House

131 13 4
                                    

"Gak kerasa ya udah mau balik aja ke kota." kata Mimi dengan lesu.

"Iya. Padahal masih belum puas liburannya.." sambung Anita menghela nafas panjang.

Reina hanya tersenyum melihat mereka.

"Hanya si Rei aja nih yang tetap biasa aja."

"Tapi aku curiga nih dengan senyumannya." Anita memicingkan matanya. "Jangan-jangan ada yang terjadi semalam? Kenapa kamu terlihat bahagia?" senggol Anita.

"Hah? Gak ada" sangkal Reina.

"Kenapa senyumanmu terlihat aneh."

"Aneh bagaimana?" tanya Reina lagi bingung.

"Kamu tiba-tiba menghilang kan semalam malam. Terus kamu terakhir yang balik ke kamar. Dapat gebetan ya kamu semalam?"

"Mana ada. Bukannya kamu yang dapat gebetan ya Nit?" Reina bertanya balik.

"Iya iya. Gimana cowok semalam yang mengajakmu dansa? Ada kelanjutan cerita?"

Anita tampak menghela nafas. "Tidak ada."

"Kamu tau namanya siapa? Kalian ada bertukar nomor tidak?"

"Ada."

"Jadi?"

"Ternyata dia bukan tipeku. Dia lebih tua dariku sepuluh tahun."

"Kan tidak apa kalau cocok"

"Ogah ah. Nanti aku dibilang jalan sama bapak-bapak lagi.."

"Kalau bapak-bapaknya mirip ahjussi korea ya gak apa dong"

"Masalahnya wajahnya ternyata mirip Pak Ben satpam kantor kita"

Sontak Reina dan Mimi tertawa terpingkal-pingkal.

"Masa sih? Pak Ben itu uda umur 50 lho"

"Makanya itu."

"Atau jangan-jangan itu memang Pak Ben?"

"Mungkin juga ya"

"Ahh sudah sudah. Kok jadi makin ngawur" kata Anita menyudahi. "Ayo kita bergegas kumpul saja"

Mimi menatap Reina dan tersenyum kecil.

Setelah barang mereka sudah selesai disusun. Mereka lalu berjalan menuju ke area bus.

Ponsel Reina berdering. Ada pesan masuk.

'Rei.. Kamu pulang denganku saja. Aku tunggu kamu di lobby.'

"Ayo Rei.." ajak Mimi.

"Ahh Mi.. kalian duluan saja deh. Aku lupa ada barangku yang ketinggalan. Nanti aku ikut bus yang lain saja."

"Mau kami temani?"

"Ahh tidak usah. Kalian duluan saja"

"Ohh baiklah"

Setelah melambaikan tangan pada mereka yang terlihat sedih saat bus mulai melaju. Reina bergegas kembali ke lobby.

Disana Mario sudah berdiri menunggunya. Reina terpaku. Entah kenapa ia begitu terpesona melihat sosok Mario yang berdiri dengan setelan jasnya.

Ia sadar ia tidak pernah begitu memperhatikannya saat berada di kantor. Kini ia terlihat begitu tampan.

'Sadar Rei.. sadar.. '  bisikan di telinganya menyadarkannya.

"Siang pak" sapa Reina formal. Mengingat masih banyak orang yang satu perusahaan dengannya disana.

Mario seakan mengerti lalu menyuruhnya mengikutinya.

Selfish LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang