Happiest moment

159 9 0
                                    

Reina duduk merenung menatap jendela ketika Felix sudah tidur siang.

"Apa yang kamu pikirkan Rei?" tanya Mama Reina.

"Ahh tidak ada Ma.."

"Kamu makanlah sedikit. Dari pagi kamu tidak makan sama sekali. Nanti kamu bisa sakit"

"Aku tidak selera Ma"

"Walaupun tidak selera kamu tetap harus makan sedikit. Ayo buka mulutmu. Mama suapin" Mama Reina menyodorkan semangkuk bubur yang sama sekali belum Reina sentuh.

"A.. aku makan sendiri saja" Reina mengambil sendok di tangan Mamanya. Ia mulai makan walau dengan terpaksa.

"Mama tau kamu pasti sedang memikirkan Hery dan istri barunya kan?"

"Kenapa Mama bilang begitu?"

"Karena habis bicara dengannya kamu menjadi seperti ini"

"Iya Ma.." jawab Reina. Ia memang tidak bisa menyembunyikan apapun dari Ibunya.

"Sebenarnya apa yang dia katakan?"

Reina menghela nafas panjang. "Hery menyuruhku pulang malam ini. Karena dia mau menjaga Felix. Dan besok aku juga tidak perlu datang lagi karena ia akan membawanya pulang. Begitu katanya.."

"Mama tau kamu berat hati membiarkan Felix pulang dengannya."

"Iya.. apa yang harus aku lakukan supaya aku bisa menjaga Felix ya Ma? Aku takut mereka akan mencelakai Felix lagi."

"Mama tau kamu pasti takut. Nanti coba Mama yang katakan padanya"

"Iya Ma.."

Sampai tengah malam, tidak ada tanda-tanda kemunculan Hery.

'Apa dia benar-benar menyerah?' dalam hati Reina lega. Tapi juga ia tidak yakin kalau Hery akan menyerah begitu saja.

Keesokan harinya, pagi-pagi Jessica dan Alex sudah datang menjenguk Felix. Jessica bahkan cuti sehari khusus untuk membawa Felix pulang.

Hanya Mario yang tidak bisa datang karena harus bekerja.

Reina juga dikagetkan dengan kedatangan Jessy.

"Rei.. kamu tega ya.. ada kejadian begini tapi kamu tidak mengabariku sama sekali." kata Jessy dengan wajah cemberut.

"Maaf.. aku hanya takut nanti membuatmu khawatir. Lagian bukan masalah besar kok"

"Jelas-jelas ini masalah besar. Aku saja sampai syok mendengarnya"

"Memangnya kamu dengar dari siapa?"

"Rahasia!" Jessy menjulurkan lidahnya.

Reina mengeryitkan dahinya. "Ya sudah kalau tidak mau bilang" Ia lalu memalingkan wajah pura-pura cuek.

"Merajuk ya.." goda Jessy.

"Tidak kok"

Jessy tertawa "Mario yang bilang" lanjutnya.

"Mario?" Reina menoleh.

"Iya. Ia sangat khawatir padamu dan Felix. Oh ya dia tidak datang?"

"Tidak. Dia kan lagi bekerja"

"Betul juga. Oh iya aku lupa. Ini aku belikan coklat dan wafer untuk Felix."

"Ahh.. tidak usah repot-repot"

"Tidak repot kok. Jadi bagaimana keadaan Felix?" Jessy memaksa memberikan sekantung tas itu pada Reina.

"Sudah baikan. Ini kami juga bentar lagi akan keluar dari Rumah sakit"

"Untung saja aku cepat datang. Kalau tidak sudah ketinggalanlah aku disini"

"Begitulah" Mereka lalu tertawa.

Mereka sedang membereskan tas dan barang lainnya ketika tiba-tiba pintu dibuka.

Disana berdiri Mama dan Papa Hery.

Deg!! Jantung Reina seketika berdetak keras.

Setelah saling memberi salam. Mama Hery lalu menghampiri Reina.

"Rei.. ikut Mama keluar"

Reina menggangguk pelan.

"Rei.. Hery sudah bilang padaku kalau kamu keberatan Hery membawa Felix pulang. Dan kamu bersikeras mau membawanya pulang bersamamu kan" kata Mama Hery saat mereka sudah diluar.

"Iya" Reina menunduk.

"Mama ngerti perasaanmu. Jika Mama dalam posisi kamu, Mama juga pasti akan bersikeras seperti kamu. Tapi apa sudah kamu pikirkan apa benar ini yang terbaik untuk kamu dan Felix?"

Reina terdiam.

"Begini.. Mama tidak bermaksud untuk menyudutkanmu. Tapi dalam situasi begini mungkin kamu masih labil. Jadi Mama sudah rundingkan juga dengan Hery. Mulai sekarang Felix akan tinggal bersama Mama. Jadi kamu tidak usah khawatir lagi jika bakal ada kejadian seperti ini lagi."

"Tapi Ma.."

"Hari ini kamu boleh membawanya pulang. Ia juga boleh menginap beberapa hari denganmu. Tapi setelah itu kamu bisa kan mengantar Felix ke rumah Mama?"

"Bisa Ma.." Reina mengangguk.

"Jangan khawatir lagi ya. Mama akan menjaga Felix dengan baik. Dia adalah cucu kesayangan Mama" Mama Hery menepuk pundak Reina pelan.

"Iya Ma.."

Akhirnya Felix pulang bersama Reina ke rumah Jessica.

Dirumah, Mario sudah menunggu mereka. Ia bahkan membuat dekorasi dari balon bertuliskan "Selamat datang". Ia juga sudah menyiapkan satu buket berisi ayam goreng, kentang goreng, dan cola di atas meja.

Felix sangat senang melihat ada pesta kecil untuknya.

Tidak berapa lama, lampu yang ada di ruang tamu semuanya padam.

Dari belakangnya terdengar lagu Happy birthday. Reina datang membawa sebuah cake yang sudah diberi lilin.

Felix lalu mengucapkan harapannya dan meniup lilin itu. Seketika lampu kembali hidup.

Malam itu adalah perayaan ulang tahun yang paling meriah yang dirasakan Felix.

Selfish LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang