Sampailah pada hari H acara menginap bersama di villa.
Reina datang lebih awal ke kantor. Disana sudah ada beberapa bus yang terparkir rapi di depan gedung.
Walau ia merasa ia sudah datang lebih awal. Tapi ternyata banyak yang datang lebih awal darinya. Semuanya terlihat excited. Bahkan Mimi dan Anita juga sudah disana.
"Rei.. sini" panggil Mimi.
Reina langsung bergabung dengan mereka. Raut wajah mereka sangat gembira.
"Kenapa barang bawaanmu sangat sedikit?" tanya Anita yang heran melihat Reina hanya membawa tas ransel. Sedangkan mereka berdua saja sampai membawa koper.
"Kan cuma tiga hari dua malam. Ngapain bawa banyak-banyak"
"Kamu ada bawa jaket?"
"Tidak. Tapi aku membawa baju lengan panjang"
"Disana kalau malam dingin kali lho"
"Tidak apa. Nanti pakai dua lapis saja." Kata Reina santai.
Anita tampak mendengus.
Tidak berapa lama ketua masing-masing bus datang. Mereka lalu mengarahkan semua anggota sesuai dengan divisi mereka naik ke bus yang ditentukan.
Reina melirik ke kiri dan kanan. Ia tampak mencari seseorang. Matanya terus mencari tapi ia tidak bisa menemukan sosok itu.
"Ayo" suara Anita mengagetkannya.
Reina sadar dan mengikutinya naik ke dalam bus.
Karena Mimi yang duluan masuk. Ia pun dapat duduk di samping jendela. Ditengahnya Anita dan terakhir Reina.
'Duduk disini gak bisa memandang keluar. Apa boleh buat lah' batin Reina.
Bus pun melaju. Setelah perjalanan selama tiga jam. Mereka pun sampai di Villa yang ada di pinggir pantai.
Begitu turun dari mobil, angin semilir yang dingin menerpa menusuk ke dalam tulang.
"Ihh dingin banget" gumam Reina kedinginan.
"Makanya aku bilang apa. Dingin kali kan. Walaupun disini pantai. Tapi dingin juga." tambah Mimi.
"Iya.." Reina mulai menggigil. Ia memeluk tas ranselnya erat mengikuti Mimi dan Anita yang berjalan duluan ke arah pantai.
Tiba-tiba dari belakangnya ada yang menutupi tubuhnya dengan sebuah jaket.
Spontan Reina berbalik.
"Hai" sapa Willy.
"Hai juga"
"Jaket ini kamu pakai saja. Aku lihat kamu tampak kedinginan"
"Iya. Aku salah gak bawa jaket tadi. Ngomong-ngomong kamu kok baru kelihatan?"
"Iya. Aku menggantikan Pak Beni jadi seksi konsumsi. Soalnya Pak Beni tiba-tiba tidak enak badan. Jadi dia tidak bisa ikut. Jadi aku yang ditunjuk Bu Sarah tadi pagi."
"Ohh pantesan" Reina mengangguk.
"Kenapa? Kamu pikir aku tidak ikut ya?"
"Iya. Aku tidak nampak kamu dari tadi"
"Ternyata kamu perhatiin aku juga. Aku jadi berharap"
"Maksudnya? Berharap apa?"
"Willy!!" Tiba-tiba dari kejauhan ada seorang Ibu yang memanggil.
"Ehh aku duluan ya. Aku harus kembali kesana. Bye" kata Willy yang langsung berlari menghampiri Ibu itu.
Reina segera mencari Mimi dan Anita.
"Kemana mereka dua?" gumam Reina ketika melihat di dalam aula banyak sekali orang berlalu lalang.
Tapi tiba-tiba tasnya ditarik. "Mau kemana kamu?"
"Nita.. aku tuh cari kalian." kata Reina yang senang akhirnya menemukan Anita dan Mimi.
"Makanya kamu jangan pisah sama kita. Soalnya ini kan belum diarahkan mau kemana."
"Iya maaf."
Setelah itu, Bu Sarah muncul di atas pentas. Mengucapkan beberapa kata. Setelah itu masing-masing ketua grup akan mengarahkan anggota mereka ke villa masing-masing.
Akhirnya mereka sampai di kamar mereka.
Anita segera berbaring di ranjang.
"Aku deg-degan banget. Aku takut kalau kita bisa dipisahin kamarnya. Untung aja enggak" kata Mimi.
"Iya. Aku mah gak rela pisah kamar sama kalian" Anita bangun dan merangkul Reina dan Mimi.
"Aku juga" ucap Reina.
"Oh ya, darimana kamu dapat jaket? Bukannya kamu bilang kamu gak bawa?" tanya Anita yang menyadari jaket Reina.
"Iya ya.."
"Ahh ini dipinjam Willy. Tadi aku ketemu dia" jawab Reina.
"Ohh dia ikut juga ya? Perasaan aku gak nampak dia tuh di bus"
"Ho oh.." Anita mengangguk setuju.
"Dia jadi seksi konsumsi. Makanya gak satu bus dengan kita"
"Pantas saja"
"Tapi dia perhatian kali ya sama kamu. Udah jadian aja kalian berdua" ledek Mimi.
"Mau aku di skors lagi?" tanya Reina ketus.
"Pacarannya backstreet donk"
"Ogah. Macam anak sekolahan aja pacaran backstreet gitu." tolak Reina.
Anita dan Mimi lalu tertawa.
"Ehh sudah-sudah. Kita harus kumpul lagi nih. Sudah waktunya makan siang kan" Mimi melihat jam tangannya.
Anita dan Reina lalu bergegas mengikuti Mimi ke arah pantai.
Selesai makan, mereka diharuskan mengikuti seminar. Pembicaranya akan dipilih masing-masing seorang dari masing-masing cabang perusahaan.
"Ehh lihat tuh cowok disana. Tampan banget" bisik Anita.
"Ihh kamu kok malah liat cowok sih"
"Habisnya bosan banget kalau cuma dengar ceramah doang. Jadi cuci mata donk"
"Suka-suka kamu lah. Tapi menurutku yang sana lebih tampan."
tunjuk Mimi."Mana? Mana?"
Reina hanya menggeleng mendengar bisikan mereka berdua.
Akhirnya setelah sesi seminar tiga jam, mereka diperbolehkan untuk melakukan kegiatan masing-masing.
"Arghh capeknya"
"Kalau disini masih harus dengar ceramah seharian. Bagusan aku pulang saja deh. Gak refreshing namanya" kata Anita sebal.
"Betul itu"
"Ehh ehh.. lihat itu kan cowok yang tadi kita incar. Ayo kita deketin.. lihat!! Dia buka bajunya dan hanya pakai singlet. Ya ampun. Aku bisa melihat roti sobek dari balik singletnya.." ucap Anita kesenangan sambil menarik lengan Reina dan Mimi.
"Aku tidak mau. Kalian saja" tolak Reina.
"Ayo Mi.. kita kesana" Mimi hanya pasrah ditarik Anita.
Reina melihat ke sekeliling. Pemandangan dari pantai sangatlah indah. Sejauh mata memandang semua yang terbentang hanyalah laut. Suara ombak yang berdesir sangat nyaman di telinga. Ia pun duduk di bangku taman menikmati pemandangan sore disertai angin sepoi yang berhembus.
Rasanya sudah lama sekali ia tidak merasa tenang seperti ini.Malamnya, ada acara api unggun. Ada yang mempersembahkan tarian dan ada juga yang mempersembahkan nyanyian. Setelah itu ada permainan true or dare. Bahkan ada sesi cerita horor juga.
Suasana malam sangat menyenangkan. Semua bermain dengan sangat gembira.
Saat sedang menikmati nyanyian. Reina sadar ada yang duduk di sampingnya. Rupanya itu adalah Willy yang tersenyum ramah padanya. Reina balas tersenyum padanya. Lalu kembali menikmati acaranya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Selfish Love
RomanceAku tidak pernah berharap kita bisa bertemu lagi. Tapi aku sangat mensyukuri kehadiranmu saat ini. Dan aku ingin memilikimu seutuhnya saat ini hanya untukku. Walaupun aku tau ini sangatlah egois. Memilikimu disaat kamu tidak mengingat apapun. Selfis...