"Kyaaa.. kenapa kamu ada dikamarku?" Jerit Reina spontan menarik selimut menutupi seluruh tubuhnya.
Ia baru saja membuka matanya yang sembab karena semalam kebanyakan menangis ketika ia disuguhkan pemandangan yang menyilaukan. Mario yang masih bertelanjang dada itu terlihat menyilaukan apalagi dengan perutnya yang sixpack.
Reina mengucek matanya sebelum tiba-tiba ia berteriak karena ternyata itu nyata adanya.
Reina yang sudah terbiasa dengan pemandangan itu pun menjadi tidak terbiasa jika Mario yang ada di depannya.
"Lihat dulu dengan seksama kamu dimana" kata Mario.
Reina melihat ke kiri kanan. "Lho ini bukan kamarku"
"Makanya jangan asal nuduh"
"Tapi kenapa aku bisa ada dikamarmu?"
"Mana aku tau. Tiba-tiba saja kamu sudah tidur disini. Apa kamu tidak ingat apa yang terjadi semalam hingga kamu bisa ada disini?"
Reina berpikir sejenak "Aduh.. kepalaku kok sakit ya??"
"Itu efek alkohol"
"Alkohol? Sejak kapan aku minum alkohol?"
"Tanya saja dirimu sendiri"
"Ahh aku ingat, semalam aku minum minuman kaleng yang berwarna hijau. Yang kuingat kalau minuman itu sama sekali tidak enak. Jangan-jangan itu alkohol ya"
"Mungkin saja"
"Tapi kita.. aku dan kamu tidak.." Reina tidak berani melanjutkan perkataannya. Ia malu.
"Cek dulu pakaianmu lengkap tidak" perintah Mario seakan tau apa yang hendak ditanyakan Reina.
Reina melihat ke balik selimut kalau pakaiannya masih lengkap dan tidak berkurang satu pun. Ia menghela nafas lega. "Untunglah.."
"Kamu tidak kecewa kan kalau tidak terjadi apa-apa?" Mario tersenyum nakal. Ia mendekati Reina.
"Ja.. jangan mendekat. A.. aku akan keluar" Reina bergegas keluar dari kamar Mario.
Sialnya Jessica sedang ada disana dan mereka bertemu saat Reina keluar dari kamar Mario dengan tergesa-gesa.
Jessica mengeryitkan alisnya, "Kamu..."
"Tidak kak. Kakak jangan salah paham"
"Salah paham bagaimana? Kamu.. Sini ikut kakak!!" Jessica menarik Reina ke arah taman.
"Kalian sudah melakukannya ya?" Tanya Jessica menginterogasi.
"Belum."
"Jadi kenapa kamu bisa keluar dari kamarnya?"
"Aku juga tidak ingat. Pas bangun aku sudah ada dikamarnya."
"Kamu harus ingat tidak boleh sampai jatuh cinta padanya. Soalnya kita masih tidak tau apa status dirinya sebenarnya. Kalau dia masih single tidak apa. Tapi jika dia sudah berkeluarga apa kamu yakin kamu bisa berlapang dada mengembalikan dia pada istrinya nanti jika ingatannya sudah kembali?" jelas Jessica.
Reina menunduk. Ia memang sudah tau resiko itu sejak awal makanya ia juga tidak mau membuka hatinya lagi.
"Iya aku tau kok kak.. aku akan lebih berhati-hati agar kejadian seperti ini tidak terulang lagi"
"Kakak hanya mencemaskanmu. Lukamu masih belum sembuh. Jangan menambah luka yang baru lagi"
"Iya kak.. makasih" Reina memeluk kakaknya manja.
"Udah pergi mandi sana. Kamu masih bau jigong tuh.."
"Ihhh kakak.."
Reina merebahkan dirinya. Ia masih sangat malas untuk membasuh dirinya. Banyak hal yang dipikirkannya sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Selfish Love
RomanceAku tidak pernah berharap kita bisa bertemu lagi. Tapi aku sangat mensyukuri kehadiranmu saat ini. Dan aku ingin memilikimu seutuhnya saat ini hanya untukku. Walaupun aku tau ini sangatlah egois. Memilikimu disaat kamu tidak mengingat apapun. Selfis...