Paino

461 60 19
                                    

Warning typo bertebaran
.
.
.

Vote and comment 😘
.
.
.

Happy Reading ❤️

Terlihat seorang pria bertubuh tinggi dan tegap memegang tongkat baseball. Airin dan Aira terperanjak kaget saat melihat Helena pingsan, tapi mereka lebih kaget saat melihat pria itu.

"R-R-Revan?" pekik keduanya menatap pria itu dengan mata terbelalak.

Pria itu tersenyum seraya melepaskan masker yang melekat di telinganya dan menyanggah di dagunya.

"Hai, long time no see," sapa pria itu

"Kapan lo ke sini?" tanya Aira

"Hm, baru 3 hari sih," guman Revan sembari mengetuk dagunya untuk mengingat.

Sekilas Revan menatap ke arah Elina, lalu berjalan mendekatinya.

"Hai Tante, masih ingat Revan?" tanya Revan sembari berjongkok di depan Elina.

Elina menatap Revan sebentar, lalu ia menganggukkan kepalanya.

"Udah 7 tahun Tante duduk di kursi roda ini. Apa enggak di bawa ke rumah sakit?" Revan menatap Airin dan Aira bersamaan.

"Tante Helena cuma menyuruh perawat untuk ngerawat Mama, tapi keadaannya belum membaik sampai sekarang," jawab Airin

"Syukurlah, ayo kita bawa Tante Elina ke Taman," ajak Revan sembari mendorong kursi roda itu keluar diikuti oleh Airin dan Aira.

"Gimana Tante? Tante suka?" tanya Revan setelah sampai di Taman.

Elina hanya mengangguk sembari tersenyum kepada Revan.

"Lo kemana aja selama ini?" tanya Airin

"Di London," jawab Revan, "Gue ikut Papa pindah ke sana karena orangtua gue cerai, Mama gue selingkuh," lanjut Revan matanya menerawang ke depan mengingat bagaimana keluarganya dan kebahagiaannya hancur karena Mamanya.

"Gue turut sedih," lirih Aira sembari menepuk bahu Revan.

"Terus alasan lo balik ke sini?" tanya Airin

"Gue mau menghabiskan sisa hidup gue yang cuma tinggal sebentar lagi," tutur Revan.

"Maksud lo?" Aira menautkan kedua alisnya menatap Revan heran.

"Eummm, dua tahun lalu gue divonis kena kanker jantung," ucap Revan lemah

"Apa?" pekik Aira dan Aira serentak.

"Dokter bilang penyakit gue ini langka, dan paling lama cuma bertahan hidup selama satu sampai lima tahun," pungkas Revan

"Kalau tau gitu, kenapa lo enggak di London aja? Kan ada Papa lo di sana," ujar Airin

"Papa gue udah enggak butuh gue lagi, dia udah nikah setahun lalu, dan dia ninggalin gue sendirian, palingan datang cuma sebentar doang, setiap pekan ngasih gue duit, tapi gue enggak butuh semua itu," urai Revan, lalu ia menghela nafas sejenak, "Jadi, gue memutuskan untuk balik ke Indonesia, gue tinggal sama Nenek gue, dan senin nanti gue akan sekolah di SMA Galaksi," sambung Revan

"Seriusan lo?" tanya Aira tidak percaya

"Hmm," dehem Revan seraya mengangguk, "Gue pengen sekolah di sana karena gue tau Kaylee sekolah di sana juga," pungkas Revan

"Lo belum bisa ngelupain Kaylee?" tanya Airin ada rasa kecewa di dalam hatinya.

"Belum," aku Revan sembari menggeleng, "Sampai sekarang gue rasa gue sama dia enggak pernah hilang."

ALKAY [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang