Panic

296 11 0
                                    

Trettt.. Treett.. Ponsel Reina bergetar. Ia segera mengambil ponsel yang ada di dalam kantong celananya. Ia berjalan keluar dari ruangan kamar.

"Halo.." Jawabnya pelan.

'Kamu dimana? Kenapa sudah jam segini belum kembali?' hardik kakaknya dengan keras dari telepon.

"Ahhh.. Aku di rumah sakit."

'Hah? Kamu dirumah sakit? Ada apa? Apa yang terjadi? Kakak akan segera kesana!"

"Tu.. Tunggu" Reina menatap ponselnya. "Kenapa langsung dimatikan begitu saja sih sebelum aku sempat ngomong?!" omelnya.

Reina lalu menelepon balik lagi. "Angkat.. Angkat" gumamnya mondar mandir.

"Halo!!"

"Kakak dimana?"

"Kakak sudah di jalan. Kenapa?"

"Tunggu dulu kak. Aku tidak apa-apa. Hanya saja temanku kecelakaan. Jadi aku disini menemaninya. Aku rasa kakak tidak usah datang. Karena nanti dia tidak nyaman"

"Apa maksudmu tidak nyaman?"

"Ya.. Ini kan sudah malam. Lagian dia sudah tidur. Kalau kakak mau datang baiknya besok pagi saja"

"Ya sekarang kan kakak hendak menjemputmu"

"Jangan kak. Aku kan sudah bilang kalau aku ini sedang menemaninya"

"Memangnya temanmu yang mana sih? Apa tidak ada anggota keluarganya yang datang?"

"Tidak ada. Makanya aku yang menemaninya. Mu.. Mungkin besok keluarganya akan datang" ucap Reina ragu.

"Beneran kamu tidak mau dijemput?"

"Iya kak. Kakak tidak usah mengkhawatirkanku. Aku ini bukan anak kecil"

"Dimataku kamu ini masih anak kecil"

"Ya anak kecil yang juga sudah punya anak kecil kan.. Haha" tawa Reina garing.

"Betul juga. Ya sudah kalau begitu. Jaga diri ya"

"Okay" Reina menghembuskan nafas lega sesaat setelah telepon dimatikan.

Ia kembali masuk ke dalam ruangan. Mario sudah tertidur.

Reina duduk di bangku menatap wajah Mario hingga akhirnya ia tertidur juga.

****

Paginya Reina kaget mendengar suara suster. Ia buru-buru bangun dan mengelap air liurnya yang ada di wajahnya.

"Pa.. Pagi sus" katanya gugup.

Suster itu hanya tertawa kecil melihat tingkahnya. "Pagi juga"

"Lho kemana pria yang ada disini?" tanyanya heran melihat tempat tidur Mario yang kosong.

"Ohh dia sedang ke toilet"

"Syukurlah.. Aku kira dia hilang entah kemana"

Suster itu kembali tertawa. "Kamu takut ya jika pacarmu itu kabur?"

"Pa.. Pacar?? Ahhh tidak.. Tidak.. Dia bukan pacarku"

"Tapi aku baca kamu sepertinya bukan keluarganya"

"Iya.. Aku hanya temannya. Dia kan amnesia. Jadi aku.."

"Tidak apa-apa jika bilang itu pacarmu. Tampan begitu awas lho direbut orang kalau masih single" bisik suster itu.

"Ta.. Tapi" Reina tidak bisa mengatakan apapun lagi saat suster itu pergi sambil mengedipkan sebelah matanya pada Reina.

Ia hanya bisa tersenyum kecut.

Dari samping Mario keluar dari toilet dan menatap dingin padanya.

'Gawat.. Dia tidak dengar kan?' pekik Reina dalam hati.

"Ma.. Mau kubantu?" tanya Reina canggung.

"Tidak usah"

"Jadi gimana keadaanmu hari ini? Sudah baikan kan?"

"Lumayan. Tadi juga dokter mengatakan aku sudah boleh pulang. Selanjutnya rawat jalan saja"

"Ohh baguslah kalau sudah boleh pulang" Reina mengangguk.

Setelah berpikir sejenak ia baru sadar "Apa? pulang?!!"

"Iya"

"Tapi apa kamu sendiri tau kamu tinggal dimana?"

"Tidak" jawab Mario datar.

"Jadi kamu mau pulang kemana?"

Mario menatap Reina diam kemudian mengangkat bahunya tanda tidak tau.

Reina yang panik hanya mampu berteriak dalam hati. 'Arghhhh"

"Ha.. Halo kak.. Kakak bisa menjemputku tidak?" tanya Reina saat menelepon kakaknya setelah ia mengurus berkas keluar dari rumah sakit.

"Kakak hari ini ada rapat. Jika kamu mau pulang biar kakak suruh bang Alex yang menjemputmu. Berikan alamat rumah sakit itu sekarang ya"

"Tapi kak.. Temanku boleh tinggal sementara di rumah kakak juga tidak?"

"Boleh.. sudah ya. Kakak sudah mau rapat nih"

"Okay.."

Tidak berapa lama, Alex datang menjemput mereka.

"Bang.. Ini temanku namanya Mario. Dia habis kecelakaan. Jadi dia sedikit amnesia" kata Reina mengenalkan mereka.

"Ohh. Saya Alex. Abang ipar Reina" Alex menyodorkan tangannya.

"Mario"

Mereka lalu masuk ke dalam mobil.

"Temanmu tinggal dimana?" tanya Alex ramah.

"Ahh. Aku tidak tau" jawab Reina.

"Lho.. Jadi kita hendak mengantarnya kemana?"

"Untuk sementara boleh tidak tinggal di rumah abang?"

"Kamu sudah minta izin kakakmu?"

"Sudah. Tadi katanya boleh"

"Baiklah.. Oh ya tapi kamu bilang dia ini temanmu"

"Iya.. Teman sekolahku dulu"

"Jadi.."

"Jadi kebetulan pas aku lagi jalan. Aku melihat ada kecelakaan dan aku tak menyangka bahwa itu dia. Jadi ya kebetulan yang tidak disangka! Soalnya setelah tamat kami sudah lose contact jadi ya begitulah.. " jelas Reina panjang lebar.

"Ohh. Tapi katamu dia habis kecelakaan. Kenapa bisa langsung pulang?"

"Lukanya tidak begitu parah. Hanya saja dia amnesia sekarang"

"Ohh. I see i see.."

Sesampainya dirumah. Alex mencari sebuah ruangan untuk Mario tinggal. Kebetulan kamar di samping Reina kosong. Ia langsung menyuruh pembantunya untuk membereskan kamar yang sudah dijadikan gudang itu.

"Sementara kamu tidur di kamar ini saja ya" kata Alex pada Mario.

"Baik.. Terimakasih"

"Tidak usah sungkan" Alex lalu meninggalkan mereka berdua.

"Kamarnya tidak terlalu kecil kan? Soalnya banyak barang bekas. Jadi agak sempit kelihatannya"

"Tidak apa. Sudah diberi tempat tinggal aku sudah senang"

"Kalau begitu kamu istirahatlah. Kalau perlu apa-apa kamu bisa memanggilku ya" kata Reina.

"Ya.." Jawab Mario mengangguk pelan.

Reina masuk ke dalam kamarnya.

"Pacar.." ucapan suster itu masih terngiang di telinganya.


Selfish LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang