Mario membawa Reina masuk ke dalam rumah. Reina masih menunduk. Ia bergegas masuk ke dalam kamarnya walau ia melewati Jessica dan Alex yang sedang duduk di depan Televisi. Ia tidak menyapa mereka sama sekali.
"Bagaimana tadi?" tanya Jessica yang berdiri dan menghampiri Mario. Disusul Alex.
"Dia sudah melakukan yang terbaik" jawab Mario dengan senyum terbaiknya.
"Jadi kenapa dia terlihat sedih?" tanya Jessica yang khawatir.
"Dia sudah menahannya dari tadi. Jadi biarlah dia melampiaskan dulu kesedihannya" ucap Mario.
"Iya benar" sambung Alex.
"Aku boleh menemuinya?" tanya Jessica.
"Sebaiknya biarkan saja dulu. Karena dia masih sedikit terguncang"
"Kenapa? Apa yang terjadi?"
"Ia masih sedih berpisah dengan anaknya"
"Ya aku juga mengerti perasaannya itu" Jessica mengangguk setuju.
"Dan dia juga masih syok karena tadi istri barunya Hery mengatakan pada Rei kalau dia sudah hamil tiga bulan." lanjut Mario.
"Apa?!!" Jerit Jessica yang langsung dibungkam Alex.
"Pelankan suaramu. Nanti kedengaran Reina" bisik Alex.
"Aku tidak salah dengar?!" tanya Jessica ragu.
"Kami berdua juga berharap begitu. Tapi mantan mertuanya juga membenarkan hal itu. Berarti memang benar kan.."
"Tapi mereka kan baru saja bercerai dua bulan lebih" kata Jessica menegaskan.
Mario mengangkat bahunya. "Makanya.."
"Memang keterlaluan si Hery itu. Tak kusangka ternyata dia separah itu. Tampangnya sok baik. Nyatanya dia orang paling brengsek yang pernah kukenal. Rasanya darahku mendidih. Pengen kulabrak dan kujambak-jambak mereka berdua" umpat Jessica marah.
"Sabar Jes.." kata Alex berusaha menenangkannya.
"Gimana bisa sabar? Punya adik ipar kok jahat gitu. Benar-benar gak habis pikir aku!!"
"Sekarang kan sudah mantan adik ipar" Alex tersenyum berharap Jessica bisa meredakan amarahnya.
"Mantan pun. Gak sudi aku punya mantan adik ipar seperti dia. Malu-maluin. Merusak reputasiku saja" Jessica semakin marah.
"Sudahlah sudah. Kamu mau minum teh? Atau kopi? Biar kubuatkan" rayu Alex.
"Tidak usah. Aku masih sangat marah sekarang. Aku benar-benar ingin menonjoknya!!!" Jessica mengepalkan tangannya dan meremas tangannya yang panas sepanas kepalanya.
Mario dan Alex saling menatap bergantian.
"Kak.. sudah larut malam. Kakak sebaiknya segera beristirahat ya" Mario memberi isyarat pada Alex.
"I.. iya. Ayo kita pergi tidur" Alex memegang pundak Jessica dan mendorongnya masuk ke dalam kamar.
Setelah mereka masuk ke dalam kamar, Mario duduk bersandar di atas sofa.
Ingatannya kembali mengulang kejadian tadi. Samar-samar ada sesuatu yang diingatnya. Tapi sesuatu itu tidak jelas. Ia memejamkan matanya.
Di dalam kamar, Reina masih menangis sesunggukkan. Entah kenapa rasanya dadanya masih terasa pedih. Apalagi ia mendengar semua amarah Jessica tadi.
Ia merasa dirinya sangat memalukan. Kenapa Hery bisa sedemikian bahagia setelah berpisah dengannya? Kenapa hanya dia yang masih belum bisa move on? Kenapa ia harus menangis melihat kebahagiaan mereka? Kenapa??
KAMU SEDANG MEMBACA
Selfish Love
RomanceAku tidak pernah berharap kita bisa bertemu lagi. Tapi aku sangat mensyukuri kehadiranmu saat ini. Dan aku ingin memilikimu seutuhnya saat ini hanya untukku. Walaupun aku tau ini sangatlah egois. Memilikimu disaat kamu tidak mengingat apapun. Selfis...