3

85.4K 5.2K 61
                                    

Saat ini Mella sedang berada di pinggir jalan. Mengendong tas besar sambil menyeret koper. Ia terus berjalan tanpa tujuan, bingung hendak kemana, jika kerumah ayahnya pasti tidak di terima. Karena kata tentenya, sang ayah telah membencinya.

Karena merasa lelah, akhirnya Mella memilih istirahat di sebuah taman. Ia duduk di kursi panjang sambil melihat anak-anak yang sedang bermain.

Disana juga terlihat seorang anak balita yang di ajak main oleh ibunya. Tatapan Mella kosong seketika, ia menjadi teringat ibunya. Tanpa Mella sadari, air matanya luruh membasahi pipi mulusnya.

Mella rundu kasih sayangnya, ridu pelukannya, rindu suaranya, rindu segala galanya. Jika memang ibunya masih ada, pasti Mella saat ini akan menceritakan kejadian yang telah menimpanya, kemudian menangis di sambil memeluk ibunya dengan seerat-eratnya.

Tapi sayang ibunya sudah tiada.

Saat itu juga, tanpa Mella sadari dari belakang sana terdapat seorang wanita yang berjalan menghampirinya. Wanita tersebut menepuk halus pundak Mella yang bergetar menahan tangis.

Mella terperanjat, dengan cepat ia langsung berdiri kemudian menghadap kebelakang, jantungnya berdebar kencang. Saat Mella mengetahui orang itu, ia langsung bernafas lega. Sungguh, Mella merasa takut kejadian waktu lalu terulang lagi.

"Kenapa Nak, kok panik?" Tanya orang itu.

Mella menggelengkan kepalanya cepat sambil berusaha menunjukkan senyumnya, "N--nggak papa tante," ujarnya gugup.

Wanita itu menangapinya dengan senyuman juga. Namun, lain dengan matanya yang menatap Mella penuh selidik.

"Ada apa Mella, kenapa kamu seperti orang ketakutan? Terus kenapa kamu nangis sayang?" Tanyanya penuh kelembutan, setelah itu Mira--si wanita itu, langsung mengajak duduk ke kursi panjang yang tadi sempat di duduki Mella.

"Tante," ucap Mella serak, Mella sangat dekat dengan wanita itu, wanita itu adalah ibunya Viona-- Mira namanya. Selain ibunya Viona, Mira juga sahabat almarhum ibu kandungnya dulu.

Mira menautkan alisnya, air muka Mira terlihat sangat iba. Ada apa dengan Anak sahabatnya ini, mengapa terlihat begitu rapuh?

"Kamu kenapa nangis nak?" Tanya Mira lembut.

"Tante, Mella rindu ibu hiks.. hiks.." jawab Mella sekuat tenaga dengan bibirnya yang terasa kelu.

Hati Mira langsung berdenyut nyeri, ia juga telah merindukan almarhum sahabatnya itu. Mira pun langsung membawa Mella kedalam pukanya dengan hangat.

"Tante juga rindu sama ibumu sayang. Tapi kamu jangan nangis, ibumu nanti ikut sedih kalo kamu nangis," tutur Mira penuh kelembutan sambil mengusap-usap bahu Mella.

"Mella pengen ikut Ibu Tan, Mella sudah nggak punya siapa-siapa lagi, kapan ibu menjemputku?"

"Ada apa denganmu Nak, mengapa dirimu terlihat begitu rapuh?" Batin Mira sangat penasaran, tak seperti biasanya Mella serapuh ini, sesedih-sedihnya Mella, ia tak pernah bertanya kapan ibunya menjemput.

"Apa maksudmu sayang, jangan bilang begitu? kan Mella sudah tinggal sama tante Nindy, kok Mella bilangnya begitu sih. Mella ada masalah ya? Coba cerita sama tante. Anggap saja tante ini  ibumu, kalo Mella mau, Mella boleh kok panggil Tante dengan sebutan ibu," uajar Mira setulus mungkin, ia berharap dengan ini perasaan Mella yang terlihat buruk menjadi lebih baik.

Tangis Mella semakin pecah, baik Sekali Mira terhadapnya sampai Mira menyuruh dirinya memanggil Mira dengan sebutan ibu. Lantas jika Mira mengetahui kebenaran buruk terhadap dirinya, apakah Mira masih mau berbuat baik seperti ini?

Married By Accident Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang