Ting.. Ting.. Lonceng penanda pintu terbuka berbunyi.
"Selamat datang.." sambut sang pemilik cafe.
Reina duduk di meja bar dan langsung berhadapan dengan pemilik cafe.
Sang pemilik cafe masih sibuk membuat kopi dengan mesin kopi.
"Hmmm.." Reina bersuara sedikit sambil matanya memperhatikan setiap gerak gerik Jessy yang masih tidak sadar akan kehadirannya.
Jessy menoleh saat mendengar suara dehaman. "Eii halo.. Gimana kabarmu?" tanyanya heboh saat melihat ternyata yang duduk di hadapannya kini adalah Reina.
"Seperti yang kamu lihat. Aku baik. Kamu lagi sibuk apa?"
"Aku sedang meracik kopi baru. Namanya Charcoal latte. Kamu mau coba?" tanyanya sambil memberikan secangkir kecil pada Reina.
Reina langsung menyeruputnya sedikit. "Hmm.. Rasanya.. sedikit unik ya.. Enak.." komentarnya. Reina bukanlah seorang pencinta kopi. Tapi entah kenapa rasa kopi ini tidak begitu pekat di lidahnya.
"Baguslah kalau kamu suka. Jadi habis dari mana kamu? Kok kelihatannya kamu lesu banget." tanyanya saat melihat wajah lesu Reina.
Reina menopang pipinya dengan sebelah tangannya dan menghela nafas pelan. "Aku habis mengunjungi sekolah Felix. Tapi aku tidak bertemu dengannya."
"Kenapa kamu tidak mencarinya?"
"Yahh kamu tau. Neneknya menunggunya disana. Dan aku tidak ingin berurusan lagi dengan mereka semua"
"Sebegitu bencinya kamu dengan mereka?"
"Tidak benci. Hanya lebih baik tidak bertemu saja. Menghindari lebih baik daripada nanti terjadi salah paham lagi."
"Memang sih. Cuma kalau begitu kamu tidak ada kesempatan bertemu dengan Felix donk"
"Iya. Apa boleh buat.." katanya pasrah.
"Ya sudah. Moga besok neneknya tidak ke sekolah lagi. Jadi kamu bisa ketemu Felix" hibur Jessy.
"Amin.." katanya lemas.
"Sudah.. Sudah.. Aku tidak tahan melihatmu lemas begitu. Nih makan es krim coklat favoritmu" Kata Jessy sambil menyodorkan semangkuk es krim.
Reina bangkit dan langsung memeluk Jessy. "Kamu memang yang terbaik Jess.." pujinya. Reina sangat menyukai es krim. Apalagi itu rasa coklat.
"Ya.. Ya.." jawab Jessy.
Setelah perasaannya baikan. Reina permisi pulang.
Hari ini tidak begitu panas. Reina memutuskan untuk sedikit berjalan kaki. Memang jarak cafe Jessy dan rumah kakaknya tidak terlampau jauh. Jadi Reina ingin menghibur dirinya dan berjalan santai menikmati pemandangan kota yang selama ini hanya dilihatnya sekilas. Rasanya menyenangkan berjalan sendirian seperti ini. Tidak ada beban.
Tinggal dua belokan dan kemudian sampailah dia di rumah kakaknya.
Tetapi tiba-tiba terjadi kecelakaan tepat di depannya.
Seorang lelaki tertabrak dan tergeletak tak sadarkan diri di dekat tempatnya berdiri.
Reina syok. Dia menutup mulutnya kaget.
Sang pengemudi berhenti sebentar. Kemudian langsung melajukan mobilnya pergi. Sebuah tabrak lari.
Orang-orang mulai berkumpul. Reina masih tak bergeming. Dia menatap wajah lelaki yang penuh darah.
Sekilas dia teringat seseorang yang dia kenal. Reina jongkok dan meraih wajah itu. Dia benar. Dia kenal lelaki itu.
"Tolong.. Tolong telepon ambulans!!" jeritnya saat melihat orang-orang mengerumuninya.
Sesampainya di Rumah sakit. Lelaki itu langsung masuk ke ruangan UGD. Reina hanya menunggu diluar.
Dia panik. Dia bahkan tidak sadar bahwa tangannya penuh dengan darah.
"Maaf.. Apa anda wali pasien tadi?" seorang suster menghampirinya.
"Iya.."
"Bisa tolong diisi formulirnya"
"Baiklah."
Reina mengisi formulirnya. Dia yakin dengan identitas lelaki itu. Dia hanya tidak yakin dimana dia tinggal sekarang.
"Bagaimana dok?" tanya Reina saat melihat Dokter keluar dari ruangan UGD itu.
"Tidak apa-apa. Hanya cedera kepala ringan. Cuma malam ini adalah masa kritisnya. Jika dia bisa melewati malam ini. Dia bisa segera sadar"
"Ohh.. Makasih dok"
Dokter mengangguk dan berlalu pergi.
Reina masuk ke dalam ruangan itu. Dia duduk disamping lelaki itu. Kepala lelaki itu diperban. Dan diwajahnya terpasang alat bantu pernafasan. Reina sungguh tak percaya dia bisa bertemu kembali dengan seseorang yang sudah dia lupakan.
"Mario.." panggilnya pelan sambil mengengam tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Selfish Love
RomanceAku tidak pernah berharap kita bisa bertemu lagi. Tapi aku sangat mensyukuri kehadiranmu saat ini. Dan aku ingin memilikimu seutuhnya saat ini hanya untukku. Walaupun aku tau ini sangatlah egois. Memilikimu disaat kamu tidak mengingat apapun. Selfis...