Epilog

83.9K 2.5K 118
                                    

"Sayang" panggil Raynand kepada Mella yang sedang berdiri di balkon dengan tangan yang di sedekapkan menatap sinar cemerlangnya sang chandra.

Mella tidak menyahut, ia masih setia tetap menatap bulan. Raynand pun mendekat, lalu memeluk Mella dari belakang, kemudian menaruh dagunya di pundak Mella, Mella langsung sedikit terjikat.

"M--mas" beo nya gugup.

"Kamu lagi apa hm?" Tanya Ray lembut, namun Mella menggeleng.

"Nggak papa" sahutnya lirih.

Raynand mengehmbuskan nafasnya panjang, ada yang aneh dari Mella, semenjak Elandra sudah tertidur Mella pergi ke balkon menatap rembulan, dengan sepatah kata pun tidak ia keluarkan.

"Kamu lagi mikirin apa, dari wajahmu kelihatan kalo kamu itu lagi sedih. Apakah kamu menyesal hidup denganku?" Tanya Ray lembut dan hati-hati, dan tentunya jantung Ray berdetak kencang, butuh keberanian yang kuat untuk mengatakan itu.

Mella langsung menggeleng cepat, "Enggak aku nggak menyesal hidup denganmu"

"Lalu?"

Mella menundukkan kepalanya, tanpa sadar air matanya luruh, pundaknya yang di jadikan Ray tumpuan dagu melemah seketika.

"Aku rindu ibu" ujar Mella pada akhirnya.

"Andai jika ibu masih ada, dia akan bahagia melihat cucunya, tapi  takdir telah berkata lain, ibu sudah tidak ada dari aku kecil. Aku sangat merindukanya" tambah Mella dengan tangis pilu, tanganya telah memegangi dadanya yang merasa sesak. Katanya rindu obatnya ketemu, namun sang ibu sudah di panggil oleh tuhan, maka apa yang harus lakukan untuk mengobati rindu yang seperti tak bisa di tahan?

Raynand membalikkan badan Mella, "sayang lihat aku" perintahnya lembut, Mella langsung menatap Ray dengan air mata yang berderai, badanya bergetar, isak tangis terus terdengar di telinga Ray.

"Kamu jangan pernah menganggap jika ibu mu sudah tidak ada" ucap Ray lembut sambil menyeka airmata Mella.

"Ibu selalu ada bersama mu sayang, disini" tambah Ray sambi menunjuk dada Mella.

"Ibu ada di darah mu, ibu ada di kamu. Udah ya jangan nangis, nanti ibu akan ikut sedih kalo kamu menangis terus..."

Mella pun mengangguk, lalu memeluk Ray erat sambil menenggelamkan kepalanya di dada bidang Raynand. Mella saat ini sangat merasa beruntung memiliki suami seperti Raynand, seorang pria yang mampu mengerti perasaanya, dan pria yang mampu melerai tangis dan mampu berucap kata yang membuat hati yang semula gundah menjadi lega.

Beberapa menit telah berlalu, isak tangis sudah tidak terdengar.

"Mel" panggil Ray lembut.

"Hmm" jawab Mella singkat di dalam pelukan Ray.

"Ikut aku yuk" ajak Ray antusias.

Mella mendongakkan kepalanya lalu menatap Ray, "kemana Mas, ini udah malam, terus El udah tidur, yang jagain siapa?"

"El biar di jaga sama Bi Ratna" sahut Raynand sambil tersenyum.

"Tapi Mas, Bi Ratna pasti sudah istirahat. Ini kan udah jam 8 malam" sahut Mella merasa tak enak.

Ray menggeleng, "Belum sayang, Bi Ratna belum tidur, tadi sore aku udah bilang sama dia buat nejagain El, dia mau kok"

Mella pun menghembuskan nafasnya kasar, ia seperti enggan ikut dengan Ray. Ia hanya ingin di kamar menjaga El, takut sewaktu-waktu El bangun lalu menangis.

"Ayolah sayang" pinta Ray memelas dan terus memaksa.

"Emangnya mau kemana?" Tanya Mella sangat penasaran, tidak seperti biasanya Ray memaksanya sampai memasang muka melas seperti ini.

Married By Accident Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang