Divorce

595 33 0
                                    

Reina memegang kedua pundak kecil Felix. Dia menatap lekat ke dalam mata coklatnya. Mata coklat yang bakal dia rindukan.

Seketika tangannya berpindah ke pipi chubby Felix. Pipinya yang lembut dan menggemaskan. Dia lalu mengecup kedua pipi imut itu. Kemudian dia mengelus pelan rambut anak semata wayangnya.

Sebenarnya dia sangat pesimis akan keputusan hakim hari ini.

Ya hari ini adalah hari sidang perceraian antara dia dan Hery.

"Felix.. Kamu harus dengerin apa kata papa ya. Belajar yang rajin supaya bisa jadi orang hebat. Ingat harus makan yang teratur ya. Kalau ada masalah apa harus bilang sama papa ya. Felix harus jadi anak yang sehat dan kuat ya. Ingat anak laki-laki tidak boleh cengeng ya" pesan Reina.

Felix mengangguk. "Mama mau kemana?" tanyanya polos.

"Mama akan pergi. Jadi Felix sama-sama Papa. Felix temani papa ya"

"Tapi kenapa mama mau pergi?"

"Iya mama tidak bisa tinggal bersama Papa lagi. Jadi mama akan pergi. Nanti kamu akan mengerti kalau kamu sudah besar nanti. Pokoknya ingat kata-kata mama. Mungkin mama akan jarang untuk mencarimu lagi. Tapi ingatlah bahwa kamu adalah kesayangan mama. Kamu adalah buah hati mama selamanya. Mama sayang sama Felix. Sayang sekali.." Reina memeluk Felix erat. Airmata pun sudah tidak terbendung lagi. Dia terisak.

Dari belakang Hery hanya menonton adegan ibu dan anak ini. Dia juga tidak ingin mengganggu moment kebersamaan mereka.

"Mama.. Felix mau ikut mama. Felix tidak mau mama pergi" Felix ikut menangis dan dia sedikit merengek-rengek.

Reina menggelengkan kepalanya pelan. Dia lalu berjongkok sehingga kini dirinya sejajar dengan Felix. "Tidak Felix. Anak laki-laki tidak boleh menangis. Kamu harus jadi anak yang kuat. Supaya kamu bisa melindungi papa dan mama."

"Tapi Felix tidak mau mama pergi. Felix mau mama.." Felix makin menangis keras.

Reina tidak mampu menahan dirinya.
Dia juga menangis. Felix memeluk Reina erat tidak ingin dirinya pergi.

"Felix.." sebuah suara muncul di belakang mereka.

Reina melepas pelukannya. Dia kemudian menyeka airmatanya.

"Felix.. Ikutlah dengan nenek dulu ya." ucap Reina masih dengan suara bergetar.

"Tidak mau.. Felix tidak mau" bantahnya. Dia kembali memeluk mamanya.

"Tidak boleh begitu ya. Mama janji mama akan kembali. Felix harus nurut ya" Reina melepaskan pelukan Felix.

Felix terisak. "Mama harus kembali ya.."

Reina mengangguk. "Iya Felix"

"Janji" Felix mengacungkan jari kelilingnya yang kemudian disambut Reina.

Setelah pamit dengan orangtua Hery. Reina dan Hery kemudian pergi ke kantor catatan sipil.

Setelah selesai menandatangani berkas-berkas perceraian. Dan setelah semua syarat disetujui. Itu artinya mereka sudah resmi bercerai. Mereka berjabat tangan terakhir kalinya. Setelah itu mereka berpisah dan masing-masing akan berjalan di jalan yang baru.

Dugaan Reina tepat. Dia tidak mendapatkan hak asuh anak semata wayangnya.

Mereka mengambil alih semuanya. Pengacara yang disewanya jago bersilat lidah. Dari mengatakan bahwa Reina tidak bekerja. Seorang single mother. Dan ntah apa lagi yang Reina tidak ingat perkataannya.

Yang Reina tau adalah dia sekarang seorang janda tanpa anak. Ya.. Dia seorang janda. Sebuah title baru untuk dia sandang.

Tak pernah dia bayangkan bahwa kehidupan pernikahan yang sudah sepuluh tahun dia bina akan pupus begitu saja.

Hery memegang pundak Reina. "Jaga dirimu baik-baik. Aku pasti akan menjaga Felix dengan baik. Jangan khawatir. Kita masih bisa bertemu sebagai teman".

'Teman'

Dihati kecilnya entah kenapa dia sedih mendengar kata teman itu. Airmata mulai menetes. Reina yang tegar berubah menjadi lemah.

"Hapus airmatamu. Aku tidak bisa memelukmu lagi." kata Hery sambil memberikan selembar tisu. "Ini barang-barangmu" Hery menurunkan koper dan tas Reina dari bagasi mobilnya.

"Tapi tidak bisakah aku bertemu Felix untuk terakhir kalinya?" tanyanya terisak.

"Untuk kebaikanmu dan Felix sebaiknya tidak. Karena jika sekarang bertemu lebih akan menambah luka batin. Dan sulit untuk berpisah lagi"

"Kamu egois. Apa salahnya aku bertemu anakku sebentar?" marah Reina.

"Ya sudah jika itu maumu." Hery mengalah. Dia sadar cinta seorang Ibu sangatlah besar. Pasti sulit untuk berpisah dengan anak sematawayang yang selalu bersamanya setiap hari.

Hery membawa Reina pulang. Koper kembali dimasukkan ke dalam bagasi mobil.

Felix langsung berlari sambil tersenyum lebar dan memeluk kaki Reina. Reina berjongkok sedikit dan memeluk Felix erat.

"Mama sayang Felix. Mama sayang sekali.." tangisnya.

Felix mengusap airmata Reina. "Mama jangan nangis. Felix kan disini" katanya berusaha menenangkan mamanya.

"Felix harus jadi anak yang kuat ya. Felix harus belajar yang rajin ya. Ingat jangan suka pilih makanan ya. Jaga kesehatan Felix ya. Ingat harus dengar kata papa, nenek dan kakek ya" pesan Reina dengan suara bergetar. Reina melirik Hery dan mertuanya sekilas.

"Iya mama.. Felix janji felix gak akan nakal. Felix akan kuat dan tidak akan pilih makanan lagi"

"Ya sudah. Mama harus pergi. Ingat ya pesan mama" Reina berdiri seraya pamit.

"Mama.. Mama mau kemana??" Felix kaget melihat mamanya bangkit.

"Mama harus pergi nak. Jaga dirimu ya.." Reina melambaikan tangannya saat Hery menuntunnya masuk kembali ke dalam mobil.

"Mama.. Mama.. Jangan pergi ma.." jerit Felix yang kemudian ditarik kakeknya. Felix lalu menangis keras dalam pelukan neneknya.

Itu yang dilihat Reina dalam mobil.

Airmata Reina juga sudah tak terbendung. Dia menangis sejadi-jadinya.

Memang dia yang memilih bercerai. Jadi dia harus menerima konsekuensinya. Tapi kenapa perpisahan ini sangatlah menyakitkan..

Hery juga tak tega melihat Reina menangis. Di dalam lubuk hatinya dia ingin memeluk raga yang terlihat begitu rapuh menangis di sampingnya.

Tapi mereka sudah memutuskan berjalan di jalan ini. Jadi gimanapun dia harus bertahan dan tidak luluh padanya lagi.

"Terima kasih" ucap Reina saat Hery kembali mengantarnya ke stasiun bus kota.

"Jadi kamu sudah memutuskan akan kemana?"

"Belum. Untuk sementara aku akan ke rumah kakakku dulu"

"Baiklah. Hati-hati di jalan. Setelah sampai berilah aku kabar."

"Iya. Sampai jumpa" Reina menganggukkan kepalanya dan mereka berpisah.

Sekarang mereka akan memulai hidup baru dengan sebuah title yang baru.

Selfish LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang