"Hai.. Semuanya lagi makan ya?" tanya Jessica yang berjalan masuk ke ruang makan.
"Iya kak.. Ayo ikut makan. Kuambilkan ya nasi kakak"
"Boleh.." kata Jessica.
Jessica baru menyadari ada seseorang yang ikut makan disana. "Ehmm.. Apakah kita kedatangan tamu?" tanyanya sopan.
"Dia ini temannya Rei" jawab Alex.
"Temannya?"
"Iya.. Temannya yang habis kecelakaan" jelas Alex.
"Lho.. Temannya bukan wanita?"
"Bukan" Alex menggeleng pelan.
"Aku kira wanita"
"Ahhhh.. Kakak juga tidak bertanya temanku pria atau wanita." kata Reina yang muncul dan ikut duduk disamping Jessica.
"Betul juga"
"Oh ya.. Kenalkan namanya Mario." kata Reina.
"Hai.. Aku Jessica kakak Rei"
Mario mengangguk pelan.
"Jadi dia yang kamu bilang mau tinggal sementara disini ya?"
"Iya kak.. Boleh kan"
"Boleh.. Tapi memangnya rumahnya dimana?"
"Itu masalahnya" Reina nyengir.
"Maksudnya?"
"Dia amnesia. Dan dia tidak ingat apapun"
"Lho.. Memangnya kartu identitas atau semacamnya tidak ada?"
"Tidak ada."
"Ohh.." suasana hening sejenak.
"Ya sudah tidak apa-apa. Itu tidak usah dipikirkan dulu. Yang penting pulihkan dulu kesehatannya" lanjut Jessica lagi.
Reina mengangguk setuju. Dia senang karena kakaknya menerima Mario tinggal disana. Akhirnya kekhawatirannya sedikit menghilang.
****
Keesokan harinya
"Hai.. Tidurmu nyenyak?" tanya Reina saat melihat Mario keluar dari kamarnya.
"Lumayan" jawabnya singkat.
Reina menghela nafas ringan. Masih terlihat aura murung dari wajah Mario.
"Oh ya, sarapanmu sudah siap. Makanlah selagi hangat. Bentar lagi kita akan keluar" Reina mendorong Mario ke ruang makan.
Saat itu pagi yang cerah. Reina mengajak Mario berkeliling.
Mario tidak mengatakan sepatah katapun saat mereka berjalan. Ia tampak serius memandang ke depan.
Reina berusaha mencairkan suasana. Ia berlari ke arah penjual es krim dan membeli dua es krim coklat dengan topping yang sangat banyak.Mario kaget disodorkan es krim itu.
"A.. Aku tidak mau" tolaknya.
"Sudah ambil saja. Jarang-jarang aku baik begini mentraktirmu makan es krim"
"Tapi ini seperti porsi anak-anak. Dan lagi kenapa toppingnya warna warni begini?"
"Toppingnya lucu kan"
"Ini sangat memalukan" gumamnya menutup wajahnya kala dilihat dua remaja yang lewat.
"Ya??"
"Tidak.. Tidak apa"
"Ayo cepat dimakan. Keburu mencair tuh" tunjuk Reina.
Mario yang tidak bisa mengelak hanya bisa makan dengan pasrah.
"Ahaha.. Mukamu kenapa sampai belepotan seperti ini?" ejek Reina.
"Ya ini gara-gara toppingnya. Ribet makannya." Mario mengelap bibirnya dengan jari-jarinya yang juga belepotan.
"Nah.. Tisu untukmu" Reina memberikan beberapa lembar tisu.
"Makasih"
"Oh ya kamu tunggu disini ya. Aku mau pergi membeli itu sebentar" Kata Reina menunjuk ke penjual gulali di samping sana.
"Ehhh.. Aku tidak mau. Jangan belikan aku.." tolak Mario yang sepertinya tidak di dengar Reina karena dia sudah berlari kesana.
Mario menunduk membayangkan kalau Reina akan datang dengan gulali pink itu lagi. Ia tidak berani melihat kearahnya.
"Nih untukmu"
"Aku tidak mau" Mario tetap tidak mau melihat Reina.
"Kenapa? Nih cepat ambil.." paksa Reina.
"Air mineral?" tanya Mario heran.
"Iya.. Kenapa?"
"Aku kira.." tunjuk Mario ke arah sana.
Reina langsung tertawa. "Kamu kira aku membelikanmu gulali. Jadi makanya kamu bersikap aneh begitu"
"Aku tidak aneh ya. Aku hanya malu"
"Jadi kamu mau ya?"
"Tidak.. Tidak mau"
"Mau kan.." ejek Reina lagi.
Akhirnya Mario tersenyum.
"Syukurlah.. Kamu sudah bisa tersenyum lagi. Aku lihat kamu tampak murung dari semalam. Kalau ada yang kamu pikirkan kamu katakan saja. Jangan disimpan sendiri di dalam hati. Aku pasti akan membantumu." kata Reina menepuk pundak Mario pelan.
"Iya.. Makasih.."
"Baiklah.. Ayo kita jalan kesana lagi" ajak Reina.
Mereka lalu kembali sebelum sore setelah berjalan menyusuri tempat-tempat yang diyakini Reina bisa memberi sedikit ingatan pada Mario. Tapi tampaknya nihil karena Mario terlihat tidak mengenali semuanya.
****
Terimakasih ya buat teman-teman yang masih menunggu cerita ini walaupun cerita ini sempat vakum cukup lama. Terimakasih juga atas dukungannya ya. ^^
KAMU SEDANG MEMBACA
Selfish Love
RomanceAku tidak pernah berharap kita bisa bertemu lagi. Tapi aku sangat mensyukuri kehadiranmu saat ini. Dan aku ingin memilikimu seutuhnya saat ini hanya untukku. Walaupun aku tau ini sangatlah egois. Memilikimu disaat kamu tidak mengingat apapun. Selfis...