"Kyaaaa!!!!" jeritnya memecah keheningan sore.
"Rei.. ini aku"
Ia mengenal suara itu. Reina mendongak melihat seseorang di depannya.
Orang itu menjulurkan tangannya.
"Mario.." Reina menerima uluran tangannya.
"Kamu tidak apa-apa?"
"Tidak. Tidak apa-apa." Reina berdiri dan membenarkan rambutnya yang kusut.
"Kamu ngapain disini?"
"Seharusnya aku yang bertanya padamu. Ingatanmu sudah kembali ya?" Reina bertanya dengan antusias.
Mario tersenyum.
"Benarkah? Ayo kita ke rumahmu" ajak Reina senang.
Mario belum sempat berkata apa-apa ketika ia ditarik Reina.
"Yang mana blok C? Kamu tunjukkan jalannya" perintah Reina.
"Mungkin disini" kata Mario menerka-nerka.
"Mungkin?! Bukankah ingatanmu sudah kembali?" tanya Reina heran.
"Tidak"
"Jadi kenapa kamu tersenyum saat aku bertanya. Kamu membohongiku ya!"
"Aku kan hanya tersenyum denganmu. Aku tidak mengatakan apapun."
Reina menatap Mario kesal. Ia tidak menghiraukan Mario dan berjalan cepat meninggalkannya.
"Tunggu Rei. Kamu marah?" Mario menarik tangan Reina. "Aku tidak bermaksud begitu. Aku tau kamu disini dari Jessy. Dia yang mengatakan padaku bahwa kamu kemari."
"Dasar Jessy mulut ember" makinya pelan.
"Aku bermaksud membantumu"
Reina berdiri di depan Mario. "Jadi kalau begitu, setelah sampai disini ada tidak yang kamu ingat?"
Mario melihat ke sekeliling. Ia lalu menggeleng.
"Melihat wajahmu aku tidak yakin kamu tidak ingat. Pasti kamu berpura-pura kan."
"Tidak.. aku.."
"Hei.. kalian anak muda. Apa yang kalian lakukan di depan rumahku?" tanya seorang nenek yang berjalan ke arah mereka.
Reina lalu memandang Rumah di belakangnya. Ternyata mereka sudah berjalan jauh dari tempat yang seram tadi.
"Ahh maaf Nek." kata Reina.
"Lho.. kayaknya aku pernah melihatmu nak." kata Nenek ini saat melihat wajah Mario.
"Nenek mengenalinya?" tanya Reina senang.
"Aku juga tidak begitu ingat. Hanya saja sepertinya aku tidak asing dengannya."
"Nenek tau dimana dia tinggal?"
"Kalau tidak salah di sebelah-sebelah sana." tunjuknya kesana.
"Oh ya, kalau begitu kami akan segera kesana."
"Tapi tunggu dulu nak. Tidak ada lagi yang tinggal disana. Pemiliknya kan sudah pindah."
"Oh ya? Nenek tau mereka pindah kemana?"
"Tidak tau."
Reina terlihat lemas. Usahanya sia-sia.
"Kalian sudah makan? Mau masuk dulu?" tanya Nenek ramah.
"Tidak usah Nek" kata Reina.
Tapi perutnya tidak bisa berbohong. Baru saja ia menolak perutnya sudah berbunyi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Selfish Love
RomanceAku tidak pernah berharap kita bisa bertemu lagi. Tapi aku sangat mensyukuri kehadiranmu saat ini. Dan aku ingin memilikimu seutuhnya saat ini hanya untukku. Walaupun aku tau ini sangatlah egois. Memilikimu disaat kamu tidak mengingat apapun. Selfis...