Ting.. tong.. Suara bunyi bel selamat datang terdengar.
Reina masuk dengan gontai. Kali ini Jessy tidak menyambutnya. Ia masih sibuk meladeni pembeli.
"Lho Rei.. tumben kamu datang" sapa Jessy saat Reina sudah duduk di depannya.
"Iya.. aku rindu padamu" kata Reina dengan wajah muram.
"Yang benar?" Jessy tertawa. "Tapi apakah begitu ekspresi orang yang rindu? Seperti hidup segan mati tak mau begitu?" ledek Jessy.
Reina menyandarkan kepalanya diatas meja.
"Kenapa dirimu? Kamu ada masalah ya?" Jessy menyodorkan segelas kopi susu dingin padanya.
"Tidak. Hanya saja aku ada kabar tidak menyenangkan untukmu"
"Oh ya? Apa itu?"
Reina bangkit. Ia menatap Jessy sekarang.
"Kamu tau.. Ternyata bosku adalah Mario"
"Mario? Mario yang mana?" tanya Jessy bingung.
"Mario yang dulu amnesia" jelas Reina.
"Apa?!! Mario yang itu? Jadi dia mengenalmu?"
"Entahlah. Ia bersikap seperti tidak mengenalku saat pertama melihatku. Tapi aku merasa ia seperti kenal padaku juga. Aku jadi bingung" Reina mulai menyeruput kopi susu itu.
"Maksudnya?"
"Yah.. Kemarin dia melihatku dengan seorang pria saat kami tidak sengaja berpapasan. Dan saat pria itu pergi. dia tiba-tiba bertanya padaku siapa pria itu. Padahal kalau dia tidak mengenalku untuk apa dia peduli pada kami. Ya kan?"
"Trus?"
"Trus dia juga menyuruhku untuk menjauhinya."
"Dia cemburu ya?"
"Tidak tau. Hanya saja saat aku bertanya ia hanya menjawab bahwa dia peduli padaku karena aku ini karyawannya."
"Oh ya? Trus?"
"Ya trus katanya peraturan disana tidak memperbolehkan sesama karyawan berpacaran. Tapi masalahnya saat aku tanya temanku, katanya tidak ada peraturan seperti itu. Jadi menurutmu bagaimana?"
Jessy tampak merenung. "Emm.. mungkin saja dia memang pura-pura tidak mengenalmu. Dan dia sengaja membuat peraturan seperti itu supaya kamu tidak dekat dengan pria di kantornya"
"Jadi menurutmu aku harus tetap bertahan bekerja disana atau aku resign saja ya?" Reina menatap Jessy penuh pengharapan.
"Kenapa? Masa gara-gara ada peraturan seperti itu kamu mau resign? Apa kamu benar ada hubungan dengan pria di kantormu itu?"
"Bukan. Bukan seperti itu sih. Cuma kalau diperhatikan seperti itu kan membuatku jadi berharap. Berharap kalau dia memang ternyata masih peduli padaku.. Aku takut Jess.. aku takut bakal mencintainya lagi." Reina menunduk lesu.
Jessy menepuk pundak Reina. "Tapi bukankah itu tidak masuk akal jika kamu resign hanya karna alasan seperti itu. Justru kamu harus kuat. Jangan sampai jatuh cinta lagi padanya. Buktikan kalau kamu bisa menjadi wanita karir seperti yang kamu impikan."
"Iya.."
"Lagian kamu bekerja belum sampai sebulan kan. Kalau tiba-tiba kamu mengajukan resign bukankah kamu nanti bakal dinilai tidak serius dalam bekerja. Nanti status seperti itu bakal memberatkanmu mencari pekerjaan di perusahaan lain. Bagaimanapun ceritanya aku sarankan kamu tetap bertahan. Bertahan bekerja disana dan bertahan tidak menaruh harapan padanya. Kali saja besok dia kembali pura-pura tidak mengenalmu seperti yang kamu bilang. Jadi untuk apa kamu menyerah begitu cepat?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Selfish Love
RomanceAku tidak pernah berharap kita bisa bertemu lagi. Tapi aku sangat mensyukuri kehadiranmu saat ini. Dan aku ingin memilikimu seutuhnya saat ini hanya untukku. Walaupun aku tau ini sangatlah egois. Memilikimu disaat kamu tidak mengingat apapun. Selfis...