#19 Terbongkar

805 133 24
                                    

Taehyung memberanikan dirinya untuk menghubungi Sana. Apapun alasannya, ia tetap akan melakukannya sebab saat acara penghargaan tadi ia sama sekali tak sempat bicara langsung pada Sana.

Satu kali...
Dua kali...
Tiga kali...

Taehyung menunggu telpon itu tersambung. Namun yang terjadi justru sebaliknya. Telpon itu tak kunjung tersambung. Tidak, ia tak bisa menyerah begitu saja. Ia harus bicara pada Sana bagaimanapun caranya.

"Ah iya, aku lupa jika Sana pasti sedang beristirahat." Taehyung memukul pelan dahinya. Ia sungguh merutuki dirinya yang benar-benar bodoh. Ia seharusnya tak mengganggu waktu istirahat Sana karena itu sungguh tak baik.

Taehyung membuka laci nakas yang ada di kamarnya. Ia lalu meraih satu-satunya photocard yang ia letakan di sana. Ia kemudian tersenyum setelah menatapnya.

"Sana-ya, jika aku boleh jujur, aku sungguh tak bisa menunggu hingga dating-banmu berakhir," gumam Taehyung disertai hembusan napas beratnya. Ia sungguh tak bisa lagi bersembunyi dibalik nama Tzuyu sebagai aksesnya. Ia juga lelah jika harus berpura-pura tak punya perasaan apapun saat ia berpapasan dengan Sana.

"Taehyung-ah, saatnya tidur," gumam Jimin yang kemudian menumpangkan kakinya di kaki Taehyung.

"Aku sedang tidak bisa tidur."

Taehyung menatap langit malam ini. Ia heran kenapa setiap malam hal yang ia  rasakan adalah kesulitan untuk tidur. Ia sudah berusaha untuk tidur lebih awal, namun hasilnya tetap sama saja. Matanya akan tetap terbuka setidaknya sampai jam 3 pagi.

Ia kembali menatap photocard itu sambil berbaring. Satu tangannya ia jadikan bantal. Jangan lupakan soal senyuman yang terlukis di wajahnya.

Apa aku berhak merindukanmu, Sana-ya?

*
*
*

Sana mengeryit, mendapati begitu banyaknya panggilan tak terjawab dari Taehyung. Semalam ia terlalu lelah hingga tak peduli sama sekali pada ponselnya dan dengan cepat tertidur.

Sana mengetik sebuah pesan sambil meminum segelas air. Ia yakin ada sesuatu hingga pria itu menelponnya berkali-kali. Jika tidak, mungkin saja pria itu tak akan menelponnya berkali-kali.

"Eonni, boleh aku pinjam kartu busmu? aku lupa menyimpan milikku," ujar Dahyun, membuat Sana dengan segera mengangguk.

"Aku menyimpannya di atas meja."

Sana masih fokus pada ponselnya. Namun sepertinya saat ini Taehyung masih belum bangun. Itulah kenapa sampai saat ini pesannya masih belum mendapat balasan.

[Sana, apa hari ini kau libur? bisa kita bertemu?]

Sana menggaruk dahinya dengan ekspresi seolah 'untuk apa?' Masalahnya ia sungguh tak ingin bertemu dengan Mark untuk saat ini. Kejadian terakhir kali sepertinya cukup membuatnya merasa risih. Ia bukan tak suka. Hanya saja Mark terlalu terburu-buru untuk mengungkapkan perasaannya tanpa memikirkan efek yang akan terjadi kedepannya.

"Sana, kenapa kau meletakan gelas kotor di atas meja?" Sana segera menutup telinga saat Jeongyeon tiba-tiba saja mengomel. Masalahnya Jeongyeon setengah berteriak saat mengatakannya.

"Maaf, aku tak sengaja."

"Simpan di tempat cucian piring. Kalau perlu kau juga cuci piringnya," ujar Jeongyeon, membuat Sana meletakan ponselnya di atas meja kemudian beranjak. Lagipula ia akan merasa bosan jika menunggu balasan dari Taehyung.

"Aku akan pergi ke minimarket. Ada yang ingin menitipkan sesuatu?" tanya Tzuyu, membuat Sana mengangkat tangannya dengan segera.

"Aku ingin ramyeon pedas. Rasanya aku ingin makan makanan yang pedas."

The Secret✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang