"Ma.. maaf" kata Reina memalingkan wajahnya. Ia juga berusaha melepaskan diri dari pelukan Mario.
Mario mempererat pelukannya. Dengan sebelah tangannya ia menggengam pipi Reina. Dan menciumnya.
Reina tidak menolak ciuman itu. Ia bahkan membalas ciuman Mario hingga ciuman mereka kian memanas.
Tetapi tiba-tiba terdengar bunyi dari perut Reina.
Reina yang malu lalu menghentikan ciuman itu. "Aku lapar.." katanya tersipu malu.
Mario hanya mengetuk kepalanya pelan. "Ayo kita makan dulu"
Malamnya, Mario tertidur ketika mereka sedang menonton acara televisi dari kamar hotel. Ia kecapekan menyetir seharian.
Reina menatap wajah tampan di sampingnya dengan lekat.
Ia benar-benar tidak pernah membayangkan bahwa pria yang dulu disukainya diam-diam kini bisa berada di depannya dan tidur bersama dengannya. Walau tidak ada hal yang terjadi, Reina tetap bersyukur bisa memandang wajah Mario yang sedang tidur sepuasnya seperti ini.
Ingin rasanya ia memilikinya. Perasaan serakah muncul di dirinya. Ia juga ingin kalau Mario selamanya amnesia dan tidak mengingat lagi masa lalunya. Biar ia hanya mengingat Reina selamanya.
'Tidak.. tidak.. tidak boleh begitu.' Reina menggeleng berusaha menghilangkan bisikan bisikan iblis di telinganya.
Lama baru ia bisa terlelap.
****
Paginya, Reina duluan terbangun. Ia kaget saat melihat wajah Mario tepat di depannya. Ia hampir saja menjerit. Untungnya ia belum sempat melakukannya. Kalau tidak Mario pasti akan terbangun. Dan dia akan kehilangan kesempatan untuk melihat wajahnya sedekat ini.
Ia lalu menatap lagi wajah Mario yang sedang tertidur pulas itu. Bulu matanya ternyata sangat panjang, hidungnya juga mancung sempurna, serta alisnya yang hitam legam menambah ketampanan wajahnya. Bahkan bulu-bulu halus di dagunya juga membuatnya terlihat sangat sexy.
'Kalau saja aku punya anak darinya. Pasti anakku akan setampan ini juga.' pikirnya. Reina terdiam sejenak. 'Ya ampun.. apa yang sudah aku pikirkan.. sadar Rei.. sadar' batinnya sendiri. Ia kemudian memejamkan matanya menghilangkan pikiran-pikiran yang tidak masuk akal itu.
Kali ini Reina beneran kaget saat ia membuka matanya dan Mario sudah memandangnya dengan tersenyum. Ia balas tersenyum kaku.
"Aku tau apa yang kamu pikirkan.. Kenapa kita tidak membuatnya saja sekarang?" bisik Mario yang mendekatkan wajahnya di telinga Reina membuat wajah Reina seketika memerah.
"A.. aku mau ke toilet" kata Reina yang buru-buru kabur.
Mario hanya tertawa kecil melihat tingkahnya. Ia senang menggoda Reina.
Mereka berangkat pulang setelah selesai sarapan.
"Kamu bisa terlambat pergi bekerja tidak?" tanya Reina khawatir.
"Harusnya tidak."
"Syukurlah kalau begitu"
"Kenapa? Kamu mau aku menemanimu lagi hari ini? Aku bersedia kok" goda Mario lagi.
"Tidak. Tidak usah." tolak Reina salah tingkah.
*****
Jessica mengetuk pintu kamar Reina.
"Rei.. kamu di dalam?"
"Iya kak.. masuk saja"
Jessica membuka pintu dan melihat lantai Reina sangat berantakan dengan kertas-kertas.
"Apa yang sedang kamu lakukan?"
"Aku sedang mencari buku"
"Buku apa?"
"Buku apa aja deh. Aku juga sudah lupa. Tapi dulu sepertinya kami pernah tukar-tukaran diary gitu. Jadi mana tau masih ada kusimpan."
Jessica mengambil sebuah buku dan melihat isinya. "Untuk apa?"
"Aku sedang mencari kontak teman-temanku yang lain."
"Untuk?" tanyanya bingung.
"Untuk Mario. Kasihan juga dia sampai sekarang masih belum ada informasi mengenai dirinya. Jadi aku bermaksud mencari kembali data temanku mana tau ada yang bisa kuhubungi" terang Reina.
"Ohh.. Memangnya dia mendesakmu ya?"
"Tidak sih. Hanya saja aku tampaknya sudah lupa dengan urusannya. Aku terlalu fokus dengan urusanku akhir-akhir ini"
"Oh iya, kalau kamu mau kakak bisa menyuruh asisten kakak untuk membantu mencari informasinya. Kamu mau?" tawar Jessica.
"Mau banget." Reina menggenggam tangan Jessica dan menatapnya dengan berkaca-kaca.
Jessica tertawa receh.
"Kenapa kakak tidak dari awal menawarkan bantuan itu sih?"
"Ya karena kakak juga tidak yakin sih bisa dapat infonya atau tidak" Jessica menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
Reina menatap Jessica datar.
"Oh ya jadi kakak mencariku ada apa?" tanyanya kemudian.
"Tidak jadi deh"
"Apa sih?"
"Tampaknya sudah tidak usah lagi deh"
"Kenapa sih? Bikin penasaran aja" Reina mengerutkan alisnya cemberut.
Jessica berpikir sejenak. "Sebenarnya kakak hanya ingin tanya tentang kemarin ketika kalian menginap bersama. Tapi tampaknya tidak ada sesuatu yang membahayakan terjadi melihat tingkahmu hari ini." Jessica lalu tertawa.
"Memangnya kakak pikir apa yang terjadi? Kami hanya tidur bersama saja kok semalam" jawab Reina polos.
"Apa?!!! Kalian sudah melakukannya ya?!" Jessica menarik Reina mendekat dan berbisik takut jika Mario mendengar dari luar.
"Apa sih kak?! Hanya tidur bersama. Bukan tidur seperti yang kakak pikirkan. Memang kami satu tempat tidur. Tapi dia tidur disana. Aku tidur disini. Begitu saja kok. Jangan mikir yang mesum deh kak" Reina menerangkan dengan sejelas-jelasnya.
"Ohh.. Kaget kakak."
"Aku juga walau seorang janda. Tapi aku juga masih bisa menjaga diriku kok kak."
"Ya kakak hanya khawatir padamu. Karena kakak lihat kalian berdua tampak sangat dekat." kata Jessica. "Tapi sebenarnya kamu ada perasaan tidak padanya?" tanyanya lagi.
Reina terdiam. Ia menghela nafas.
"Tidak tau ya kak. Kalau suka aku suka sih. Tapi aku tidak berani bilang padanya juga sih"
"Kenapa?"
"Karena aku takut kalau nanti ingatannya kembali. Dia bisa melupakanku"
"Benar juga sih. Lagian sekarang kita juga masih tidak tau apa status dirinya. Entah dia masih single atau sudah menikah"
"Makanya aku sekarang mau fokus untuk mencari tau tentangnya dulu."
"Jadi dia sendiri ada pernah mengatakan dia menyukaimu tidak?" Jessica memandang Reina penuh ingin tau.
"Tidak pernah."
"Jadi dia pernah agresif padamu?" tanyanya lagi.
Reina terdiam. Otaknya langsung memutar kejadian-kejadian saat Mario menciumnya.
"A.. aku tidak tau. Sudah kak. Aku mau fokus dulu kesini. Jangan tanya ini itu dulu. Nanti gak siap-siap." katanya gugup. Ia pura-pura sibuk membongkar buku-buku lamanya.
Jessica mengeryitkan dahi. Ia sedikit curiga. "Ya sudah deh. Kamu cari dulu." Ia lalu keluar dari kamar Reina.
Saat Jessica sudah keluar. Reina terduduk bengong. Ia baru saja menyadari selama ini entah sudah berapa kali mereka berciuman. Tapi selama itu juga Mario tidak pernah mengatakan suka padanya sekalipun.
"Ya ampun.." gumamnya lemas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Selfish Love
RomantizmAku tidak pernah berharap kita bisa bertemu lagi. Tapi aku sangat mensyukuri kehadiranmu saat ini. Dan aku ingin memilikimu seutuhnya saat ini hanya untukku. Walaupun aku tau ini sangatlah egois. Memilikimu disaat kamu tidak mengingat apapun. Selfis...