Jadwal padat tentu membuat Sana benar-benar tak sempat hanya untuk memberikan kabar pada Taehyung. Namun, hal yang membuat Sana muak adalah Taehyung yang terus mengiriminya pesan. Ia tahu jika kekasihnya sangat mengkhawatirkannya. Namun, dengan terus mengiriminya pesan seperti, hanya membuat Sana semakin takut pada ponselnya. Apalagi orang-orang itu tak kunjung berhenti mengganggunya.
Sana terduduk di lantai, membiarkan ponselnya tergeletak di sampingnya sementara ia memilih untuk menyembunyikan wajah pada tumpukan tangannya. Ia benar-benar lelah pada ponselnya sendiri sekarang. Ia bahkan sampai ketakutan saat ponselnya mulai berbunyi.
Dering ponsel khusus membuat Sana segera meraih ponselnya kembali. Ia sangat tahu jika yang menghubunginya adalah Taehyung. Namun, ia merasa ragu untuk mengangkatnya.
"Tidak ada cara lain selain mengangkatnya, Sana. Mungkin kau bisa lebih tenang." Nayeon sangat tahu apa yang terjadi pada Sana akhir-akhir ini. Itulah kenapa sebisa mungkin ia menenangkan Sana. Namun, tetap saja Sana akan ketakutan saat ponselnya mulai berbunyi.
Sana memang tipe orang yang terbuka. Namun, saat ia punya masalah, ia akan langsung menyembunyikannya dibanding membicarakannya. Mungkin Sana tak ingin membuat yang lainnya khawatir. Apalagi masalah penguntit itu masih saja belum selesai.
"Sana, apa kau baik-baik saja?" Suara itu justru membuat Sana menangis. Entahlah, semenjak bersama Taehyung, ia sudah menganggap Taehyung sebagai pengganti keluarganya yang tak bisa ia temui setiap waktu. Bahkan Taehyung tahu setiap masalah yang sedang ia hadapi.
"Waeyo? Jangan menangis. Bagaimana jika aku ikut menangis?"
"Aku hanya lelah saja."
"Apa seseorang mengganggumu?"
"Eo. Dia terus memerasku dengan mengancam akan mengungkap soal hubungan kita berdua. Aku benar-benar takut." Sana mulai terisak. Ia sungguh tak bisa bayangkan apa yang akan terjadi jika hubungannya sampai terungkap. Bukan karena ia tak suka jika orang-orang tahu hubungan mereka. Namun, karir mereka yang sedang naik daun. Bagaimana jika semuanya menjadi sangat berantakan?
"Sana, semuanya akan baik-baik saja. Jangan pikirkan soal apa yang belum terjadi, hm? Lebih baik kau laporkan nomor-nomor yang mengganggumu pada agensi. Mungkin itu akan membantumu."
"Baiklah. Aku akan lakukan itu, tapi boleh aku menanyakan sesuatu?"
"Tanyakan saja."
"Gadis itu. Apa Oppa benar-benar pernah berkencan dengannya?"
Taehyung terkekeh dari seberang sana. "Sana, aku bahkan baru berkencan denganmu. Jangan percaya jika dia mengatakan jika aku dan dia pernah berkencan. Bahkan dia pergi begitu saja saat itu."
"Aku pikir kalian pernah berkencan."
"Apa dia mengatakan sesuatu?"
"Dia bilang padaku jika aku harus meninggalkanmu karena kalian belum putus." Sana memainkan jaket milik Taehyung yang ia pinjam. Ya, sebenarnya dia sangat merindukan pria itu. Namun, segala masalah yang ada membuat dirinya justru muak jika Taehyung mulai mengiriminya pesan-pesan singkat.
"Dia hanya membual saja, Sana. You're one and only." Taehyung terkekeh. Sepertinya ia merasa bangga karena kalimat yang ia hapal itu. "Ah ya, sampai jumpa di acara awards nanti. Padahal belum seminggu aku tidak melihatmu, tapi aku merasa jika aku sangat merindukanmu."
"Baiklah, ayo kita bertemu di acara awards."
*
*
*Bersiap dengan pakaian untuk red carpet, tentunya sudah menjadi hal yang biasa untuk Sana. Tak peduli meski ia sudah sangat lelah setelah rehearsal, ia tetap harus bersiap.