Amnesia

391 21 0
                                    

Reina terbangun saat sesuatu menyentuh kepalanya. Ia kaget saat menyadari bahwa itu adalah sebuah tangan. Ia melompat kaget.

Ia makin kaget saat melihat Mario sudah duduk dengan tegak menatapnya.

"Kamu sudah sadar?" kata Reina senang.

"Kamu siapa?"

"Aku Reina. Ohh tapi kita sudah lama tidak jumpa. Mungkin kamu sudah lupa padaku. Tunggu sebentar ya akan kupanggilkan dokter" Reina berlari keluar kamar.

Mario menatap pemandangan di dalam kamarnya. Ia juga menatap jarum infus yang masih menancap ditangannya.

Tidak berapa lama, Reina masuk dengan seorang dokter dan seorang perawat.

"Bagaimana keadaanmu?" tanya Pak dokter sambil mengambil stetoskop untuk memeriksa tubuh Mario.

"Baik.. Tapi saya kenapa bisa ada disini?" tanya Mario bingung.

"Kamu mengalami kecelakaan lalu lintas semalam. Apakah kamu tidak ingat?" tanya Dokter lagi.

Mario menggelengkan kepalanya.

"Jadi bisa kamu sebutkan namamu siapa?" tanya dokter.

Mario terdiam. "A.. Aku.. Aku tidak ingat namaku"

Seketika Reina menutup mulutnya.

"Jadi kamu sama sekali tidak mengingat apapun? Namamu? Usiamu atau apapun?"

"Ti.. Tidak.." Mario menundukkan kepalanya dan mulai berpikir. Hingga tiba-tiba ia merintih kesakitan.

"Sudah.. Jangan dipaksa. Sebaiknya kamu istirahat dulu. Keadaanmu masih belum stabil. Jadi jangan terlalu banyak bergerak dulu ya." pesan Dokter.

Reina lalu mengikuti dokter keluar ruangan.

"Bagaimana dok?" tanya Reina penasaran.

"Dia mengalami amnesia. Hanya saja masih belum jelas dia mengalami amnesia total, sebagian atau bagaimana. Sebaiknya tetap dipantau dulu perkembangannya gimana. Jangan terlalu memaksanya"

"Baik dok. Terimakasih"

Reina masuk kembali ke dalam ruangan. Disana terlihat wajah Mario yang sedih menatap keluar jendela.

"Hai.." sapa Reina yang sedikit canggung.

Mario meliriknya sekilas dan kembali menatap keluar.

"Aku tau kamu tidak bisa mengingat apapun. Tapi aku akan membantumu. " kata Reina ramah.

"Kamu siapa?"

"Ohh iya perkenalkan namaku Reina. Aku.."

"Namaku siapa?" Mario memotong kata-kata Reina.

"Ahh ya.. Namamu Mario. Coba kulihat ada tidak kartu identitasmu." Reina mencoba mengecek tas yang dibawa Mario.

Tetapi tiba-tiba Mario mengenggam tangannya erat membuat Reina memekik kaget. Mario menatapnya lurus.

"Aku tinggal dimana?"

"Ahh itu.. Lepaskan dulu tanganmu. Sakit tau.."

Mario mulai melonggarkan pegangannya.

Dengan cepat Reina menarik tangannya. "Itu.. Aku tidak tau."

"Tapi kamu tau siapa namaku. Kenapa kamu tidak tau dimana aku tinggal?"

"Hei.. Aku ini kenal kamu karena dulu kita pernah sekolah bersama. Setelah lulus kita tidak pernah berjumpa lagi. Jadi mana aku tau kamu ini sekarang tinggal dimana"

"Jadi sekarang kamu umur berapa?"

"Aku.. 28 tahun"

"Aku juga sama ya"

"Ya.. Tentu saja"

Mario terdiam.

"Hei.. Kamu itu sama sekali tidak ingat apapun ya? Dan kenapa kartu identitas atau apapun tidak ada di dalam tasmu?" tanya Reina ketus setelah mengobrak abrik isi dalam tas Mario.

"Aku tidak tau.. Arghhh" kata Mario menahan sakit di kepalanya.

"Kamu kenapa?" Reina merasa bersalah. Ia menarik tangan Mario dan spontan memeluknya untuk menenangkannya. "Maaf.. Maafkan aku.."

Setelah Mario tenang. Reina lalu melepas pelukannya. "Maaf.. Kamu istirahatlah. Aku mau keluar sebentar"

Reina berjalan keluar dari ruangan itu.

Ia duduk di kursi di depan kamar. Entah kenapa ia merasa sangat sedih. Airmatanya jatuh.

Didalam Mario masih serius memandang keluar jendela dengan tatapan hampa.

Selfish LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang