Tringgg.. Sebuah pesan masuk di ponsel Reina.
Reina membaca dengan seksama isi pesan itu. Ia terduduk dan syok setelah membaca pesan itu.
Seharian ia menjadi sangat pendiam. Bahkan saat menjemput Mario, ia hanya diam tak bicara sepatahkatapun. Hingga membuat Mario bertanya-tanya. Saat Mario bertanya, Reina hanya tersenyum menenangkan Mario yang bingung. Tapi Mario menghargai keputusannya bahwa ia mungkin masih belum siap mengatakan apa yang sedang terjadi padanya.
Reina masuk ke dalam kamarnya. Ia masih belum menyalakan lampu ketika ia terduduk dan menangis sesunggukkan di lantai.
Tok.. tok..
"Rei.. ayo makan malam" suara Mario dari balik pintu.
Tidak ada jawaban.
"Rei.."
"Kamu duluan saja. Aku masih kenyang" jawab Reina dengan suaranya yang terdengar parau.
"Kamu tidak apa-apa?"
"Aku baik saja. Aku hanya mengantuk"
"Baiklah. Kamu istirahatlah dahulu."
"Iya"
Mario masih berdiri diam di depan pintu kamar Reina. Ia ingin memastikan kalau Reina baik-baik saja sebelum ia pergi.
"Lho mana Reina?" Tanya Jessica saat melihat hanya Mario yang datang.
"Katanya dia masih kenyang" jawab Mario.
"Memangnya dia ada makan apa tadi?"
"Tidak tau. Coba nanti kakak samperin dia di kamarnya" kata Mario menganjurkan.
"Baiklah. Kalian makanlah dahulu. Biar aku antar makanan Reina dulu"
"Kamu makan saja dulu. Bukankah Rei bilang dia masih kenyang? Jika kamu antar sekarang juga pasti akan ditolaknya." terang Alex.
"Iya juga ya.." Jessica mengiyakan.
Mario bernafas lega. Ia tau bukan dirinya yang saat ini dibutuhkan Reina. Tapi kakaknya lah yang mungkin bisa lebih menenangkan dirinya.
"Rei.. kakak bawakan makananmu. Ayo buka pintunya dulu" kata Jessica membawa sepiring nasi beserta lauknya. Ia berdiri di depan kamar Reina menunggu adiknya membuka pintunya.
"Aku tidak lapar kak"
"Ayolah makan sedikit. Kakak sudah capek-capek masak untukmu. Ayo buka pintunya.." bujuk Jessica lagi.
"Iya.." Reina membuka pintu pelan.
Jessica kaget melihat wajah Reina yang sembab dan bengkak. "Ada apa Rei? Kamu habis menangis ya?"
"Kakak.." peluk Reina sedih.
"Ayo kita masuk dulu.."
Setelah Jessica menaruh piring makanan Reina di atas nakas. Ia lalu duduk di samping Reina.
"Ada apa Rei? Ada masalah apa?"
"Ini kak.. baca.." Reina memberikan ponselnya.
Jessica lalu membaca pesan yang tertulis:
"Halo Rei.. Ini saya Vidi. Calon istri Hery. Saya mau ngundang kamu ke pesta pernikahan kami pada hari sabtu ini. Foto undangannya juga sudah saya kirim padamu. Ingat harus datang ya ke pesta kami. Kami sangat menantikan kehadiranmu. See ya.."
"Hah?? Lantang sekali cewek ini. Memang cewek ini beneran mau nikah sama Hery?" tanya Jessica geram.
"Iya"
"Kenapa kamu bisa yakin begitu? Mungkin aja ini penipuan belaka. Atau akal-akalannya Hery doank"
"Tidak kak. Aku sudah pernah bertemu mereka berdua"
"Kapan?! Kenapa kamu tidak pernah cerita pada kakak??"
"Seminggu yang lalu"
"Tapi bukankah kalian baru saja bercerai? Kenapa dia sudah punya calon istri baru?" tanya Jessica heran mengingat Reina baru saja bercerai dua bulan lebih dari Hery.
"Itu selingkuhannya Hery sebelum kami bercerai"
"APA?!!! Selingkuhan?!! Dia punya selingkuhan saat masih menikah denganmu?!! Berani juga nyali pelakor ini mengirim pesan begini. Hebat sekali!!!"
"Ssttt.. pelankan suara kakak"
Jessica mengipas wajahnya. Ia berjalan mondar mandir. Rasanya dadanya bergejolak. Ia juga merasa kepalanya sangat panas sekarang.
"Aku tidak habis pikir ada pria sebrengsek dirinya yang pernah menjadi adik iparku. Aku benar-benar ingin menonjoknya saat ini juga" geramnya sambil mengepalkan tangannya. "Dan kamu, untuk apa kamu menangis gara-gara pria bangsat seperti dia. Untung juga kamu sudah cerai darinya. Memang lebih baik menjadi janda daripada punya suami tukang selingkuh seperti dia. Bisa-bisa mati duluan makan hati kalau masih jadi istrinya. Dasar pria sampah tak berotak!!" umpat Jessica yang tidak didengar Reina sama sekali.
Kepala Reina kosong.
"Kak.. aku harus bagaimana?" Reina masih menunduk ketika ia menarik baju Jessica dan menghentikannya yang masih mengumpat sambil berjalan mondar mandir.
Jessica menoleh padanya. "Apanya yang harus bagaimana?"
"Pergi atau tidak?"
"Ya pergilah. Kenapa juga kamu harus tidak pergi?"
"Tapi aku malu.. aku merasa kalah. Aku benar-benar tidak sebanding dengan istri barunya. Aku jelek, lusuh, tidak berguna. Aku.." suara Reina bergetar. Airmata kembali membasahi pipinya.
Jessica yang iba berlutut di depannya. Ia menggenggam tangan Reina. "Rei.. Kamu itu cantik. Kamu juga tidak lusuh. Kamu itu baik.. sangat baik. Jangan mengatakan kalau kamu tidak berguna. Setiap orang punya keunikannya masing-masing. Dan kamu itu unlimited. Percayalah kalau kamu akan mendapatkan yang lebih baik daripada dia"
"Tapi aku tidak berani bertemu dengan orangtuanya apalagi saudaranya. Mereka pasti akan mengataiku, menggosipi diriku"
"Biarkan saja. Kita tidak bisa menghentikan mulut orang yang jahat. Kita tidak bisa menyumpal mereka. Kita hanya bisa membuktikan pada mereka bahwa kita juga bisa hidup tanpa mereka. Buktikan kalau kamu lebih bahagia setelah berpisah dengannya"
"Tapi aku sama sekali tidak bahagia kak.. aku sedih.. aku sangat sedih.."
"Ayo yang tegar Rei.. Oh iya, kakak ada ide. Bagaimana jika Mario menemanimu pergi ke pestanya? Buktikan juga kalau kamu sudah punya pasangan yang lebih baik darinya. Mario juga lebih tampan daripada Hery. Biar tau rasa mereka"
"Hah?!" Reina melongo.
"Ya itu ide bagus. Nanti kakak akan menyuruh Mario menemanimu kesana" kata Jessica lagi dengan penuh semangat.
"Ja.. jangan deh kak. Dia kan lagi amnesia. Nanti kalau ketahuan aku bisa lebih malu lagi"
"Tidak akan ketahuan. Tenang saja.."
"Tapi kalau misalnya ada orang rumahnya yang datang ke pesta itu juga bagaimana? Dan seperti yang kakak bilang jika dia sudah beristri dan istrinya juga datang. Bukankah aku nanti yang akan dilabrak dan di bilang pelakor sama istrinya?"
"Kalau kamu takut, ya kamu duluan pulang. Untuk apa juga kamu berada disana lama-lama!"
"Iya sih.."
"Ya sudah. Ayo yang kuat. Jangan sedih lagi" tepuk Jessica.
"Kak.. jadi Felix bakal mengenaliku tidak ya? Dia bisa kecewa tidak kalau melihatku membawa lelaki yang tidak dikenalnya?"
"Dia pasti bakal mengenalimu. Kamu ibunya. Mana mungkin dia bisa melupakanmu. Take it easy aja. Sekarang bukan saatnya untuk dia mengerti. Tapi akan ada masanya dia pasti bisa mengerti apa yang terjadi"
Reina masih terlihat ragu.
"Kakak tidak sabar. Kakak akan mendadanimu menjadi yang tercantik disana. Biar si Hery itu menyesal sudah menceraikanmu" kata Jessica dengan meluap-luap. Semangatnya berkobar membayangkan hari H nanti.
Reina hanya pasrah. Ia menghela nafas melihat kakaknya yang sangat bersemangat itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Selfish Love
RomanceAku tidak pernah berharap kita bisa bertemu lagi. Tapi aku sangat mensyukuri kehadiranmu saat ini. Dan aku ingin memilikimu seutuhnya saat ini hanya untukku. Walaupun aku tau ini sangatlah egois. Memilikimu disaat kamu tidak mengingat apapun. Selfis...