#15 Comfortable

627 120 9
                                    

Jimin menatap Taehyung dengan tatapan bingungnya. Masalahnya pria Kim itu hanya terus melamun sepulang dari rehearsal tadi. Dia memang sering kesulitan untuk tidur. Tapi dengan melamun seperti saat ini rasanya tidak.

"Apa perbedaanku dengan Mark hyung?" Jimin hanya mengedipkan matanya beberapa kali saat Taehyung tiba-tiba saja memegang kedua bahunya lalu bertanya.

"Memangnya ada apa dengan Mark hyung?"

Taehyung mendesah kesal sebab Jimin sama sekali tak tahu apa maksud dari pertanyaannya. Dia juga terus bertanya pada dirinya soal apa perbedaannya dengan Mark dan hasilnya nihil--dia tak mendapat jawaban apapun.

"Ahh sekarang aku mengerti." Taehyung hanya berdecak sebab Jimin benar-benar lamban dalam menyadarinya. Apakah harus selama itu untuk memahaminya? padahal Jimin sudah lama berteman dengannya. "Masalah Sana? apa dia sungguh menyukai Mark hyung? aku sering melihat soal shipper mereka dan banyak sekali yang mendukung mereka."

Taehyung mencebikan bibirnya kesal sebab Jimin malah mendukung Mark. "Kenapa mendukungnya?"

"Heol, santai, dia temanmu juga, bukan?" tanya Jimin yang membuat Taehyung mendelik. "Kau bahkan sering menelponnya. Kenapa kau sangat kesal hanya karena shipper saja?"

Saja? Taehyung merasa kesal karena Sana sebenarnya menyukai Mark. Bahkan dia tak yakin akan tetap berteman dengan Mark atau tidak. Tapi dia akan kekanakan jika memang melakukannya.

"Tak ada kata teman dalam urusan perang."

Jimin mengeryit tak mengerti. "Perang?"

"Perang dalam cinta. Ck, aku jadi tak ingin tidur jika sudah seperti ini," kesalnya yang kemudian meraih ponsel miliknya. Hal yang akan dia lakukan jika tak bisa tidur adalah menonton. Dia tak peduli jika keesokan harinya dia akan sangat mengantuk.

"Terserah saja, asal jangan mengganggu tidurku."






Sana menatap keindahan yang disuguhkan oleh hotel tempatnya menginap. Dia masih tak berniat menutup matanya sebab kejadian mengejutkan tadi. Dia terus saja memikirkan apakah Mark akan membencinya? tapi sepertinya tidak.

"Memikirkan sesuatu?" tanya Jihyo Nayeon yang kemudian duduk di samping Sana. "Kau bisa bercerita jika itu bisa membuatmu lebih tenang."

"Eonni, apa perasaan adalah hal yang salah? kenapa aku justru harus menderita?"

Nayeon tersenyum, mengerti arah pembicaraan Sana saat ini. Ya, di usia mereka yang baru menginjak usia dewasa, sangat wajar jika mereka merasakan ketertarikan pada lawan jenis. Nayeon juga merasakannya, hanya saja dia menyembunyikannya agar tak ada masalah apapun yang menimpanya.

"Kau menyesal karena menandatangani kontraknya? aku sebenarnya sangat menyesal. Tapi kau tahu? 3 tahun pertama adalah hal penting untuk kita. Jika kita berkencan, kita pasti tak akan fokus mengejar karir kita."

Sana akui Nayeon mengatakan hal yang benar. Tapi perasaan itu sungguh menyiksanya. Terlebih karena dia menyukai orang yang satu agensi dengannya. Otomatis dia akan terus bertemu dengan pria itu dan membuatnya kesulitan untuk menghilangkan perasaannya.

"Kau menyukai Mark oppa 'kan? dan dia juga menyukaimu," tebak Nayeon yang tentu saja membuat Sana membulatkan matanya tak percaya. "Aku ingat selama masa trainee, kau dan Mark oppa sering bersama."

Bukan rahasia umum memang kedekatan antara satu trainee dengan trainee lainnya. Bahkan tak jarang jika mereka memiliki perkumpulan dan sering pergi bersama. Sama halnya dengan Mark dan Sana. Bahkan mereka semakin dekat setelah Sana menjadi cameo di MV Got7.

"Aku hanya takut Mark oppa membenciku."

"Waeyo?"

"Dia menyatakan perasaannya dan aku mengatakan jika aku tak bisa menerimanya," jawab Sana yang membuat Nayeon kini meraih tangannya. "Aku hanya takut jika aku menerimanya, aku akan kehilangan karirku."

"Kau bisa sembunyi-sembunyi?" tanya Nayeon yang membuat Sana menggeleng. "Banyak yang melakukannya 'kan?"

"Aku sudah diberi peringatan dan aku sungguh takut jika aku harus keluar dari Twice. Lalu pd-nim juga bilang jika seseorang mencintaiku, maka dia pasti akan bersedia menungguku."

Sana benar-benar iri pada Tzuyu dimana pria yang menyukainya memilih untuk menunggu. Dengan begitu, dia tak perlu memikirkan sudah menyakiti hati seseorang atau tidak.

Suara notifikasi dari ponselnya membuat Sana dengan cepat menoleh. Dia lantas meraih ponselnya, berharap jika yang mengiriminya pesan bukanlah Mark.

[Sana, apa kau belum tidur?]
[Aku tak bisa tidur, bisa kau menemaniku?]

"Aku ingin tidur," ujar Nayeon yang kemudian beranjak menuju ranjang dan tidur. Dia tak ingin jika saat tampil besok, dia merasa kelelahan.

Sana menyandarkan tubuhnya pada kepala ranjang, membalas pesan yang baru saja dia terima dari pria Kim yang beberapa waktu terakhir ini menjadi temannya.



[Aku juga tak bisa tidur]

Taehyung tersenyum membaca pesan itu. Artinya mereka sangat cocok, bukan? bahkan pada hal yang kecil saja mereka sama. Taehyung hanya berharap jika suatu hari dia bisa berkencan dengan Sana.

Saling berkirim pesan terus berlanjut. Bahkan mereka sampai lupa jika saat ini sudah menunjukan pukul 3 dini hari dan mereka berdua masih saja asyik dengan obrolan mereka. Hingga pada akhirnya, Sana terlelap begitu saja, meninggalkan Taehyung yang sepertinya masih menunggu balasan dari pesan terakhirnya.

"Kau sudah tidur? baiklah, semoga mimpimu indah." Taehyung memilih mengirimkan pesan suara. Dia lalu tersenyum membayangkan bagaimana reaksi Sana setelah mendengar pesan suara darinya. "Aku rasa aku juga harus tidur."

*
*
*

Sana tersenyum setelah mendengar pesan suara yang Taehyung kirimkan. Dia sungguh tak mengerti kenapa hatinya merasa sangat bahagia hanya dengan mendengar deep voice dari Taehyung.

Suasana hati Sana sungguh baik pagi ini. Meskipun semalam hatinya merasa campur aduk karena pengakuan cinta dari Mark. Dia memang merasa senang, tapi satu sisi hal itu justru membuatnya merasa bersalah juga sebab dia tak mungkin menerima cintanya sekarang.

Cara Taehyung mengalihkan rasa bersalahnya semalam, membuat Sana kini mulai merasa nyaman. Dia bahkan masih ingat saat Taehyung mengacak rambutnya lalu tersenyum. Ah membayangkannya saja Sana sudah merasa malu.

"Sana, ayo," ajak Momo yang membuat Sana mengangguk. Dia lantas memasukan ponselnya ke dalam saku lalu mengikuti Momo dan juga Nayeon.

Saat ini mereka berangkat menuju lokasi acara musik itu. Sana hanya berharap jika dia tak bertemu Taehyung sebab dia yakin jika bertemu dengan pria Kim itu, dia akan merasa sangat canggung.

Apa aku mulai menyukainya?



Taehyung baru saja bangun, dengan rambutnya yang masih berantakan dan mata yang setengah tertutup, dia berjalan menuju kamar mandi, membuat Jimin yang sudah bersiap hanya bisa terkekeh melihat tingkah menggemaskan Taehyung.

"Dia masih seperti anak kecil tapi memikirkan kencan? benar-benar luar biasa," gumam Jimin sambil menyemprotkan parfum di seluruh tubuhnya. Dia hanya berharap jika Taehyung tak akan mengalami patah hati sebab dia tak ingin kehilangan senyuman menggemaskan dari sahabatnya itu.

TBC🖤

7 Sep 2020

The Secret✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang