas Bagas

"Tapi, kan Bang gue udah ngelakuin hal yang seharusnya gue lakuin," kilah Kaylee, seraya menundukkan kepalanya, "Masa depan gue udah bener-bener hancur, Bang. Setelah nikah, gue pasti bakalan putus sekolah. Gue enggak bisa lagi belajar bareng kalian, ngerjain tugas, jajan di kantin," lanjut Kaylee, lalu mendengus pelan.

"Lo itu cuma korban, Kay. Buktinya aja, lo enggak ingat apapun. Dan satu lagi, masa depan, lo belum hancur. Lo, harus ambil hikmahnya aja atas kejadian ini, mungkin lo bisa sukses dengan cara lain," papar Bagas

"Gue ngerasa kalau gue enggak akan mungkin bisa sukses, kalau gue udah nikah. Gue iri tau, Bang lihat kalian semua masih bisa ngerasain indahnya masa SMA, sampai kalian lulus. Setelah lulus, kalian bakal kuliah, sedangkan gue? Gue cuma di rumah doang, bersama dengan impian gue yang kandas," cetus Kaylee merasakan sakit di hatinya, "Jujur, dalam hal apapun gue belum siap untuk nikah. Disaat teman-teman gue pada megang buku untuk belajar, gue malah gendong anak, hhh...," tambah Kaylee, seraya terkekeh ringan, namun air matanya juga ikut jatuh membasahi pipinya.

Bagas hanya diam, tidak menanggapi ucapan Kaylee. Ia langsung menarik Kaylee ke dalam pelukannya, dan memeluk adiknya itu dengan sangat erat.

"Abang tau, kalau lo itu belum siap untuk nikah, tapi abang yakin kalau lo itu cewek yang kuat, dan lo pasti bakalan bahagia, karena Revan sayang banget sama lo," pungkas Bagas, seraya mengelus punggung Kaylee.

ALKAY [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang