Ig: @anantapio26_
Happy reading, Guys :)
Cahaya senja tampak menyerobot masuk melalui celah gorden tipis. Sudah hampir dua jam Nanta dan Sherina berkutat dengan layar monitor yang menampilkan beberapa rekaman dari kamera CCTV.
"Coba diperbesar lagi gambarnya, Pak," pinta Nanta yang berdiri di samping operator CCTV sekolah.
Si bapak menuruti permintaan Nanta.
Kedua alis tebal Nanta tertaut saat melihat penampakan dari sosok yang sepertinya begitu familiar.
"Itu bukannya Bobi?" gumam Sherina penuh tanya.
"Iya, yah. Buat apa Bobi ngelakuin ini?" Tatapannya intens ke arah Sherina. "Tolong print gambarnya, ya, Pak."
Si bapak menurut lagi. Disusul dengan dering ponsel milik Sherina yang terdengar membuat gadis itu sejenak beranjak dari tempatnya dan keluar dari ruangan operasional CCTV.
"Iya, halo."
"Tadi gue telepon Nanta, tapi nggak diangkat-angkat. Dia lagi sama lo, kan?"
"Iya, kenapa?"
"Bilangin ke dia, malem ini kumpul di rumah gue. Tapi ntar gue yang jemput dia."
"Oh, oke."
"Oke. Thanks, Kak."
Tut!
Panggilan berakhir, ia pikir akan ada sesuatu hal yang lebih penting dari melacak si pelaku.
"Siapa?" Pertanyaan Nanta membuat Sherina menoleh ke arahnya.
"Arya, minta lo malem ini kumpul di rumahnya."
"Oh, oke. Oh iya, ini. Lo simpen, ya. Soal Bobi biar saya yang urus," ucap Nanta memberikan beberapa lembar kertas hasil print out dari gambar tadi.
Sherina menerimanya. "Iya, Nan. Thanks udah mau bantu sampe sejauh ini."
"Santai aja. Lagipula saya juga bagian dari jurnalistik, kan?"
"Of course. Hehehe."
'Hehehe' yang terdengar cukup menyadarkan Nanta pada gadis itu. Entah apa hubungannya, seketika Nanta teringat pada Laisa dan rasanya sudah begitu lama ia tidak mendengar tawa gadis itu.
"Kalo gitu saya duluan," pamit Nanta.
Sherina mengangguk. "Oke, hati-hati," ujarnya.
"Bener-bener kalo bassic-nya nggak peka, mah, bebas. Boro-boro nganterin balik, nanyain kapan balik atau dijemput sama siapa aja nggak," gumamnya sepeninggal Nanta dengan pelan.
"Dia justru peka. Pake banget. Buktinya dia nggak nanyain lo karena dia tau lo mau balik bareng gue," ucap Renaldi yang muncul tanpa Sherina sadari.
Sherina hanya memutar bola matanya sebagai respon kecilnya untuk Renaldi.
***
"Did she run away?
Did she run away? I don't know
If she ran away
If she ran away, come back home
Just come home."Petikan gitar terus mengalun mengiringi lagu berjudul Where's My Love milik SYML yang Arya bawakan. Nanta mendesah. Angin dingin yang berhembus seakan ikut menggambarkan suasana hatinya.
"I still love her, but—" Nanta menggeleng-gelengkan kepalanya. Ia tidak mampu untuk melanjutkan kata-katanya.
"Sabar. Belum saatnya," balas Dimas.
KAMU SEDANG MEMBACA
AXIOMATIC (END)
Ficção Adolescente(HARAP FOLLOW PENULISNYA TERLEBIH DAHULU) (Prequel of Kisah Tentang Ananta'S) Ini tentang laki-laki kaku dengan perasaannya yang kelu. Juga tentang cemburu dan rindu yang memaksa untuk menyatu padu. Tentang sajak dan alunan kisah. Pun tentang perjua...