"FELIX!!" jerit Reina histeris. Ia menggoyang tubuh Felix yang tak sadarkan diri.
Sebelum membawa Felix keluar, ia masuk ke dapur. Ia kaget melihat asap hitam yang mengepul dari dalam panci di atas kompor yang sudah berubah warna menjadi hitam. Buru-buru ia matikan kompor.
Reina sampai terbatuk-batuk.
Ia lalu menghampiri Felix dan berusaha menggendongnya keluar rumah.
Ia lalu membaringkan felix di lantai teras. Berharap Felix bisa menghirup udara segar kembali.
"Felix.. sadar.." Reina menepuk pipi Felix pelan.
"Bagaimana ini? Felix.. bangun.." Reina mengambil ponselnya. Ia dengan sigap menelepon ke rumah sakit.
'Halo..'
"Halo sus.. tolong.. tolong anak saya" kata Reina panik.
'Ada apa ya bu?'
"Anak saya.. dia pingsan.." Reina mulai terisak.
'Tenang Bu.. lokasi ibu dimana?' tanya Suster itu.
Reina memberitahu lokasinya. Ia juga menceritakan situasinya. Dari telepon, Reina diajari cara pertolongan pertama dengan bantuan CPR selagi menunggu ambulansnya datang.
Tidak berapa lama, ambulans datang dan segera mengangkut Felix.
Beberapa anggota medis langsung memasangkan oksigen dan peralatan lain di tubuh Felix. Reina menangis melihat Felix yang tak berdaya.
Setelah masuk ke ruangan UGD. Reina baru teringat untuk menelepon.
"Kak.. kakak bisa datang ke rumah sakit? Felix kak.. dia pingsan.." kata Reina bergetar.
Tidak berapa lama, Jessica datang.
Jessica menghampiri Reina yang terduduk lemas tak berdaya dengan airmata membasahi wajahnya.
"Bagaimana keadaan Felix?" Tanya Jessica.
"Tidak tau kak.. masih didalam"
"Yang tenang ya Rei. Banyak berdoa saja ya" kata Jessica menenangkan Reina.
Reina bersandar di bahu kakaknya.
Selang beberapa menit, Alex dan Mario datang.
Dengan terisak, Reina menceritakan situasi saat dia menemukan Felix di rumah Hery.
Jessica sangat marah. Sampai harus ditenangkan Alex karena mereka sedang berada di lorong Rumah sakit.
*****
Di sisi lain, Vidi baru turun dari mobil. Ia kaget melihat pintu rumah Hery terbuka lebar. Ia buru-buru masuk ke dalam. Pikiran-pikiran buruk sudah menghantuinya.
Saat masuk, ia melihat dua bingkisan utuh. Didalamnya ada kotak yang terbungkus rapi dan diikat pita.
"I.. ini bukan bom kan?" gumamnya takut. Ragu jika itu adalah hadiah sungguhan.
Samar-samar ia mencium bau gosong.
"Ahhh.." Ia baru ingat tadi ia sedang merebus telur. Tanpa pikir panjang ia masuk ke dalam dapur dan kaget melihat panci aluminiumnya kini sudah gosong dan masih mengeluarkan asap. Tapi kompornya sudah dimatikan.
"Oh iya Felix mana? Felix!!!" Tak ada jawaban.
"Lix.. Felix" panggilnya sambil berlari ke atas mencarinya.
Tapi ia tidak menemukan Felix. Ia tidak ada dimanapun.
"Gawat.. dia hilang!!" Wajah Vidi berubah pucat. Ia gemetaran. Dengan panik ia menelepon Hery menyuruhnya pulang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Selfish Love
RomanceAku tidak pernah berharap kita bisa bertemu lagi. Tapi aku sangat mensyukuri kehadiranmu saat ini. Dan aku ingin memilikimu seutuhnya saat ini hanya untukku. Walaupun aku tau ini sangatlah egois. Memilikimu disaat kamu tidak mengingat apapun. Selfis...