Ig: @anantapio26_
"Eh, Ca. Sini, deh." Tangan Putri mengibas ke udara, meminta Laisa mendekat.
"Ada apa?" Laisa yang baru saja masuk ke ruang kelasnya mengernyit heran. Pasalnya ia dapat melihat raut wajah Putri yang tampak menyimpan sesuatu.
"Gue dapet berita." Putri menarik bangkunya untuk duduk berhadapan dengan Laisa yang lantas duduk tak jauh darinya.
"Berita apa?" Laisa mengernyitkan dahi dan semakin menampakkan rasa penasarannya.
"Masih inget Nanta, kan?" tanya Putri memastikan.
Laisa mengangguk. "Masih lah, masih sayang juga."
"Et, Roger mau dikemanain?" Putri memicing.
"Ya, kan sebagai teman, Put." Tepat, satu tahun berlalu, meski bayang-bayang rindu itu masih kerap menghantuinya, tapi Laisa bersyukur kehadiran Roger yang memiliki karakter tak jauh berbeda dengan Nanta cukup menjadi pereda dari segala kecamuk di benaknya. Bisa dibilang, kesetaraan Roger dengan Nanta adalah bentuk pelariannya.
"Ya kirain, lo minat buat jadi f*ck girl gitu. Hahaha." Putri terbahak. "Abis kayaknya ada potensi, sih," lanjutnya tertawa semakin keras.
Sedangkan Laisa berdecak sebal. "Jadi ada berita apa?" tanyanya berusaha mengembalikan fokus Putri yang terkadang terbang hambur seperti tumpukan kapuk yang diterpa angin.
"Sebentar, gue ketawa dulu." Putri masig asyik terbahak. Ia terpingkal-pingkal sampai harus memegangi perutnya.
Sementara itu, Laisa diam dengan setia menunggu Putri menyelesaikan tawanya.
"Oke, jadi gini." Putri menarik napasnya. Berusaha mengontrol tawanya agar tidak semakin meledak. "Masih kenal Nanta, kan?" tanyanya kemudian.
"Ya masih. Kenapa emang?"
"Maksud gue, dalam artian lo kenal dia sebagai karakter Ananta Sadewa dan bukan hanya sebatas nama."
Laisa mengedikkan bahunya. Rasanya sudah sangat lama ia tidak berbincang panjang dengan cowok itu. Bahkan untuk menyapanya saat berpapasan pun sudah terbilang mustahil bisa dilakukan. "Cukup tau aja."
"Lo tau? Sejak putus dari lo, Nanta nggak pernah pacaran lagi?"
Laisa menggeleng kepanya pelan mendengar opini yang sedang Putri ucapkan. "Bukannya ganti-ganti terus, ya? Sama Jessica? Arina? Tika? Diana? Terus siapa lagi tuh adek kelas yang sekarang lagi deket?"
Putri mendesis. "Lo tau, kan, gimana welcome-nya Nanta sama banyak orang?"
Laisa diam merasa pelak dengan pertanyaannya tadi.
"Itu, sih, merekanya aja yang salah mengartikan kebaikannya Nanta. Sedangkan yang Nanta lakuin cuma biar bisa lebih enjoy and friendly sama temen-temen di sekelilingnya. Apalagi, tuh, cowok hobi banget tanya-tanya sama orang padahal nggak kenal sama sekali."
"Tau dari mana?"
"Arya."
Hening. Segala abjad yang sudah dihafalnya hingga ingat di luar kepala seakan menguap bersama embusan angin yang menerpanya.
"Selama satu tahun ini dia belum bisa bener-bener ngelupain lo, Ca. Apalagi lo pernah selalu ada waktu dia sakit."
Kalimat demi kalimat yang Putri ucapkan pun semakin membuat Laisa merasa terdekam ke dalam sel penjara yang membuatnya bingung harus melakukan apa. Sebab sangat mustahil untuk dirinya kembali pada Nanta, sedang ada Roger yang selalu siap siaga menjadi penggantinya.
Terdengar gedebam dari langkah beberapa anak cowok yang masuk ke kelas. "Ayo, Guys! Pertandingan sepak bola 11 IPS 1 sama kelas 11 IPA 4 udah mau dimulai!" pekiknya meminta dukungan dan sukses membuat seluruh penghuni kelas yang mendekam di pojokan segera berhambur keluar menuju lapangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
AXIOMATIC (END)
Teen Fiction(HARAP FOLLOW PENULISNYA TERLEBIH DAHULU) (Prequel of Kisah Tentang Ananta'S) Ini tentang laki-laki kaku dengan perasaannya yang kelu. Juga tentang cemburu dan rindu yang memaksa untuk menyatu padu. Tentang sajak dan alunan kisah. Pun tentang perjua...