AX 14 - Disappeared

433 70 22
                                    

Ig : Anantapio26_

Vote-nya cuy, jangan lupa :v

Lagi, Laisa berangkat terlalu pagi. Padahal waktu masih menunjukkan pukul 06.18, tapi dirinya sudah berada di ambang pintu kelas. Mengedarkan pandangannya hingga ke sudut ruang. Kosong. Ia menghela lalu masuk ke kelasnya.

"Bidadari!" Seruan itu, pasti suara Dimas.

Laisa membalikkan tubuhnya dan benar saja. Dimas dan Arya sedang berjalan menuju kelasnya. Tapi di mana Nanta?

"Kalian nggak sama Nanta?" tanyanya heran sekaligus penasaran.

"Cie! Yang dari semalem nyariin," canda Arya justru membuat Laisa mendengus kesal.

"Entahlah. Tadi juga gue ke rumahnya malah kosong. Nggak ada siapa-siapa," jelas Dimas kemudian.

"Pindahan kali," celetuk Arya sekenanya. Dimas segera menyikut perutnya dengan gemas.

"Lo berdua nggak tau dia ke mana?" interogasi Laisa benar-benar ada sesuatu hal yang janggal.

Kedua cowok di depannya menggeleng kompak.

"Gue khawatir dia sakit. Kemaren liat mukanya pucet banget," ujar Dimas langsung membuat Laisa tertegun.

Gadis itu bungkam. Ia takut jika sudah salah sangka pada Nanta. Padahal sebelumnya ia yakin bahwa Nanta adalah laki-laki yang berbeda. Ia pun ingat hal itu. Saat menatap wajah Nanta yang pucat, tapi laki-laki itu justru bersikap seolah biasa saja.

"Sakit," gumamnya.

Arya malah mengangguk. Padahal itu bukan sebuah pertanyaan.

"Sakit apa?" Baru ini pertanyaan, tapi Arya malah bungkam dan justru Dimas yang menjawab pertanyaan gadis di depannya.

"Gue juga nggak tau. Dia nggak pernah cerita. Mungkin karena ngerasa baru kenal."

"Kita liat aja nanti sampe bel masuk. Dia berangkat atau nggak," kata Arya memberikan satu opsi.

"Nah tuh." Dimas mengafirmasi opsi milik Arya.

Sedangkan Laisa, gadis ini masih dalam posisi bungkamnya. Berusaha menebak-nebak satu hal yang harus ia tahu. Apa Nanta sakit dan memiliki penyakit parah? Kalau iya, apa?

"Udah. Tenang aja," ujar Dimas menenangkan.

"Kan masih ada kita," sambung Arya menggoda.

Godaannya justru membuat Dimas kembali menyikut perutnya agar tahu mana bagian serius dan hanya candaan. Laki-laki itu mendengus ke arah Dimas. Sebal.

"Ya udah. Makasih, ya," ucap Laisa sambil berlalu menuju bangkunya.

"Nanti istirahat jangan ke mana-mana, ya. Kita makan bareng," seru Dimas dan Arya nyaris bersamaan.

"Iya! Sana lo pergi!"

"Buset, diusir!" Dua anak manusia itu saling berpandangan.

🐟🐟🐟

Pukul sembilan pas, bel istirahat pertama berbunyi. Ruang kelas yang sunyi kembali berubah ramai saat guru paruh baya itu berlalu. Dimas menatap Arya penuh tanya.

"Gimana, nih?"

"Sakit kali tuh bocah," jawab Arya asal.

Plak!

Dimas langsung menghukumnya dengan satu pukulan di keningnya. "Kalo ngomong," tegurnya.

AXIOMATIC (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang