Suburbs

99 8 0
                                    

Pagi hari itu, Reina sedang bersenandung di dapur dengan gembira. Tangannya yang cekatan menggulung nasi yang sudah dia isi dengan berbagai macam lauk dan dibungkus dengan rumput laut. Kemudian dia potong-potong dan dia isi ke dalam kotak makan yang sudah disiapkan.

Hari ini Mario mendapatkan libur dari tempatnya bekerja. Ia akan berpiknik dengan Mario. Mereka akan berjalan-jalan ke sebuah tempat wisata di pinggiran kota.

"Wah sedang buat apa kamu?" tanya Jessica yang langsung menyolong satu potong dan langsung memasukkan ke dalam mulutnya.

"Ihh kakak. Apaan sih?!"

"Kan cuma ambil sepotong. Lagian kan dedek yang ada diperut kakak yang pengen. Apa kamu gak kasihan sama kakak. Nanti kalau kakak ngidam tapi gak kesampaian kan susah" Jessica memandang Reina dengan tatapan iba.

Reina memicingkan matanya menatap Jessica. "Alasan!!"

Jessica tertawa. "Kuambil sepotong lagi ya. Makasih" katanya berlalu pergi.

"Kakak!!"

"Dasar kakak. Uda susah-susah aku buatnya dari pagi-pagi buta. Malah dia nyolong seenaknya saja" omelnya.

Setelah selesai menyiapkan bekalnya. Ia segera bergegas mandi. Karena mereka harus mengejar kereta api pukul 8. Ia tidak ingin kalau ia sampai telat dan rencana mereka jadinya batal.

"Rei.. sudah siap?" Mario mengetuk pintu kamar Reina.

Reina sedang berdandan di depan cermin. "Iya.. sudah" Ia memoles lipstik di bibirnya sebagai polesan akhir. Kini ia sudah siap.

Pintu dibuka. Dan lagi-lagi Mario terpana melihat Reina yang terlihat sangat cantik dalam balutan dress bertangan panjang yang berwarna cerah diatas mata kaki. Ia juga memakai headband yang senada dengan bajunya.

"Kamu cantik" pujinya. Mario sendiri memakai baju casual dengan jaket kain diluarnya.

"Makasih" Reina tersipu malu.

"Ayo cepat nanti keretanya keburu jalan"

"Tunggu. Aku mau ambil sesuatu dulu" Reina segera masuk ke dapur. Ia menyambar tas bekal yang sudah dia siapkan.

Mereka segera bergegas ke stasiun. Setelah membeli tiket mereka langsung duduk di tempat yang ditulis di tiket itu. Mereka duduk bersebelahan.

Di dalam kereta tidak begitu ramai. Kursinya masih ada yang kosong. Begitu juga di depan mereka.

Reina tersenyum senang. Ia terlihat antusias memandang keluar jendela.

"Kamu senang?"

Reina mengangguk. "Sudah lama aku tidak naik kereta api seperti ini. Ini terasa sangat menyenangkan"

Tut.. tutttt.. Bunyi kereta api akan segera berangkat.

Setelah melewati kota, kereta mulai melewati hutan yang rindang. Hingga akhirnya sampailah mereka di stasiun yang mereka tuju.

"Wah.. udaranya sejuk sekali" Reina merentangkan kedua tangannya. Angin sepoi berhembus kearah mereka.

"Kamu tidak dingin?"

"Tidak." Reina tersenyum lebar.

Setelah berjalan beberapa menit, sampailah mereka didepan gerbang The Greenland.

Mario segera membeli tiket masuk.

Mereka lalu berjalan santai menjelajahi setiap tempat.

Ada taman bunga, danau buatan, taman bermain, taman hewan dan sebagainya.

"Ayo kita naik perahu bebek" ajak Reina menarik paksa Mario. Mario yang tidak mau terpaksa ikut.

"Seru juga menggowes perahu seperti ini. Rio.. lihat aku!" cekrek.. Reina mengambil foto tepat ketika Mario menoleh ke arahnya.

Setelah itu Reina menarik Mario berfoto di beberapa spot yang bagus.

Matahari semakin terik. Mereka mulai kelelahan.

"Ayo kita duduk dulu disana. Kita makan dulu. Sekalian beristirahat sebentar." kata Reina melihat ada meja batu dibawah payung besar yang juga terbuat dari batu yang dibentuk menyerupai sebuah jamur.

"Ademnya duduk disini" kata Reina lagi setelah mereka duduk diatas kursi batu.

Mario hanya tersenyum.

"Bagaimana? Enak?" tanya Reina saat melihat Mario mengunyah sushi yang dia buat.

Mario mengerutkan alisnya.

"Kenapa? Tidak enak ya?" Reina mulai tidak percaya diri melihat ekspresi Mario.

"Enak kok" Mario lalu mengacak rambut Reina.

"Kamu menakutiku saja. Aku kira tidak enak"

Mario lalu tertawa.

"Sebelum pulang kita jalan-jalan ke kotanya dulu yuk" ajak Mario.

"Memangnya kamu kenal daerah sini?"

"Tidak sih. Hanya saja sepertinya keluar dari taman ini. Jalan sedikit kita sudah sampai di kotanya" kata Mario dengan yakin.

"Kalau begitu ayo"

Mereka pun berjalan menyusuri jalanan yang rindang hingga sampailah mereka di pertokoan yang ada di kota tersebut.

Kring.. kring.. Terdengar bunyi bel dari seberang. Ternyata dari sebuah Stan yang di depannya ada gambar sebuah es krim cone raksasa.

"Wah ada es krim. Cocok sekali makan es krim dibawah terik matahari begini." kata Reina girang. "Kamu tunggu disini ya. Aku pergi beli dulu"

"Ehh tapi.." Mario belum sempat menyelesaikan kata-katanya saat Reina sudah berlalu pergi. "Dasar.." gumamnya.

Kring.. ponsel Reina berdering saat ia sedang membeli es krim.

"Halo" jawabnya sembari mengambil dua es krim cone yang diberikan penjual itu. Ponselnya dia jepit diantara telinga dan bahunya.

'Halo Rei.. ini kakak' terdengar suara Jessica dari seberang sana.

"Ya kak. Ada apa?" Reina sudah memegang ponsel itu dengan tangan kirinya. Tangan kanannya memegang dua buah es krim cone.

'Kamu jangan kaget ya. Tapi kakak ada kabar tidak mengenakkan untukmu.'

"Ya kak.. katakan saja" Reina berkata dengan polos.

'Kakak baru saja mendapat kabar dari asisten kakak. Kalau ternyata Mario itu sudah beristri"

"Apa?!!" kata Reina syok.

'Iya. Istrinya memposting di media sosial meminta bantuan kalau ia sedang mencari suaminya yang sudah hilang beberapa bulan. Karena istrinya sudah akan melahirkan'

Tepat di depannya, ia melihat langsung pemandangan itu. Ia tidak menduga kalau hari yang bahagia ini akan menjadi hari sebaliknya. Jantungnya menjadi berdetak tidak karuan.

Seketika es krim yang dipegangnya jatuh ke tanah.

'Halo Rei.. kamu dengar.. Rei..'

Kini ponselnya sudah tidak menempel di telinganya lagi melainkan hampir jatuh jika saja ia tidak menggengam benda itu dengan kuat.





Selfish LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang