Misunderstand

131 9 0
                                    

Sinar matahari pagi yang masuk menembus jendela membangunkan Reina. Ia masih setengah sadar saat ia lagi-lagi melihat punggung pria tanpa pakaian di depannya.

Ia mengucek matanya pelan. Apakah ia masih bermimpi?

"Pagi" suara bisikan tepat di telinganya membuat Reina hampir memekik karena kaget.

"Sstttt!!!"

"Rio.. kamu kenapa di kamarku?"

"Kamu ini masih belum sadar sepenuhnya ya? Ini kamarku. Bukan kamarmu"

"Oh ya?" Reina memandang sekeliling. Memang bukan kamarnya.

"Aku kok bisa ada disini? Kita.." Reina langsung mengecek pakaiannya.

"Kamu ketiduran semalam. Dan aku tidak tau kamu menyimpan kunci kamarmu dimana. Jadi ya begitulah" terang Mario dengan santai.

"Kenapa kamu tidak membangunkanku?!"

"Kamu tidur seperti ayam mati begitu. Dibangunin malah menendang orang. Gimana coba?"

Reina tersenyum malu. "Maaf deh" ia menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Kalau begitu aku kembali ke kamarku ya. By the way selamat bekerja ya" Reina buru-buru keluar dari kamar Mario.

Dan sialnya ia berpapasan lagi dengan Jessica yang sedang lewat.

"Kamu?! Kalian?!" Jessica menunjuk Reina dan kamar Mario dengan wajah penuh curiga.

Reina langsung menarik lengan Jessica. "Kak.. benar-benar tidak seperti yang kakak bayangkan."

"Tapi kenapa kamu bisa keluar dari kamarnya lagi?"

"Ceritanya panjang kak. Nanti akan kuceritakan. Tapi sebaiknya kakak pergi kerja dulu" usir Reina. "Dah kakak" katanya lagi.

Kakaknya sama sekali tidak bisa mengatakan apapun karena Reina langsung buru-buru kabur ke dalam kamarnya.

"Hufttt.. hampir saja" Reina bernafas lega.

****

"Jes.." selonjornya manja diatas meja tempat biasa dia duduk ketika datang ke coffeeshop Jessy.

"Hai Rei.. kamu kenapa?"

"Aku capek.."

"Capek kenapa?"

"Aku capek mencari identitas Mario"

"Ya sudah. Pelan-pelan saja. Toh bukan salahmu juga dia hilang ingatan. Jadi kamu tidak usah terlalu terbebani"

"Tapi.. tetap saja. Aku tidak bisa tidak perduli. Atau apa aku melapor ke kantor polisi saja ya?" tanya Reina yang bangkit dengan antusias.

"Gila kamu ya. Nanti kalau misalnya dia ada catatan kriminal atau bagaimana bukankah kamu akan ikut terseret jadinya"

"Hah?! Gak mungkin lah dia buronan atau semacamnya. Kok jadi seram begitu kamu bilangnya.." Reina mengerutkan alisnya takut.

"Ihhh kita kan gak tau. Kan harus berpikir logis dulu. Lagian yang seharusnya lapor hilang itu keluarganya. Bukan kamu."

"Ya mana tau keluarganya ada melapor. Hanya saja beritanya tidak disiarkan melalui media sosial."

"Ya baiknya kamu bertanya dulu padanya. Dia mau tidak jika kamu laporkan ke kantor polisi. Jangan nanti kalau tiba-tiba dia diangkut malah kamu yang lebih dia salahkan"

"Iya sih" Reina terlihat galau.

Reina berjalan lesu menjemput Mario. Wajahnya terlihat murung. Ia berdiri dengan kepalanya tertunduk di depan pintu.

Selfish LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang