2017 memang membuat Taehyung dan Sana sangat bersabar. Mereka bahkan rela memutus komunikasi mereka dan hanya bicara saat mereka berada dalam acara yang sama. Itupun jika sempat karena biasanya mereka akan sangat sibuk mempersiapkan diri untuk penampilan mereka.
Meski begitu, Taehyung masih menunggu, berharap jika tahun berat itu akan segera berakhir dan tergantikan dengan tahun yang baru. Ia bukan tidak bersyukur soal tahun ini. Ia hanya tak ingin hal yang tak ia harapkan terjadi. Terlebih ia sangat yakin Sana punya teman pria lain yang bisa saja berusaha mendekatinya.
Taehyung menatap langit malam ini. Indah menurutnya. Ia bahkan sampai berharap ada bintang jatuh agar ia bisa memanjatkan permintaannya. Namun sayang sekali tak ada satupun bintang yang mau jatuh.
Jimin yang melihat bagaimana Taehyung menatap keluar, hanya tersenyum kemudian membuat sesuatu. Dari helaan napas yang ia dengar dari Taehyung, ia yakin jika Taehyung sedang sangat kecewa.
"Pyung...Tae, cepat buat permohonan, bintangnya sedang jatuh." Dengan bermodalkan kertas seadanya, Jimin ternyata bisa membuat Taehyung tersenyum. Bahkan Taehyung sampai terkekeh karena tingkah Jimin.
"Kenapa? Kau memikirkan soal Sana akan menjadi MC bersama Hyung-nim?"
Taehyung hanya menatap jarinya yang sengaja ia remat. Tak dapat dipungkiri, ia cukup kesal karena bukan dirinya yang dipercaya sebagai pembawa acara. Padahal ia sangat ingin menjadi pembawa acara bersama Sana.
Taehyung beranjak dari kursi yang ia duduki. Ia memilih menutup jendela kamarnya lalu meminta Yeontan untuk menghampirinya. Sebenarnya anak anjing itu baru ia adopsi sekitar 2 bulan yang lalu. Dengan hadirnya Yeontan, kesedihannya mengenai Sana cukup berkurang.
"Jimin, menurutmu, apa Sana juga merindukanku?" tanya Taehyung secara random, membuat Jimin hanya terkekeh setelah mendengarnya. "Kenapa malah menertawakanku?"
"Kenapa tidak menanyakannya secara langsung?"
Taehyung membulatkan mata saat Jimin menunjukan ponselnya yang sedang menghubungi Sana. Bahkan tulisan calling itu kini berubah menjadi angka yang menunjukkan durasi telepon.
"Yak! Kenapa kau malah meneleponnya?" Taehyung dengan segera meraih ponselnya. Ia juga sedikit menjauh dari Jimin, membuat pria Park itu hanya tersenyum dengan senyum bangganya. Ia sebenarnya masih tak menyangka jika nomor Sana ada di telepon darurat ponselnya Taehyung.
"Yeobseyo? Sana, mian. Aku tidak sengaja menekan nomormu. Apa aku harus mematikannya? Kau pasti sedang beristirahat. Ini sudah sangat malam tapi aku malah meneleponmu."
Bukannya jawaban, Taehyung justru mendengar tawa dari seberang sana. "Oppa, kenapa kau sangat panik? Tidak masalah."
"Aku hanya takut jika aku mengganggumu. Lagipula aku sudah berjanji untuk tidak menghubungimu sampai 2018."
"Kabar gembira, ponselku tidak lagi diawasi oleh agensi. Aku hanya perlu berhati-hati agar sasaeng tidak bisa mengambil data ponselku saja."
Taehyung tersenyum. Ia membiarkan Yeontan turun kemudian ia melirik Jimin, berharap pria itu sudah tertidur.
Ternyata benar. Pria Park itu sudah menutup matanya sekarang. Sehingga ia bisa dengan leluasa bicara dengan Sana tanpa khawatir diledek nantinya.
"Kau tahu? Aku sangat merindukanmu. Aku juga sedih karena bukan aku yang dipilih untuk jadi MC bersamamu," ujar Taehyung yang kini memilih untuk berbaring di atas ranjang saja. Ia akan bicara dengan pelan saja agar Jimin tidak bangun.
"Dan aku tidak."
Taehyung segera mencebikan bibirnya begitu Sana mengatakan hal yang demikian. "Kenapa begitu? Apa karena kau akan menjadi MC dengan Jin Hyung?"
"Aniyo, aku sama sekali tak menjadikan itu sebagai alasan. Aku hanya tidak merindukanmu karena aku punya banyak videomu."
Taehyung tersenyum. Layaknya seseorang yang tengah dimabuk asmara, ia jadi sangat bingung harus bicara apalagi sekarang. Terlebih karena suara Sana saja sudah membuatnya sangat senang.
"Oppa, lebih baik kau tidur saja jika mengantuk."
"Ani, aku tidak mengantuk. Ah iya, ini sudah malam. Lebih baik kau tidur saja."
"Aku tidak mengantuk. Aku memang lelah. Tapi aku tidak mengantuk sama sekali."
"Jangan sampai seperti meme yang tersebar, kau tidur saat acara." Taehyung berusaha menahan tawanya. Ia tak mungkin tertawa sebab Jimin tengah tertidur di sampingnya.
"Ck, menyebalkan!"
"Maaf, aku hanya tidak sengaja mengatakannya. Kau tahu? Kau sangat lucu di video itu. Matamu sedikit tertutup, mulutmu terbuka, tapi kau tetap bertepuk tangan."
Sana berdecak, membuat Taehyung kembali terkekeh. "Jika membicarakannya lagi, aku akan benar-benar marah."
"Maaf, maaf. Aku hanya tidak tahan untuk membicarakannya."
"Baiklah, baiklah, eoraboni."
Ingin sekali Taehyung merengek. Namun tidak akan mungkin ia merengek di depan Sana. Ia harus tetap menjaga image agar Sana tidak menjauhinya. Padahal terkadang ia pasti mengirimkan foto-foto lucu pada Sana.
"Kau menontonnya?"
"Saat libur aku menontonnya. Kenapa Oppa sangat menggemaskan di sana?"
"Berhenti menggodaku, Sana."
*
*
*Mereka berdua ternyata bicara hingga keduanya sama-sama tertidur. Bahkan ponsel mereka masih saling terhubung. Taehyung yang bangun lebih awal, tersenyum ketika terpampang 6 jam durasi telepon mereka.
"Saengil Chukkahamnida, Sana-ya. Semoga kau selalu bahagia." Taehyung segera memutus sambungan telepon mereka kemudian mengisi daya ponselnya. Setelahnya, ia beranjak menuju dapur untuk minum.
"Woah, aku rasa suasana hatimu sedang sangat bagus," ujar Seokjin saat mereka berdua berpapasan. "Taehyung-ah, apa kau senang karena akan satu acara dengan Sana?"
"Jangan membicarakan soal itu."
Seokjin tersenyum. Ia sering mendapati Taehyung menangis saat malam hari dan keesokan harinya ia mendapati photocard Sana di tangan Taehyung yang masih tertidur. Ia yakin jika Taehyung sangat menyukai Sana. Itulah kenapa ia berusaha untuk menggodanya.
"Kau menyukainya? Kenapa tidak mengatakannya saja? Jika aku tahu, mungkin aku akan menolak tawaran MC itu dan mengajukan dirimu."
"Itu?" Taehyung meletakan gelasnya yang kini sudah kosong. "Itu tak masalah sama sekali. Lagipula--"
"Aku sering mendapati kau menangis. Kau baik-baik saja?"
Taehyung menghela napasnya. "Aku rasa tahun ini adalah tahun paling buruk untukku. Tapi tenang saja. Aku tak mempermasalahkan soal MC."
"Jadi kau menyukai Sana? Sungguh? Sana? Sa-na?"
"Minatozaki Sana. Sudah lengkap?"
Seokjin hanya menatap Taehyung dengan tatapan tak percayanya. "Apa aku tidak sedang bermimpi?" gumamnya, membuat Jungkook yang baru tiba dengan wajah bantalnya, mengernyit.
"Hyung baik-baik saja?"
"Taehyung menyukai Sana."
"Aku sudah tahu," ujar Jungkook yang kemudian meraih roti yang ada di sana. Ia terbangun karena perutnya benar-benar lapar.
"Jadi telingaku waktu itu tidak salah dengar? Aigo, padahal aku sudah berpikir telingaku yang bermasalah." Ia menghembuskan napas tak percayanya dengan Taehyung yang bisa dengan pandai berdalih mengenai perasaannya.
"Otakmu juga bermasalah, Hyung."
"Aigo, aku membesarkanmu tapi kau seperti ini padaku? Ck, harus kuapakan kau, hm?" Seokjin merebut roti yang tengah Jungkook makan, membuat maknae itu mencebikan bibir lalu menghentakan kaki. "Mandi dulu."
"Perutku lapar. Bagaimana jika aku pingsan?"
TBC🖤
16 Nov 2020
Maaf cmn satu part😭😭😭😭