Memories

185 10 0
                                    

Setelah membongkar kotak terakhir, ditemukanlah buku kelulusan berwarna putih yang sudah terlihat kusam. Reina menepuk-nepuk cover buku yang sudah diselimuti debu itu.

Saat mengangkat buku itu. Dari dalamnya terjatuh beberapa lembar foto.

Reina mengambil foto itu dan melihatnya.

Seketika semua kenangan lama kembali di ingatannya. Kenangan yang sudah lama dipendamnya.

Itu adalah foto Mario yang diam-diam dia foto dengan kamera ponselnya saat masih sekolah.

Ya Mario adalah cinta pertamanya saat sekolah.

Ia melihat lagi dengan seksama foto-foto itu. Wajah Mario sama sekali tidak berubah. Hanya saja sekarang dia sudah terlihat dewasa dengan kumis tipis di wajahnya.

Ada selembar foto Mario yang tersenyum lebar. Reina ingat itu adalah foto saat tim basket Mario memenangkan lomba. Mario sangat senang dan Reina bersyukur bisa mengabadikan wajah Mario saat itu.

Seketika airmata Reina jatuh. "Lho aku kenapa?" Lirihnya.

Reina tidak mengerti kenapa ia menangis. Ia hanya merasa dadanya terasa sesak. Rasanya sesuatu yang ada di dirinya bergejolak.

Pintu terbuka, Reina keluar dengan mata yang terlihat sembab.

Mama menghampirinya "Kamu kenapa?"

"Tidak apa-apa Ma. Tadi abunya masuk ke dalam mataku. Kukucek sampai merah jadinya" bohong Reina.

"Kenapa tidak memanggil Mama? Kan bisa Mama bantu hembuskan" Mama terlihat khawatir.

Reina tersenyum. "Sudah keluar kok Ma"

"Jadi sudah kamu temukan?"

"Iya sudah. Ma aku permisi dulu ya. Lain kali aku akan tinggal lebih lama disini. Aku bantu dia nyari keluarganya dulu ya"

"Iya. Semoga cepat ketemu ya.. Juga bilangkan sama kakakmu untuk jangan bekerja saja. Sekali-kali pulang kesini. Nanti Mama akan masakkan makanan kesukaan kalian"

"Iya Ma.." Reina memeluk Mamanya sebelum pergi.

Mario juga berpamitan dengan Mama Reina.

Reina membaca alamat yang tertulis di buku itu hingga sampailah mereka di jalan yang dimaksud.

"Sepertinya benar disini.. coba kita tanya" kata Reina.

Mario hanya mengangguk.

"Permisi.. Apakah ini rumah Bapak Jonathan?" tanya Reina pada seorang wanita yang membuka pintu saat mereka menekan bel pintu rumah itu.

Wanita itu menunjukkan ekspresi kebingungan. "Bukan. Pemilik rumah ini saya sendiri. Dan tidak ada yang bernama Jonathan disini"

"Tapi di buku ini ditulis kalau alamat rumahnya disini. Benar kan alamat yang ditulis ini disini?"

Wanita itu membaca alamat yang tertulis dan membenarkan alamatnya. "Iya. Tapi aku rasa itu mungkin pemilik rumah sebelumnya. Karena aku juga baru saja pindah ke rumah ini beberapa bulan yang lalu"

"Ohh.. Apakah anda tau kira-kira pemilik sebelumnya pindah kemana?"

"Emm.. aku tidak tau. Karena aku membeli rumah ini dari perantara. Jadi aku tidak kenal pemilik sebelumnya"

"Kalau begitu saya boleh tidak minta no telepon perantara yang anda maksud?"

"Boleh.." wanita ini mengutak atik ponselnya. "Nah ini nomornya"

Reina segera mencatatnya. "Terima kasih" katanya sebelum pamit.

Mereka berjalan ke halte. Hari sudah semakin sore. Langit sudah berwarna senja saat mereka duduk menunggu bus datang.

"Kamu lelah?" Tanya Mario. Ia melihat Reina menghembus nafas panjang.

"Tidak. Aku hanya merasa hari ini sangat menakjubkan. Banyak yang kulihat dan kukenang" Reina tersenyum.

Mario ikut tersenyum.

"Jadi ada yang kamu ingat saat disana?"

Mario menggeleng. Ia tidak ingat apapun.

"Oh iya. Coba kita telepon ya perantara rumah itu" Reina dengan sigap menekan ponselnya.

"Nomor yang anda tuju tidak dapat dihubungi. Silakan coba lagi beberapa saat lagi.. tut.. tut.."

"Gimana?" tanya Mario penasaran.

Kali ini Reina yang menggelengkan kepalanya. "Nomornya tidak aktif"

Bus kota sudah datang. Mereka bergegas masuk ke dalam.

Sesampainya di rumah, Jessica sudah menyiapkan makan malam untuk mereka.

"Bagaimana? Sudah ada perkembangan?" tanya Jessica yang penasaran. Tubuhnya bahkan sudah maju beberapa senti melewati meja tempat dia duduk.

Reina dan Mario serempak menggelengkan kepala.

"Yah.. kenapa? Bukankah kalian sudah pergi dari pagi?" Jessica tampak kecewa.

"Memang. Tapi keluarganya sudah pindah dari rumah itu. Dan pemilik sekarang tidak tau mereka pindah kemana" jelas Reina.

"Ohhh.. tidak apa-apa. Nanti juga bakal ketemu petunjuk yang lain. Semangat!! Ayo dimakan dulu. Keburu dingin makanannya." kata Jessica berusaha menyemangati mereka berdua. Alex juga mengiyakan.

Selfish LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang