Ting tong..
"Hai.." sapa Reina pada Willy yang berdiri di depan pintu rumah Jessica.
"Nih untukmu" katanya menyodorkan sesuatu.
"Apa ini?"
"Croffle untukmu dan kakakmu"
"Wah makasih ya.."
"Seharusnya aku yang berterimakasih sudah diundang kemari"
"Saling berterimakasih jadinya" tawa Reina. "Ayo silahkan masuk"
Reina lalu membawa Willy menemui kakaknya yang masih sibuk di dalam dapur.
"Kak.. ini Willy sudah datang" panggil Reina pada kakaknya yang sedang memotong sayur.
"Ohh sudah datang ya" Jessica segera mengelap tangannya yang basah.
"Hai.. kenalkan saya Jessica, kakak Reina"
Disampingnya, Alex yang sedang mengaduk sup juga datang menghampiri Willy. "Kenalkan saya Alex, abang ipar Reina"
"Kenalkan saya Willy kak" kata Willy ramah.
"Ayo duduk dulu. Jangan sungkan-sungkan"
"Iya" Willy mengangguk.
"Kak.. aku bawa dia ke kamar Max ya" kata Reina.
"Ohh.. pergilah"
Reina lalu membawa Willy ke ruangan Max. Karena Reina tidak bisa memasak jadi dia ditugaskan menjaga Max. Max kala itu sedang bermain sendiri di dalam babyboxnya.
"Wah lucunya" kata Willy sambil bermain cilukba dengan Max.
"Iya kan.. dia lucu banget. Apalagi pipinya yang temben ini gemesin.." jawab Reina tersenyum ikut bermain dengannya.
"Ini anakmu?" tanya Willy tiba-tiba.
"Ehh bukan. Ini anak kakakku" bantah Reina.
"Ohh kukira ini anakmu"
"Enggak lah. Anakku sudah besar dan anakku ikut mantan suamiku"
"Ohh.. jadi kamu jarang bertemu dengan anakmu dong?"
"Iya. Seminggu sekali juga belum tentu bisa bertemu."
"Kenapa?"
"Tidak kenapa. Hanya saja aku lihat mereka menjaganya dengan sangat baik. Saat akhir pekan mereka selalu membawanya pergi berlibur. Apa daya aku tidak bisa mengajaknya kemana-mana. Palingan aku hanya bisa membawanya kesini atau ke rumah neneknya saja" Reina tampak sedih.
"Tetap saja tempat yang kamu bawa pasti senantiasa spesial di hatinya" hibur Willy.
"Entahlah. Aku sudah cukup bahagia melihatnya bahagia dari kejauhan." Reina tersenyum pilu.
"Bu.. bu.. bu.. bu.." suara si kecil Max tiba-tiba terdengar.
Reina segera menyeka airmatanya yang hampir keluar. Pandangannya langsung tertuju pada Max.
Di dalam babybox, max mengulurkan tangannya minta gendong.
"Kamu mau digendong ya?"
"Bu.. bu.."
Reina lalu menggendongnya.
"Boleh kugendong?"
"Boleh" Reina menaruh Max dengan hati-hati di atas lengan Willy.
"Bisa?"
"Lumayan" jawab Willy sambil menimang-nimang Max. "Tapi rasanya aneh ya. Aku gugup menggendong bayi yang mungil begini."
Reina tertawa. "Hitung-hitung kamu latihan dulu punya anak"
"Iya ya.. anak kita nanti"
"Ehh??" Reina kaget mendengar kata-kata Willy.
"Eh bukan begitu maksudku. Anakku maksudnya" bantah Willy salah tingkah.
"I.. iya" Reina ikut gugup.
Tidak berapa lama terdengar suara panggilan Jessica yang kemudian mencairkan suasana mereka yang canggung.
"Rei.. Wil.. ayo kemari" panggilnya.
Reina segera menggendong Max dan berjalan keluar ke arah ruang makan.
Willy mengikutinya dari belakang.Diatas meja sudah terhidang shabu-shabu beserta lauk dan sayurnya. Disamping juga ada panggangan daging beserta dagingnya yang sudah tertata dengan rapi.
"Wah ini mewah sekali kak. Aku jadi berasa ada di restoran korea sekarang ini." Puji Reina.
Jessica tertawa. "Ini semua juga ide Alex. Dia yang membuat dan mentata semua ini."
"Kalau gini mah restoran asli juga kalah." kata Reina lagi.
"Ah masa?!"
"Betul betul. Ini mah super duper keren" tambah Willy mengacungkan jempolnya.
"Kalian bisa aja. Yuk duduk. Kita mulai makan. Oh iya.. sini Max dikasih duduk di kursi goyangnya saja." Jessica menaruh Max diatas kursi goyang yang bisa bergerak otomatis.
Mereka lalu makan bersama sambil berbincang-bincang.
"Oh ya Wil.. kamu tidur disini saja. Aku dengar dari Rei katanya rumahmu agak jauh ya dari sini. Sudah malam begini bagusnya kamu nginap saja. Disini ada kamar kosong kok" kata Jessica saat mereka sudah selesai makan dan sedang beberes.
"Tidak usah kak. Aku pulang saja"
"Jangan. Kamu tidur sini saja. Kamu kan naik sepedamotor, bahaya malam-malam pulang."
"Iya. Kamu tidur saja disini. Tidak baik menolak permintaan tuan rumah." Tambah Alex sambil tersenyum.
"Baiklah." akhirnya Willy luluh juga.
"Ayo Rei.. bawa Willy ke kamarnya. Sprei dan lainnya sudah kakak ganti kok"
"Iya kak."
Reina membawa Willy ke kamar yang dulu Mario tempati. Begitu pintu kamar dibuka. Rasanya semua kenangan yang ada disana kembali ke dalam ingatannya. Reina termenung memandang ke dalam kamar. Dejavu
"Rei.. rei.." suara Willy menyadarkannya.
"Oh iya.. i.. ini kamarmu. Kamu ada bawa baju tidak?"
"Tidak ada"
"Kalau gitu aku pinjamkan punya kak Alex saja ya." Reina pun berlalu pergi.
Willy lalu memandang ke sekeliling kamar. Kamar yang tidak begitu luas itu cukup nyaman dengan warna dinding yang berwarna abu-abu. Ia lalu membuka lemari dan laci yang ada disana. Tapi tidak ada apapun disana.
Saat melihat laci yang terakhir. Tiba-tiba ada sesuatu yang jatuh ke dalam kolong.
Karena penasaran, Willy pun menarik laci yang terakhir keluar untuk melihat benda apa yang jatuh.
Ternyata itu adalah sebuah foto.
Ia pun mengambil foto itu. Dan betapa kagetnya ia saat melihat bahwa orang yang ada di dalam foto itu sangat familiar. Itu adalah foto wanita dan pria yang sedang berpose di samping seorang bajak laut. Wanita dan pria di dalam foto ini tersenyum dengan sangat bahagia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Selfish Love
RomanceAku tidak pernah berharap kita bisa bertemu lagi. Tapi aku sangat mensyukuri kehadiranmu saat ini. Dan aku ingin memilikimu seutuhnya saat ini hanya untukku. Walaupun aku tau ini sangatlah egois. Memilikimu disaat kamu tidak mengingat apapun. Selfis...