Feeling

170 9 0
                                    

Seminggu yang sangat menyenangkan akhirnya harus berakhir.

Hari ini Reina akan membawa Felix ke rumah Neneknya. Reina masih tidak ingin berpisah dari Felix. Tapi apa daya Mama Hery sudah meneleponnya kemarin malam mengatakan bahwa ia sudah sangat merindukan Felix.

Mario membawa barang-barang Felix dan memasukkan semuanya di bagasi mobil. Ia sedang libur kerja. Jadi ia berinisiatif ingin mengantar Reina dan Felix. Sekaligus membawa Mama Reina pulang.

"Ayo.." ajaknya saat melihat mereka bertiga sudah berdiri di depan pintu.

Reina lalu duduk di samping Mario. Mama Reina dan Felix duduk di belakang.

Alex dan Jessica lalu keluar dan melambaikan tangan pada mereka. "Hati-hati ya" ucap mereka.

Felix lalu membalas lambaian mereka dengan senyum merekah di bibirnya.

Sepanjang perjalanan, Reina menjadi petunjuk jalan untuk Mario. Mereka juga sesekali bernyanyi bersama membuat suasana seperti sedang berpiknik.

"Mama.. kapan-kapan kita pergi berpiknik bersama ya" kata Felix tiba-tiba.

"Iya.. Nanti akan Mama aturkan waktunya ya." Reina mengelus kepala Felix pelan.

Tidak berapa lama, sampailah mereka di depan gerbang rumah Mama Hery yang megah. Reina memang pernah beberapa kali ke rumah mertuanya. Tapi dia selalu takjub dengan design rumah yang kuno dan berkelas itu.

Mereka lalu dijamu dengan makan siang yang mewah sebelum mereka pulang. Mama Hery juga membawa mereka melihat ke kamar baru Felix yang sudah ditata sedemikian rupa sesuai dengan selera Felix. Bahkan kamar Felix disini perabotan dan barangnya lebih lengkap daripada dulu masih tinggal bersamanya.

Setidaknya Reina merasa sedikit lega bahwa mertuanya memang sangat menyayangi Felix. Cucu mereka satu-satunya.

"Datanglah sesering mungkin kemari. Kami sangat menantikan kedatanganmu Rei" kata Mama Hery dengan senyum merekah. Senyum yang sangat jarang dilihat Reina dulu.

Setelah mereka pamit. Mario lalu membawa Mama Reina pulang ke rumahnya. Mama Reina bahkan memberikan Reina oleh-oleh asinan mangga yang dibuatnya sendiri.

Hari sudah semakin sore saat mereka pamit dari rumah Mama Reina. Dalam perjalanan pulang, Reina hanya diam membisu.

Mario melihat raut wajah Reina terlihat sangat lesu. Ia lalu memutar kemudi mobilnya ke arah berlawanan.

Reina yang melamun tidak menyadarinya hingga saat mobil berhenti dia melihat di hadapannya ada hamparan pasir putih dan ombak yang berkejar-kejaran. Mereka sedang berada di pinggir pantai.

Reina menatap Mario sejenak. Angin dingin yang berhembus membuat perasaannya lebih tenang. Walaupun langit tidak secerah yang terlihat.

Mereka lalu berjalan menyusuri pantai. Sesekali air laut membasahi kaki mereka.

"Ayo teriaklah.. luapkan semua kekesalan dan kesedihanmu disini" kata Mario.

Reina lalu menjerit sekuat tenaga. Suara jeritannya lalu dibalas dengan suara ombak yang besar.

"Apa yang kamu pikirkan?" tanya Mario saat mereka sudah duduk diatas hamparan pasir.

"Tidak ada. Hanya saja hatiku masih terasa hampa"

Tiba-tiba butiran air jatuh mengenai mereka. Mario menatap ke langit. Hujan..

Langit yang tadi tenang langsung menumpahkan segala isinya. Hujan deras turun membasahi segala yang ada di bawahnya. Hujan itu seperti mewakili perasaan Reina saat ini.

Reina dan Mario bergegas masuk ke dalam mobil. Tapi apa daya baju mereka sudah basah semua.

"Ya ampun hujannya deras sekali" kata Mario menepuk-nepuk bajunya dan rambutnya yang basah.

Reina tidak menjawab. Ia hanya menunduk. Terdengar suara sesunggukan dari arahnya.

"Kamu menangis Rei?"

Reina menggeleng. Masih dengan wajah tertunduk.

"Kamu benaran tidak apa-apa?" tanya Mario khawatir. "Lihat aku Rei.." Mario menarik wajahnya sehingga wajah mereka berhadapan.

"Maaf.." kata Reina masih tidak mau menatap mata Mario.

"Dasar bodoh. Kenapa kamu yang minta maaf?" Mario lalu menarik badan Reina dan memeluknya. "Menangislah sepuasmu"

Setelah sepuluh menit akhirnya Reina berhenti menangis. Entah sudah berapa banyak tisu yang dia pakai untuk menyeka airmata dan ingusnya.

Mario menatap jam tangannya. "Tampaknya kita tidak akan bisa pulang hari ini"

"Kenapa?"

"Karena ini sudah pukul 8 lewat. Sedangkan aku dan kamu juga sudah basah kuyup. Jika kita kembali sekarang, itu akan memakan waktu satu jam. Dan dengan baju basah kuyup begini, aku tidak bisa menjamin kita bakal baik-baik saja keesokan harinya."

"Jadi bagaimana?"

"Aku akan pergi membeli baju dan terpaksa kita juga harus mencari penginapan"

"Kakak bisa marah tidak jika kita tidak pulang?"

"Kamu kabarin saja kak Jess dan katakan keadaan kita. Dia pasti bisa mengerti."

Mereka lalu berhenti di sebuah penginapan tidak jauh dari sana. Mario juga membeli baju seadanya untuk mereka kenakan.

"Tidak apa kan jika kita sekamar?" tanya Mario.

"Tidak apa"

"Kamu pergi mandilah dahulu. Ini baju yang baru untukmu" Mario memberikan sepasang baju tidur.

Reina berjalan masuk ke dalam kamar mandi dan membasuh dirinya yang basah.

Setelah Reina selesai, Mario juga membasuh dirinya.

Waktu sudah menunjukkan pukul 9 malam.

"Kamu lapar? Mau beli apa?" tanya Mario. "Aku mau keluar membeli sesuatu yang bisa dimakan" katanya lagi.

"Terserah. Pokoknya belikan saja makanan dan minuman"

"Baiklah."

Saat Mario keluar, Reina berbaring menatap langit-langit tempat tidur. Ia bisa leluasa bergerak sebentar.

Perasaannya sudah jauh membaik daripada tadi. Hanya saja sekarang jantungnya berdegup sangat kencang.

Hari ini dia akan sekamar dengan Mario. Hal yang tidak pernah dia pikirkan sebelumnya. Memang dia pernah nyasar ke kamar Mario. Tapi saat itu dia setengah sadar.

"Ingat harus natural.. jangan grogi." katanya menenangkan dirinya sendiri.

Tidak berapa lama Mario kembali dengan sekantong makanan dan minuman.

Ia memberikan nasi kotak instan pada Reina. Juga memberikan sebotol air mineral.

"Masa aku cuma ini?" tanya Reina. "Kok punyamu banyak?" tanyanya lagi saat matanya melirik ke kantong plastik yang masih penuh itu.

"Ini semua snackku. Tadi kutanya kamu cuma bilang makanan dan minuman. Ya itu saja"

"Ihhh.. snack kan makanan juga itu. Bagi sedikit donk"

"Mana bisa. Ini punyaku"

"Ihh pelit. Bagi donk" Reina berusaha menarik kantong yang disembunyikan Mario di balik punggungnya.

Sekali tarikan, Reina berhasil menarik kantong plastik itu.

Tapi tiba-tiba plastik itu koyak. Sehingga Reina terdorong jatuh. Seketika isi di dalamnya berhamburan keluar.

Mario tidak memperdulikan kantongan itu. Ia inisiatif menarik pinggang Reina. Sehingga wajah mereka bertemu. Dan pandangan mata mereka beradu.

Selfish LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang