"Ayah ibu!!" kata Mario yang langsung berdiri melihat Ayah Ibunya.
Reina juga ikut berdiri dan menyapa orangtuanya. "Apa kabar Paman tante" ia juga mengangguk.
"Ya silahkan duduk" kata Ibunya.
"Bu.. kenalkan ini Reina"
Reina lalu berinisiatif menyodorkan tangannya yang berakhir diacuhkan.
"Bi.. ambilkan minuman ya untuk bapak" panggil Ibunya mengacuhkan uluran tangan Reina. Ayahnya masih sibuk melihat tabletnya.
"Iya nyonya" jawab bibinya.
Reina yang malu langsung menarik kembali tangannya.
"Oh ya tadi kamu bilang siapa namanya?" tanya ibunya lagi pada Mario.
"Reina."
"Ohh.. jadi apa pekerjaanmu?"
Reina yang canggung lalu menatap Mario. "Aku.. kerja di perusahaan Pak Mario." jawab Reina gugup.
"Maksudnya kamu itu karyawannya?"
"Iya bu"
"Jadi apa hubungan kalian?"
"Dia pacarku Bu" Mario merangkul Reina dan menarik bahunya rapat dengannya. Reina kaget dan melirik Mario sekilas. Dengan cepat ia melepaskan diri dari rangkulan Mario. Ia masih berusaha memasang wajah tenang.
"Pacar?? Sudah berapa lama?"
"Tidak begitu lama" jawab Mario santai. "Hanya saja kami sudah kenal lama"
"Ohh.. jadi usia kalian beda berapa tahun? Soalnya kamu tidak terlihat baru lulus kuliah atau semacamnya?"
"Iya kami seumuran.." jawab Mario lagi.
"Kalau begitu kamu sudah usia 30an tahun donk?"
"Iya.." jawab Reina gugup.
"Wah jarang ada wanita yang belum menikah di usia begini" kata Ibunya masih dengan pandangan meremehkan.
"Ee.. sebenarnya saya pernah menikah. Tapi sudah cerai.." kata Reina polos.
"Maksudnya kamu ini seorang.. ?"
"Oh ya.. sudah lumayan malam. Sebaiknya aku antar kamu pulang ke rumah Rei" kata Mario memotong pembicaraan Ibunya.
"Ayo Rei" ajaknya lagi.
"Permisi Paman Tante" kata Reina sopan.
Di dalam mobil, Reina hanya diam. Ia tertunduk menyesali kejujurannya.
"Maaf" kata Mario tiba-tiba.
Reina menoleh padanya. "Maaf kenapa?"
"Karena Ibuku terlalu mau tau. Dia seakan sedang menginterogasimu seperti detektif saja."
"Tidak apa. Namanya Ibumu kan takut kalau kamu berpacaran dengan orang yang gak jelas asal usulnya."
"Lalu kenapa kamu terlihat sedih?"
"Aku hanya takut Ibumu pasti tidak menyetujui jika kita berpacaran"
"Kamu jangan khawatirkan itu. Ibuku bukan orang seperti itu kok" Mario menggenggam tangan Reina berusaha meyakinkannya.
'Aku harap begitu' gumamnya tanpa suara sambil memandang keluar jendela.
"Jangan terlalu dipikirkan. Oke!!" kata Mario sambil mengacak rambut Reina.
Reina masih terlihat tidak bersemangat.
"Ayo senyum dulu. Kalau tidak aku cium ya"
Mendengar kata 'cium' sontak Reina langsung sadar dan dia nyengir dengan terpaksa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Selfish Love
RomanceAku tidak pernah berharap kita bisa bertemu lagi. Tapi aku sangat mensyukuri kehadiranmu saat ini. Dan aku ingin memilikimu seutuhnya saat ini hanya untukku. Walaupun aku tau ini sangatlah egois. Memilikimu disaat kamu tidak mengingat apapun. Selfis...