AX 100 - Sweet Kiss

89 13 10
                                    

Ig : @Anantapio26_

Happy reading :)

Tawa lepas terdengar menggema hingga ke sudut ruang. Rupanya Laisa telah berhasil membuat Olivia kembali menemukan tawanya. Sedangkan, Nanta hanya tersenyum sambil memandangi cara Laisa untuk tertawa lepas seperti itu. Justru Nanta sendiri bingung dengan apa yang sedang mereka tawakan, tapi sepertinya tidak jauh-jauh untuk menertawakan salah satu idol Korea yang ternyata sama-sama Laisa dan Olivia idolakan.

Namun tak lama kemudian Olivia menghentikan tawanya, lalu menyimak raut Laisa yang masih menguarkan ekspresi senangnya. "By the way, gue mau ke Korea. Mau memulai hidup baru sama keluarga om gue yang di sana," ucapnya sukses membuat tawa Laisa terhenti.

Raut Laisa yang berubah drastis menatap Olivia dengan tatapan penuh tanya. "Korea?" ulangnya masih berusaha mencerna kata-kata Olivia.

Olivia mengangguk. Namun kemudian senyumnya mengembang tuntas. "La, gue nggak bisa di sini terus. Gue pengin membangun hidup gue yang baru. Gue perlu ruang buat sembuhin luka-luka gue," ujarnya.

"Oh, nggak. Bukan gitu maksudnya, Via. Kalo lo di Korea, mungkin gue bisa sekalian liburan di sana bareng lo," balas Laisa segera meralat maksudnya.

"Boleh. Nanti gue yang akan memandu lo selama di Korea." Senyum Olivia kembali merekah.

Nanta tertawa kecil melihat bahagia yang sederhana tampak jelas di depannya. Lalu matanya mengedar pada jam dinding yang terpasang dekat dengan jendela. "Oh iya, Oliv. Udah sore, mungkin besok saya sama Laisa bisa ke sini lagi," ucap Nanta seraya bangkit dari duduknya.

"NO!" sergah Laisa membuat Nanta mengernyit dalam.

"Kamu nggak pul—"

"Nggak! Kamu aja yang pulang," seru Laisa.

Nanta menghela. "Kamu mau nunggu Oli—"

"Iya, aku mau nunggu Oliv," jawab Laisa cepat.

"Kalo gitu aku pulang duluan," kata Nanta dan Laisa mengangguk.

"He-em."

"Bener?" tanya Nanta sekali lagi.

"Iya, Ananta sayang," jawab Laisa.

"Oh, oke. Yang akur, ya, kalian. Saya pulang duluan," ujarnya sambil berlalu.

Namun Laisa mencegatnya. "Eh, Nan," panggilnya sambil melangkahkan kakinya menghampiri Nanta.

"Hm?"

"Ada yang ketinggalan," ujar Laisa.

"Apa?" tanya Nanta mengernyit tidak mengerti. Bukankah tasnya sudah berada di punggungnya? Dan lagi pula tidak ada barang-barang lain yang ia keluarkan selain bingkisan makanan yang ia berikan untuk Olivia.

"Ini." Dalam hitungan detik kecupan Laisa mendarat di pipinya, sukses membuat Nanta terdiam. Lalu dengan cepat gadis itu pun mendorongnya untuk segera keluar dari ruang rawat inap.

"Udah, sana pulang!" usirnya kemudian.

Nanta hanya mampu menggeleng-gelengkan kepalanya. Seharusnya ia tidak perlu terkejut lagi dengan tingkah Laisa yang begitu penuh ketiba-tibaannya.

***

Satu tangannya mendorong pintu lantas berjalan masuk ke kamar. Disusul dengan tangannya yang lain bergerak untuk melepaskan kaitan kancing kemeja putih yang dipakainya. Ia berjalan menuju cermin dan berdiri di hadapan bayangannya sendiri.

Jemarinya meraba dengan pelan bekas jahitan di dadanya yang masih dalam proses penyembuhan. Nanta menarik napasnya yang tiba-tiba saja menyesak saat tak sengaja mengingat kembali sosok Agam. Lalu menghela pelan dan berjalan menuju lemari pakaiannya.

AXIOMATIC (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang