"Pagi.." ucap Jessica menghampiri Reina, Mario dan Alex yang sedang duduk di meja makan.
"Tumben kamu sudah bangun?" tanya Alex heran.
"Kenapa tumben?" tanya Reina yang bingung.
"Iya. Biasanya hari minggu begini kalau belum jam 12 siang, kakakmu tidak akan bangun" jelas Alex.
"Biasanya aku sangat capek. Jadi aku perlu istirahat extra di hari minggu" kata Jessica.
"Jadi kenapa minggu ini kamu jam 8 sudah bangun?"
Jessica menarik nafas dalam. "Aku merasa hari ini sangat cerah. Jadi aku tidak ingin melewatkan pagi yang cerah ini"
"Aku tidak percaya. Sudah katakan saja alasannya" kata Alex.
Jessica tiba-tiba langsung lesu. "Aku merasa sangat penat akhir-akhir ini. Jadi aku ingin refreshing sejenak. Ayo kita pergi piknik. Aku ingin melihat yang hijau-hijau disana.." katanya memelas menatap Alex.
Alex tersenyum. "Ayo!!"
"Kamu memang yang terbaik" Jessica langsung memeluk Alex mesra dan mengecup bibirnya pelan.
Reina dan Mario salah tingkah melihat mereka.
"Oh ya, kalian berdua juga ikut ya" kata Jessica.
"Kami boleh?" tanya Reina girang.
"Tentu saja. Piknik itu harus rame baru seru"
"Baiklah. Setelah makan kalian bersiap ya. Aku juga akan mempersiapkan yang lainnya." kata Alex.
Satu jam kemudian mereka berangkat. Jessica tampak bahagia di dalam mobil. Apalagi ketika sudah sampai di hamparan rumput yang luas. Jessica langsung berlari seperti anak kecil yang kegirangan. Sementara Alex tersenyum lebar. Mario masih tetap cool.
Reina lalu duduk di sebuah tatanan meja yang lebar memandang kakaknya.
"Ahhh rasanya seru sekali berlarian di hamparan rumput seperti ini. Kepalaku terasa segar kembali." kata Jessica senang dan duduk di samping Reina.
"Ayo diminum dulu. Kamu sampai keringatan begitu" kata Alex menyodorkan botol minum padanya.
"Mesra kali ya" sindir Reina.
"Ihhh sirik nih ceritanya.." ejek Jessica.
"Gak tuh" Reina menjulurkan lidahnya dan lari.
"Berani kamu ya mengejek kakakmu. Awas kamu ya" Jessica lalu mengejarnya.
"Mereka berdua memang sangat mirip" kata Alex. Mario hanya mengiyakan.
Alex lalu mengeluarkan semua perkakasnya. Ia menaruh alat panggang beserta daging dan sayuran di meja. Dia mulai menaruh bumbu di dagingnya. Tangannya yang cekatan membuat Mario takjub.
"Sejak kapan kakak menaruh ini semua di mobil?" tanya Mario.
"Kamu tidak tau kan. Aku sudah terbiasa. Jika suasana hatinya sedang tidak baik. Dia pasti meminta kesini. Jadi aku sudah terbiasa dengan semua perlengkapan ini"
"Kakak memang hebat. Rasanya aku sedikit kagum pada kakak"
Alex tertawa.
"Ayo kesini. Makanannya sudah jadi. Cepat dimakan selagi panas" panggil Alex.
"Wah ini semua kak Alex yang buat ya" puji Reina.
"Tentu saja"
"Wah.. Tidak disangka ya. Kak Alex ternyata pintar masak ya. Enak banget lagi" puji Reina lagi saat memakan daging panggangnya.
"Iya. Kakak sudah katakan padanya untuk membuka restoran saja. Tapi dia tidak mau. Dia malah memilih jadi instruktur gym" terang Jessica.
"Aku hanya pintar memasak ini. Belum mencapai kualifikasi untuk membuka restoran"
"Bagaimana Rio? Enak?" tanya Reina pada Mario yang hanya diam.
Mario hanya mengangguk.
Sorenya mereka kembali ke rumah.
Malamnya, Reina tidak bisa tidur. Ia keluar dari kamar bermaksud untuk mengambil air minum. Karena air minumnya sudah habis.
Di ruang tv, ia melihat Jessica duduk sendiri dan sedang berkutat dengan laptopnya. Ia lalu menghampiri kakaknya.
"Kak.. Kakak sibuk ya?"
"Tidak kok. Hanya saja ada laporan yang perlu diperiksa. Kenapa?"
"Kak.. Aku pikir sebaiknya aku perlu mencari kerja."
"Kenapa?" tanya Jessica heran.
"Aku tidak mungkin terus merepotkan kakak kan. Kakak juga tidak mungkin terus membiayai aku dan Mario. Jadi lebih baik aku cari kerja"
"Memangnya kamu mau kerja apa?"
"Aku juga tidak tau sih. Salahku juga dulu tidak kuliah. Dan hanya lulusan SMA. Tapi kalau menjadi penjaga toko mungkin masih bisa"
"Reina.. Reina.. Sekarang itu Mario masih amnesia. Jadi kalau kamu kerja. Dia bagaimana?"
"Dia.." Reina tidak mampu menjawab.
"Sekarang lebih baik kamu bantu dulu dia mencari keluarganya. Jika dia sudah bertemu keluarganya baru kamu pikirkan lagi jika memang ingin bekerja."
"Ohh"
"Begini.." Jessica tampak berpikir sebelum melanjutkan kata-katanya. "Bukankah kamu bilang kalau Mario itu teman sekolahmu"
"Iya"
"Jika begitu harusnya kalian ada donk album kelulusan sekolah"
"Iya ada"
"Bukankah disana ada tertulis nama, alamat dan sebagainya?"
Reina tersentak "Ahhh betul juga. Kenapa aku tidak kepikiran ini dari awal"
"Nah karena sudah mengerti coba cari dulu info tentang Mario disana"
"Beres bos!!" Reina dengan cepat masuk ke dalam kamar dan segera membongkar barangnya.
Jessica hanya menggelengkan kepalanya dari luar.
Tiba-tiba Reina terduduk lemas dan kembali keluar menghampiri kakaknya lagi.
"Kak.." gumamnya lirih. Membuat kakaknya tersentak kaget dan mengumpat.
"Apaan sih kamu?" Jessica memegang dadanya.
"Kak.. Bagaimana donk ini? Buku kelulusannya kan ada di rumah mama. Aku gimana ambilnya?"
"Ya ke rumah mama ambil lah. Kok nanya gimana lagi"
"Sekarang masalahnya mama sedang marah padaku gara-gara aku bercerai tanpa berunding sedikitpun padanya. Jadi terakhir kali itu mama langsung mematikan teleponku karena dia tidak mau berbicara denganku lagi. Bagaimana donk?"
Jessica terdiam. "Mungkin mama tidak ingin berbicara denganmu di telepon. Coba saja datang ke rumahnya langsung"
"Tapi kalau langsung kesana. Dan ternyata dia masih marah. Apa aku tidak akan dihajarnya?"
"Ya tentu saja akan dihajar dengan kemoceng legendarisnya itu sampai babak belur!!" kata Jessica yakin.
"Nah kan.. Jadi gimana donk?"
"Yah pokoknya coba saja deh"
Reina kembali ke kamarnya dengan gontai. Tidak ada penyelesaian yang diharapkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Selfish Love
RomanceAku tidak pernah berharap kita bisa bertemu lagi. Tapi aku sangat mensyukuri kehadiranmu saat ini. Dan aku ingin memilikimu seutuhnya saat ini hanya untukku. Walaupun aku tau ini sangatlah egois. Memilikimu disaat kamu tidak mengingat apapun. Selfis...