Ig : @Anantapio26_
Vote yauw heuheu...
Srettt!!!
Bruk!
Dengan gemas Laisa menarik tempat sampah yang terlihat penuh dengan isi yang berceceran di mana-mana, hingga ke trotoar jalanan yang semula bersih berubah menjadi kacau. Semua itu akibat dari ulah dua ekor kucing yang tengah bertengkar, seakan saling memperebutkan wilayah kekuasaannya. Laisa meraih sapu lidi yang terletak di dekat tempat sampah itu kemudian memisahkan dua ekor kucing tadi.
Bagaimana bisa Nanta tidak terpaku, saat seorang gadis bak bidadari bertingkah selayaknya kucing yang sedang marah, hanya untuk memisahkan dua ekor kucing tadi? Nanta segera menyadarkan dirinya dan menghampiri Laisa yang kini tengah memasukkan sampah yang bercecer pada tempatnya.
"La, ini es krimnya gimana?" tanya Nanta malah merasa lebih sayang dengan es krim di tangannya. Meskipun begitu, ia salut pada Laisa, gadis cantik yang tidak takut kotor.
"Pegangin dulu. Aku lagi bersihin ini," sahut Laisa setelah mengumpulkan sampah tadi, tanpa segan dengan tangan kosongnya sendiri ia memunguti sampah itu.
"Aku taro dulu, ya?"
"Apanya?"
"Es krimnya."
"Udah. Kamu pegangin aja."
"Udahlah," serah Nanta. "Awkwu twarwo dwi pwerwut," lanjutnya langsung melahap es krim di tangannya sekaligus.
Laisa mendelik. Ia bangkit dan menatap Nanta tidak percaya. Memangnya Nanta punya mulut selebar apa sampai dua es krim yang dipegangnya bisa langsung ludes ditelannya?
"Takut mubasir," ujar Nanta setelah melahap dua es krim itu. Kemudian ia menghampiri Laisa dan membantunya untuk memunguti sampah itu.
Tatapan Laisa yang kini jatuh mengikuti gerak-gerik Nanta. Ia kembali ikut memunguti sampah dan membuangnya pada tempatnya.
Selesai, Laisa menepuk-nepuk kedua tangannya. "Yuk, cuci tangan," ajaknya diangguki oleh Nanta.
Laki-laki itu mengekori gadisnya. Ah, bukan gadisnya. Sebab ia belum mengutarakan langsung mengenai perasannya pada gadis itu. Bahkan Laisa hampir tidak pernah menanyakan statusnya di hidup Nanta sebagai apa. Gadis yang kini ada di sampingnya ini begitu berbeda. Satu hal lagi, ia paham mengenai Laisa yang tiba-tiba menghampiri sampah yang bercecer. Meskipun banyak orang-orang yang menatapnya dengan pandangan aneh.
Langkah mereka sampai di wastafel yang berada di sudut taman. Laisa mengulurkan tangannya dan membasuhnya dengan air usai menggosoknya dengan sabun, kini giliran Nanta yang melakukan hal sama.
"La," panggil Nanta saat gadis itu tengah mengeringkan tangannya dengan sapu tangan yang dibawanya.
"Hm," sahut Laisa lembut.
Nanta terdiam. Ia merasa tiba-tiba merasa kelu. Tubuhnya berbalik tepat menghadap Laisa. Gadis itu meraih tangannya yang basah kemudian mengelapnya dengan sapu tangan miliknya.
"Ada satu keinginanku yang belum terwujud," ujar Nanta pelan.
"Apa itu?" tanya Laisa kemudian menatap Nanta dengan netranya yang lembut.
Nanta berbalik meraih kedua tangan Laisa dan menggenggamnya erat. "Aku mau kamu jadi perempuan yang istimewa di hidup aku."
Mendadak Laisa merasa beku dengan jantung yang terdengar berdebar kaku. "Ma-maksud kamu, pacar?" tanyanya.
"Lebih dari itu."
"Sa-sahabat?"
"Menjadi separuh jiwaku."
![](https://img.wattpad.com/cover/219462314-288-k859244.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
AXIOMATIC (END)
Teen Fiction(HARAP FOLLOW PENULISNYA TERLEBIH DAHULU) (Prequel of Kisah Tentang Ananta'S) Ini tentang laki-laki kaku dengan perasaannya yang kelu. Juga tentang cemburu dan rindu yang memaksa untuk menyatu padu. Tentang sajak dan alunan kisah. Pun tentang perjua...