Party

125 12 5
                                    

Reina menguap dan merentangkan tubuhnya. Ia sudah bangun ketika langit masih gelap. Ia sengaja bangun lebih awal untuk melihat sunrise yang muncul. Angin dingin berhembus menembus jaketnya. Ia menarik jaketnya kuat.

"Ternyata dingin juga.." ia menggertakkan giginya.

Tiba-tiba sesuatu yang hangat menyentuh punggungnya. Reina segera menoleh.

"Rio.." panggilnya dengan nada tak percaya.

"Kamu bisa mati beku memakai jaket yang tipis begini"

"Kamu juga datang?"

"Maksudmu?"

"Kamu tidak terlihat sama sekali semalam. Aku kira kamu tidak ikut"

"Aku ini bosnya. Mana mungkin aku tidak ikut. Kalian semua ini tanggungjawabku." Mario mengacak rambut Reina pelan.

"Hei.. apa yang kamu lakukan?" Reina terlihat marah karena rambutnya sekarang acak-acakkan.

"Memangnya kenapa?" Mario semakin sengaja mengacak rambut Reina.

"Kubilang hentikan" Reina kesal.

Mario tertawa usil.

Akhirnya karena sudah tidak tahan. Reina memegang tangan Mario. Sedangkan Mario mengangkat tinggi tangannya sehingga tubuh Reina oleng dan wajahnya membentur dada bidang Mario.

"Aww.." Reina merintih. "Ka.." Kata-kata Reina terpotong saat ia menyadari bahwa wajah Mario sudah tepat di depannya. Ia bahkan bisa merasakan hangat nafasnya.

Sontak Reina melepas pegangan tangannya. Ia juga berusaha mengalihkan pandangannya.

Dalam hitungan detik, Mario langsung menarik wajahnya dan menciumnya.

Reina mematung dengan mata belotnya hampir keluar.

Setelah Mario melepas ciumannya. Ia pun berbisik. "Aku sangat merindukanmu Rei.. Aku.."

Reina segera mendorongnya. "Maaf"

"Tunggu Rei" tarik Mario.

"Maaf.. Aku sama sekali tidak merindukanmu" katanya dan ia langsung pergi dari sana.

Ia masuk kembali ke kamarnya. Airmatanya jatuh. Hatinya terasa sakit. Sebenarnya ia masih sangat merindukannya..

****

Setelah acara bebas seharian, sorenya mereka dikabarkan akan ada pesta topeng.

"Wah.. ini yang kutunggu-tunggu" kata Anita antusias.

"Kenapa? Bukankah tidak seru jika wajah kita ditutupi dengan topeng??" tanya Mimi polos.

"Hei.. ini bukan topeng spiderman atau ultraman. Ini mah topeng yang hanya menutupi mata doank. Yang seperti di film-film eropa. Kamu tau vibesnya macam pesta dansa zaman dahulu. Ahh aku tidak sabar"

"Ohh.." jawab Mimi datar.

"Jangan bilang kamu masih tidak tau"

"Tau lah. Seperti yang film the iron mask kan."

"Hah?? Sesukamu deh yang mana." kata Anita yang bingung sesaat. Kemudian ia kembali merogoh tasnya.

Reina hanya tertawa cekikikan melihat mereka.

Karena acara yang dilakukan di pinggir pantai. Jadi tidak ada ketentuan dalam berbusana. Hanya saja tidak disarankan memakai gaun panjang dan high heels.

Anita sudah siap dalam balutan dress mini berwarna ungu. Sedangkan Mimi memakai dress lengan panjang dan rok selutut. Karena dia tidak tahan dingin. Dan Reina memakai jumpsuit simpel pendek.

Saat turun ke bawah, Anita sudah sangat kegirangan melihat latar dan dekor yang berkelap-kelip. Suara alunan lagu juga terdengar jelas.

Ia segera berlari dan berhenti di pintu masuknya.

Saat masuk mereka akan diberikan sebuah topeng untuk dipakai selama di dalam.

Anita mendapat topeng yang senada dengan bajunya. Mimi tampak terpukau dengan topeng yang diberikan. Sedang Reina tampak biasa saja.

"Nita.. di dalam semua memakai topeng. Memangnya kamu tau yang mana satu yang kamu incar?" tanya Mimi.

"Tidak usah harus dengan yang kuincar. Dengan yang lain juga tidak masalah."

"Jadi apa rencanamu?"

"Tunggu saja. Sebentar lagi juga pasti ada yang akan mengajakku berdansa"

Dan benar saja, ada seseorang yang mendekatinya dan mengajaknya.

Anita lalu mengedipkan mata kepada mereka berdua.

"Wow.." gumam Mimi tak percaya.

"Kalau kamu Rei?" tanya Mimi pada Reina.

"Aku sih berencana untuk mencoba semua makanannya"

"Kamu tidak ada rencana untuk berdansa?"

"Tidak. Toh tidak ada yang kuincar"

"Si Willy?"

"Hei.. kami ini hanya teman aja. Aku tidak mau diskors lagi Mi"

Mimi pun tertawa. "Kalau begitu ayo kita pergi ke area makanan"

"Lho.. kamu gimana?"

"Apanya yang gimana? Tentu saja makanan juga donk incaranku"

"Bukannya kamu mau pergi berdansa?"

"Aku sama sepertimu. Tidak ada yang kuincar juga. Kecuali kalau ada yang mengajakku berdansa itu baru kupikirkan lagi"

Reina pun tertawa.

Mereka pun mengambil makanan dan mencoba berbagai minumannya.

Percakapan mereka pun sudah seperti juri masterchef. Semua yang mereka makan akan mereka evaluasi dan beri komentar.

Di saat yang sama, Mimi permisi ingin ke kamar kecil. Jadi dia meninggalkan Reina sendirian.

Reina melihat ke sekeliling. Mereka semua terlihat berbeda dengan topeng di wajah mereka. Ia bahkan tidak bisa mengenali satupun.

Sebenarnya dalam lubuk hatinya ia merasa kecil hati. Berdiri sendirian di tengah kerumunan orang yang berpasang-pasangan sedikit membuatnya merasa tidak nyaman.

Namun tiba-tiba ada seorang pria yang menjulurkan tangannya dan membungkuk di depan Reina. Pria bertopeng hitam dan bertopi hitam itu mengajaknya berdansa.

Reina ragu mau menerima ajakannya atau tidak. Karena ia takut Mimi akan mencarinya. Ia melihat kiri kanan, masih belum terlihat sosok Mimi.

Reina lalu memutuskan untuk ikut berdansa.

Sekali dua kali Reina menginjak kaki pria di depannya. "Maaf.." ucapnya pelan.

Sekali lagi ia menginjak kaki pria itu. "Maaf.. tapi sepertinya aku sama sekali tidak mahir. Terimakasih sudah mengajakku berdansa.." Kata Reina dengan senyum bersalah. Reina lalu inisiatif mundur.

Tapi tiba-tiba tangan pria itu melingkar di pinggang Reina dan menarik tubuhnya hingga Reina tidak sengaja menabrak tubuh pria itu. Wajah mereka kembali begitu dekat.

"Kamu.."


Selfish LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang